SUKABUMIUPDATE.com - Jho Muksin (39 tahun) warga Kampung Mariuk, RT 02/03, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, mengeluhkan pelayanan di RSUD Palabuhanratu yang dinilai tidak maksimal. Bahkan ia dibuat kecewa sehingga harus kembali ke rumah.
Jho menuturkan, kekecewaannya tersebut bermula saat ia bersama istrinya membawa anaknya, Muhris (15 bulan) berobat ke RSUD Palabuhanratu, Senin (25/3/2019). Lantaran anaknya itu mengalami panas dan kejang-kejang.
"Saat tiba di ruang UGD saya ditanya oleh petugas medis, bahwa anaknya yang sakit itu, mau dirawat menggunakan pelayanan umum atau BPJS. Saya memilih umum dan meminta kepada petugas untuk segera memberikan obat penurun panas, karena khawatir kejang-kejang lagi, badannya pun masih panas dan lemas," ujar Jho melalui sambungan selularnya, kepada sukabumiupdate.com, Rabu (27/3/2019).
BACA JUGA: Gara-gara Uang Rajaban, Warga Palabuhanratu Kena Bacok
Namun sambung Jho, petugas medis tak memberikan obat terlebih dahulu, malah memberikan resep untuk membeli obat dan harus dibayar dengan uang cash di apotik. Sedangkan, Jho mengaku waktu itu lupa membawa uang, lantaran saat berangkat ke rumah sakit dalam keadaan panik.
"Jujur saya merasa kecewa dengan pelayanan rumah sakit ini, karena, saat saya meminta obat, petugas medis tidak memberikannya dengan alasan harus pakai tanda lunas," katanya.
Dengan rasa kecewa, Jho terpaksa kembali ke rumah menggunakan ojek untuk mengambil uang. Kembalinya dari rumah, ia harus mengantri di kasir, karena banyaknya pasien yang berobat. Setelah bukti lunas dan diberikan ke penjaga apotik, akhirnya bisa mengambil obat syrup penurun panas untuk anaknya.
BACA JUGA: Bacok Gara-gara Uang Rajaban di Palabuhanratu, Pelaku Pakai Golok Kelapa
"Sekitar 1 jam lah saya mengambil uang sampai bisa mendapatkan obat itu," paparnya.
Kemudian Jho keluar mencari sarapan untuk istrinya, namun saat kembali dari luar. Jho dibuat kaget karena melihat istrinya menangis. Pasalnya infusan yang dipasang di tangan anaknya banyak mengeluarkan darah, sampai menetes di bajunya.
"Saya tanya ke istri sudah melapor ke suster penjaga apa belum, istri saya menjawab sudah, tetapi bukannya dibenerin, malah diomelin katanya," ungkap Jho geram.
Khawatir terjadi sesuatu, Jho langsung meminta tolong kepada tim medis untuk segera membenarkan infusan anaknya. Namun sayangnya tim medis malah menyuruh anak Pelatihan Kerja Lapangan (PKL) untuk memperbaiki infusan tersebut yang sudah dipenuhi darah.
BACA JUGA: Kondisi dan Luka Korban Pembacokan di Palabuhanratu Sukabumi
"Saya tolak, karena waktu saya tanya, ia menjawab bahwa ia merupakan salah satu siswa yang sedang PKL dirumah sakit. Saat itu, saya bilang bahwa anak saya bukan boneka, jadi tolong suster atau perawat yang benerin. Setelah itu, anak PKL pergi dan tidak lama balik lagi membawa pesan, kalau mau di benerin ke luar saja sana," ketusnya.
"Saya binggung saat itu kondisi anak lagi sakit panas malah disuruh keluar, dari pada banyak tanya lagi saya mengalah dan diam, lalu memilih pulang saja dari pada anak saya dibikin seperti bukan manusia, sekarang anak saya dirawat di rumah saja, dari pada dirawat di rumah sakit Palabuhanratu tidak dianggap manusia," pungkasnya.
Sampai berita ini diterbitkan, Humas RSUD Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, belum bisa menyampaikan klatifikasi dan hingga kini mengaku sedang melakukan rapat. "Nanti ya rapat hela," singkat Humas RSUD Palabuhanratu, Bili Agustian melalui chat WhatApp.