Mencari Pongo tapanuliensis: Spesies Baru Orangutan yang Terancam

Jumat 03 November 2017, 11:28 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Pongo tapanuliensis, spesies orangutan Tapanuli yang baru terungkap, langsung masuk ke daftar terancam punah. Sebab, jumlahnya diperkirakan tidak lebih dari 1.000 individu.

"Selama ini habitatnya terisolir," tulis tim ilmuwan dalam jurnal Current Biology yang terbit secara daring, Kamis 2 November 2017. Edisi cetak akan terbit pada 20 Novembver 2017. Temuan itu diumumkan hari ini oleh tim peneliti gabungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Forum Orangutan Indonesia (FORINA), dan Yayasan Ekosistem Lestari-Program Konservasi Orangutan Sumatera (TEL-SOCP).

Menuru tim dalam artikel berjudul "Morphometric, Behavioral, and Genomic Evidence for a New Orangutan Species" ini, populasi orangutan Tapanuli terancam oleh perburuan dan proyek listrik tenaga air yang berpotensi mengurangi habitat mereka. Lantas bagaimana bisa sejumlah mamalia pemanjat pohon terbesar di dunia ini baru terdeteksi?

Primata satu ini terkenal sangat pemalu. Menemukan mereka secara liar, terutama di hutan lebat, sangat sulit. Penemuan ini bermula dari bukti tertulis tahun 1939, khususnya catatan-catatan kolonial yang menyebut populasi orangutan di daerah Tapanuli. Dari catatan itu tim yang dikomandoi Alexander Nater, antropolog dari University of Zurich, dan Erik Meijaard, antropolog dari Australian National University, lantas turun ke lapangan.

Sekadar informasi, Bukit Torang, Kabupaten Tapanuli Selatan, sangat jauh dari habitat asli orangutan Sumatera di Bukit Lawang, Kabupaten Langkat. Jaraknya sekitar 450 kilometer. Penduduk yang tinggal dengan Bukit Torang, menurut tim peneliti, membenarkan bahwa pernah ada populasi orangutan yang hidup di daerah tersebut. Terlebih, saat musim buah matang.

Dari sana proyek penelitian besar pun dibentuk. Proyek ini mengalami terobosan tragis pada November 2013, ketika satu orangutan jantan di hutan Tapanuli diserang dan dibunuh oleh warga kampung. Melihat ada kesempatan, para peneliti mengambil tengkoraknya dan membandingkan dengan 33 tengkorak orangutan Sumatera dan Kalimantan. Tengkorak orangutan yang baru terbunuh lebih kecil, wajahnya lebih rata dan taringnya lebih lebar daripada orangutan Sumatera dan Kalimantan.

Selain itu, tim juga menganalisis contoh darah dari dua orangutan lain yang lahir di Tapanuli. Dari hasil analisis DNA, spesies ini terpisah dari orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) sekitar 3,4 juta tahun lalu. Analisa genetika juga mampu menunjukkan bahwa telah terjadi antara orangutan Tapanuli dan Sumatera sekitar 10 ribu tahun lalu.

"Bukti-bukti tersebut cukup untuk menjadikan orangutan Tapanuli spesies baru," kata Puji Rianti, salah satu anggota peneliti dari IPB, di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, Jumat , 3 November 2017.

Peneliti dari Australia National University (ANU), Collin Groves, menjelaskan dua perbedaan morfologi yang ada di P. tapanuliensis. "Orangutan Tapanuli punya tengkorak dan rahang yang lebih kecil. Rambut di seluruh tubuh juga lebih keriting," kata Grove. "Kami terkejut sekaligus senang melihat karakteristiknya yang berbeda dengan orangutan lain."

Grove menjelaskan, orangutan Tapanuli jantan menyebarkan informasi dengan cara panggilan jarak jauh atau long call yang berbeda-beda. Jenis pakan spesies ini hanya buah-buahan yang bisa ditemukan di Batang Toru. Menurut Puji, hal tersebut menjadikan perlunya peninjauan ulang atas pengembangan daerah di wilayah Batang Toru agar ekosistem tetap terjaga demi keberangsungan hidup Orangutan Tapanuli.

Sayangnya, jumlah individu orangutan ini hanya sedikit. Diperkirakan hanya 800 ekor di tiga habitat terisolir di Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Sedikitnya populasi itu juga terancam minimnya habitat. Menurut tim dalam jurnal, P. tapanuliensis hanya berkeliaran di kawasan seluas 1.000 kilometer persegi.

Habitat itu terancam makin berkurang dengan program pembangunan pembangkit tenaga listrik yang diproyeksikan selesai pada 2022. Pembangunan tersebut bisa memotong koridor satwa untuk berpindah. Kalau itu terjadi, kemungkinan besar populasi spesies ini akan kian terisolasi dan mendorong perwakinan sedarah (inses).

Selain pembangunan pembangkit listrik, perburuan dan reproduksi yang rendah juga menjadi masalah besar. Menurut tim, seekor orangutan betina biasanya melahirkan satu anak sekitar enam tahun sekali. "Jika sampai delapan dari 800 individu terbunuh setiap tahun, selain angka kematian normal, spesies ini akan hilang," tulis tim.

