SUKABUMIUPDATE.com - Warga setempat menyebut Curug atau Air Terjun Cikurutug, karena memang berada di aliran sungai Cikurutug, tepatnya di Kampung Cirawa, Desa Nangerang, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi. Jaraknya sekitar enam kilometer dari kota kecamatan.
Bagi pencinta wisata alam, khusus air terjun, Anda bisa mendatanginya dari Jalan Pangleseran atau Yonif 310 menuju Jampang Tengah. Setelah tiba di Bojonglopang, Kota Kecamatan Jampang Tengah, lanjutkan perjalanan menuju Panumbangan-Cimunding atau melalui jalan Bojong Jengkol-Cisampih, Desa Nangerang.
“Sebenarnya banyak jalan ke lokasi Curug Cikurutug khususnya bagi pecinta motor trail dan sepeda gunung. Banyak jalan setapak para peladang dan petani yang bisa digunakan untuk mencapai lokasi,†ungkap salah seorang pegiat wisata Desa Nangerang, Muhamad Abdilah, kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (4/2).
Keramahan warga kampung akan menyambut Anda saat sudah berada di kawasan tersebut. Dari ujung pemukiman di Kampung Cirawa, keindahan Curug Cikurutug sudah bisa dinikmati.
BACA JUGA:
Mau Tahu Jika Curug Cikaso Kabupaten Sukabumi Ngamuk? Sekarang Saatnya
Jeep Camp Sukabumi, Bagi yang Mau Kemping Bersama Mobil Kesayangan
Wisata Berburu Hama, Ya ke Sukabumi
Berada di tengah areal pertanian sawah dengan sistem tarsering dan perkebunan, Curug Cikurutug menunjukan bahwa ia masih sangat perawan, alami dan jarang dikunjungi.
Sebenarnya ada dua curug di aliran sungai tersebut, yang paling besar dan berada di sebelah kanan warga menyebutnya sebagai Curug Utama Cikurutug, sedang yang mengalir landai di bagian kiri dinamai Curug Ciarleu. Keduanya hanya terpisah delta kecil sungai Cikurutug yang mengalir deras.
“Kolam di bawah Curugnya aman untuk digunakan untuk mandi dan bermain air. Karena belum banyak yang tau jadi tidak terlalu ramai, biasa yang datang ke sini untuk foto-foto. Bisa juga ngaliwet atau makan bareng. Warga setempat juga mau kalau diminta masak,†lanjut Abdilah
Selain Curug yang tidak kalah penting dari lokasi ini adalah keberadaan sebuah batu besar di tengah areal pesawahan, tak jauh dari lokasi air. Warga menyebutnya batu rindu, karena batu ini terbagi dua, seperuh ada di sawah dan separuhnya lagi masih bertengger di atas tebing.
“Ceritanya dulu ada longsor dan bongkahan batu itu terpisah. Jadilah namanya batu rindu. Mungkin maksudnya sebagian batu itu merindukan sebagian lagi yang terpisah akibat longsor,†pungkas Abdilah.