SUKABUMIUPDATE.com - Wakil sekretaris DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Sukabumi, Nandang Heriyadie mengatakan aktivitas nelayan Palabuhanratu, Cibangban, Cisolok dan Cipatuguran berjalan seperti biasanya meski adanya informasi gelombang sampai 6 meter yang berpotensi terjadi di Samudra Hindia selatan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta dari BMKG.
"Informasi yang kami terima nelayan di Ujunggenteng memang sudah lima hari belakang ini tidak bisa melaut. (Namun) adanya angin kencang kemarin di Ujunggenteng tidak berdampak untuk perairan Palabuhanratu. Alhamdulillah nelayan wilayah Palabuhanratu dan sekitarnya masih bisa beraktifitas dan melaut dari kemarin juga," ujar Nandang kepada sukabumiupdate.com, Senin (3/6/2019).
BACA JUGA: Diterjang Angin Kencang dan Gelombang Tinggi, Nelayan Ujunggenteng Libur Melaut
Adapun sebagian nelayan yang tidak bisa melaut itu karena sumber ikan yang sulit didapat bahkan nelayan Palabuhanratu sampai harus ke Cilacap untuk mendapatkan ikan.
Ditegaskan Nandang, saat ini nelayan yang turun melaut kebanyakan menggunakan sistem pancing rawe. Para nelayan memaksakan melaut karena kebutuhan menjelang lebaran.
"Pancing rawe masih bisa dipaksakan meskipun hasil tangkapan ikannya hanya cukup kebutuhan makan di rumah saja. Untuk yang lainnya masih belum banyak seperti hasil tangkapan jaring. Untuk sementara nelayan memilih menyandarkan perahunya karena memang sumber daya ikannya yang kurang memadai," tegasnya.
BACA JUGA: Ada Informasi Gelombang Tinggi, Aktivitas Melaut Nelayan Palabuhanratu Tak Terganggu
Masih kata Nandang, HNSI selalu dan sudah menyampaikan himbuan kondisi cuaca kepada warga nelayan baik yang ada di Ujunggenteng dan seluruh kawasan Palabuhanratu. Sampai saat ini pun cuaca di Ujunggenteng sudah kondusif dan aman untuk mengambil ikan di laut.
"Himbauan adanya cuaca ekstrim sudah dilakukan meskipun di Palabuhanratu cuaca tidak seekstrim di ujunggenteng namun mereka tetap harus waspada dan berhati-hati. Informasi yang kami dapat memang air laut sedikit goncang mungkin efek dari gelombang tinggi seperti yang diberitaken BMKG," pungkasnya.