SUKABUMIUPDATE.com - Sebanyak 350 siswa MDTA dan RA Al Muhlisin Kampung Lebaksinyar RT 03/06, Kelurahan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, harus belajar di masjid Al-Ikhlas.
Mereka kini tak bisa melaksanakan kegiatan belajar di sekolah imbas dari pembangunan proyek rel ganda atau doubel track KAI.
Sekolah MDTA dan RA milik yayasan Al Muhlisin berdiri dilahan PT KAI. Pihak yayasan terpaksa mengalah dan harus pindah, kini hampir separuh bangunan sekolah ini terkubur tanah proyek double track tersebut.
350 siswa yang terdiri dari 40 siswa RA dan sebanyak 310 siswa MDTA ini sudah sekitar dua minggu belajar di masjid yang berjarak tak jauh dari sekolah mereka.
Ketua Yayasan Al Muhlisin Endang Sukarman mengakui kalau sekolah tersebut memang menggunakan lahan PT KAI. Saat proyek pembangunan double track ini dimulai, pihak yayasan meminta toleransi waktu selama satu bulan agar sekolah itu jangan dulu dibongkar sebelum mendapat lokasi sekolah yang lebih representatif.
Namun, mencari lokasi yang diinginkan tak dapat diperoleh dalam waktu singkat serta uang kerohiman sebesar Rp 66 juta yang diterima pihak yayasan dari PT KAI tak cukup untuk membangun sekolah.
"Kami akui jika kami menggunakan lahan PT KAI dan kami sudah menerima uang kerohiman sebesar Rp 66juta. Kami bukan tidak mau pindah namun karena memindahkan anak didik sebanyak 350 siswa itu butuh sekolah yang presentetatif," ungkap Endang kepada sukabumiupdate.com, Rabu, (7/11/2018).
Endang mengatakan, uang kerohiman tersebut kini dijaminkan ke pemilik tanah untuk membangun sekolah. Diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp 1 Miliar lebih untuk membangun sekolah sebab harga tanahnya saja Rp 700 ribu per meter.
Siswa sekolah MDTA dan RA Al Muhlisin yang kini belajar di masjid. (Foto: Rawin Soedaryanto).
Kini proses pembangunan sedang dilaksanakan meskipun baru berdiri tembok saja, bahan bangunan pun hasil menghutang ke toko bangunan.
"Kami tidak menghalangi program pemerintah. Kami dari yayasan sudah mengajukan permohonan proposal bantuan ke balai perkeretaapian namun sampai saat ini belum ada realisasi," jelasnya.
Di masjid, kegiatan belajar mengajar tak bisa dilakukan secara efektif. Siswa harus belajar tanpa kursi dan meja, waktu belajar pun singkat sehingga banyak mata pelajaran yang terlewatkan sedangkan pada Desember mendatang akan dilaksanakan ujian.
BACA JUGA: Tembok Sekolah Jebol Gara-gara Proyek Double Track, Ini Komentar Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi
Endang kini hanya menggantungkan harapan kepada pemerintah daerah.
"Mencerdaskan anak bangsa adalah kewajiban pemerintah, kalau siswa kami sebanyak 350 belajar di masjid bagaimana bisa mendapatkan pendidikan yang optimal.
Kami berharap dari pemerintah dan DPRD dapat memperhatikan persoalan pendidikan yang sedang kami alami," tukasnya.