SUKABUMIUPDATE.com - Cidahu menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi yang saat ini tengah berperang melawan penyakit sosial dampak dari serbuan pekerja (buruh) wanita. Ada 16 perusahaan padat karya di Cidahu yang semua pekerjanya mayoritas perempuan, sehingga LGBT (lesbian gay biseksual transgender) dan praktik rentenir, mudah terjadi namun sulit ditangani.
Hal ini ditegaskan oleh Camat Cidahu Ading Ismail kepada sukabumiupdate.com, Rabu (24/7/2019). “Saat ini ada 16 perusahaan yang berada di Kecamatan Cidahu yang harus diakui keberadaannya sudah membantu perekonomian warga,” jelasnya.
BACA JUGA: Banyak LGBT, Warga Cicurug Desak Bupati Sukabumi Keluarkan Perbup
Mulai dari serapan tenaga kerja hingga kemandirian warga sekitar pabrik dengan ragam usaha kecil menengah (UKM) yang bermunculan cepat. Namun menurut Ading, fenomena serbuan buruh perempuan ini juga menimbulkan dampak negatif berupa penyakit sosial.
“Tumbuhnya penyakit sosial dalam lingkungan pabrik itu adalah perilaku menyimpang LGBT dan budaya rentenir,” lanjut Ading.
Ia mengakui untuk melawan dua penyakit sosial ini bukan perkara mudah, walaupun wargapun sudah merasah sangat terganggu. "Saya pernah memimpin oprasi kost-kostan. Berdasarkan laporan dari warga di wilayah Tangkil ada LGBT, ketika sampai di lokasi tidak ada apa-apa. Sulit dibuktikan LGBT ini, walaupun laporan dari warga banyak," ucapnya.
Sementara praktik rentenir juga menjadi permasalahan karena pada ujung-ujungnya sering menjadi permasalahan karena mayoritas buruh yang menjadi kreditor atau peminjam sering ribut dengan para penagih. “Ini terjadi karena banyak perusahaan di Cidahu belum memiliki koperasi karyawan bahkan ada indikasi oknum manajemen bekerja sama dengan praktik praktik rentenir ini,” sambung Ading.
BACA JUGA: Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi Dorong Bupati Keluarkan Perbup LGBT
"Kita sudah sering mengimbau perusahaan membuka koprasi. Hal ini juga sudah saya laporkan kepada Bupati Sukabumi. Tapi sulit setiap dialog masalah koperasi atau dampak negatif yang ditimbulkan, yang datang hanya sekelas kordinator satpam yang tidak bisa memberikan keputusan,” tukasnya.
Ading merasa kesulitan ketika ingin berdialog bersama pimpinan perusahaan dengan membahas persoalan timbulnya penyakit sosial di lingkungan Kecamatan Cidahu ini. Dengan mengundang setiap pimpinan perusahaan untuk datang ke kantor Kecamatan.
"Sudah saya undang pimpinannya, yang datang hanya satpam, yang ga bisa memberikan keputusan," pungkasnya