Menteri LHK, Siti Nurbaya mengatakan, akan bekerjasama dengan pemerintah provinsi, kabupaten, para peneliti, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), sivitas akademika, aktivis lingkungan, masyarakat dan pihak lainnya untuk menjaga ekosistem Batang Toru. "Kami sangat bertekad untuk menjaga keberlangsungan hidup spesies kera besar ini. Kami menyadari bahwa Indonesia semakin memainkan peranan kunci dalam konservasi kehidupan global seluruh kera besar di dunia," ujar Siti Nurbaya.

Sumber: Tempo

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Tags :
Berita Terkini
Sukabumi26 April 2024, 23:14 WIB

Marwan Belum Terima 2 Partai Tambahan yang Akan Dukung Asjap di Pilkada Sukabumi, Kenapa?

Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Sukabumi, Marwan Hamami menyebut ada dua partai lagi yang ingin turut hadir pada acara deklarasi koalisi tiga partai dalam pengusungan pasangan bakal calon untuk maju di Pilkada 2024.
Marwan Hamami, Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Sukabumi | Foto : Asep Awaludin
Sukabumi26 April 2024, 23:09 WIB

Tiga Partai Resmi Berkoalisi, Marwan Beberkan Alasan Usung Asep Japar di Pilkada Sukabumi

Tiga partai yakni Golkar, Gerindra, dan PPP secara resmi berkoalisi untuk mengusung Asep Japar di Pilkada 2024
Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Sukabumi, Marwan Hamami menandatangani kesepakatan koalisi tiga partai Golkar, PPP dan Gerindra, Jumat (26/4/2024) | Foto : Asep Awaludin
Sukabumi26 April 2024, 21:49 WIB

Akibat Banjir, Toko Alat Listrik di Cidahu Sukabumi Alami Kerugian hingga Belasan Juta

Banjir yang terjadi di Kampung Pasirdoton, Desa Pasirdoton, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, pada Kamis, 25 April 2024 membuat beberapa pihak mengalami kerugian yang cukup besar.
Sejumlah warga dan karyawan toko memindahkan barang yang sebelumnya terendam banjir di Kampung Pasirdoton, Desa Pasirdoton, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi | Foto : Ibnu Sanubari
Life26 April 2024, 21:05 WIB

6 Mental Miskin yang Membuat Hidup Anda Melarat di Masa Depan, Yuk Hindari!

Orang yang memelihara mental miskin tentu akan berpengaruh terhadap masa depannya, melarat atau berjaya. Itulah pentingnya hal ini.
Ilustrasi. Mental miskin yang wajib dijauhi. | Sumber foto : Pexels/Mehmet Turgut Kirkgoz
Life26 April 2024, 21:00 WIB

8 Sikap Baik Orang Sopan yang Membuatnya Dihargai dan Dihormati

Inilah Contoh Sikap Baik Orang Sopan yang Membuatnya Dihargai dan Dihormati. Apa Kamu Salah Satunya?
Ilustrasi - Sikap Baik Orang Sopan yang Membuatnya Dihargai dan Dihormati . (Sumber : Freepik.com)
Sukabumi26 April 2024, 20:57 WIB

Jelang Kongres, PAN Kabupaten Sukabumi Pastikan Dukung Zulhas Tiga Periode

DPD PAN Kabupaten Sukabumi menyatakan sikapnya untuk mendukung kembali Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan kembali melanjutkan kepemimpinan di periode ketiga pada masa jabatan 2025-2030.
Mansurudin, Ketua DPD PAN Kabupaten Sukabumi | Foto : Sukabumi Update
Life26 April 2024, 20:30 WIB

Kamu Akan Tetap Miskin Jika 10 Kebiasaan Ini Masih Terus Dilakukan!

Kebiasaan buruk dapat menghambat kemajuanmu dan membuatmu terjebak dalam jurang kemiskinan.
Ilustrasi - Kebiasaan buruk dapat menghambat kemajuanmu dan membuatmu terjebak dalam jurang kemiskinan. (Sumber : Freepik)
Inspirasi26 April 2024, 20:24 WIB

5 Kebiasaan Orang China yang Membuat Hidupnya Gampang Kaya dan Jauh dari Kemiskinan

Orang China memiliki kebiasaan yang membuat hidupnya selalu kaya dan jauh dari kehidupan miskin di masa depannya, apalagi di hari tuanya.
Ilustrasi. Kebiasaan orang china yang membuatnya hidup kaya. | Sumber foto : Pexels/Pixabay
Sukabumi26 April 2024, 20:09 WIB

Kades Ungkap Penyebab Banjir hingga Rendam Jalan dan 18 Rumah Warga di Cidahu Sukabumi

Data sementara terdampak banjir yang melanda Kampung Pasirdoton Desa Pasirdoton Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi, pada Kamis, 25 April 2024 bertambah
Kondisi jalan raya Cidahu dan rumah warga yang terendam banjir. (Sumber : Istimewa)
Life26 April 2024, 20:07 WIB

6 Cara Membaca Karakter Orang Pecundang di Sekitar Kita, Kenali Ciri-cirinya

Membaca karakter orang pecundang di sekitar kita sesungguhnya cukup mudah. Tentunya dengan mengenali beberapa karakter yang melekat di dalam dirinya.
Ilustrasi. Membaca karakter orang yang pecundang. | Sumber foto : Pexels/Mike Greer