SUKABUMIUPDATE.com - Kamis pagi (26/4/20108), kawasan Sukabumi baik kota maupun kabupaten dilanda angin kencang selama hampir satu jam. Angin yang datang dari arah utara Kota Sukabumi menumbangkan pohon beringin besar di halaman RSUD Syamsudin hingga merusakan belasan mobil yang terparkir.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengirim rilis ke redaksi sukabumiupdate.com menjelaskan fenomena alam ini. Deputi bidang Klimatologi BMKG, Herizal menjelaskan bahwa cuaca ekstrem di sejumlah daerah di Indonesia,termasuk Sukabumi pada saat peralihan dari penghujan menuju kemarai saat ini, terjadi akibat aktifnya aliran massa udara basah.
BACA JUGA: Soal Kerusakan Kendaraan Tertimpa Pohon di RS Bunut Sukabumi, Muraz: Mudah-mudahan Ada Asuransi
"Berkembangnya aktifitas cuaca signifikan beberapa hari ini di sejumlah wilayah, selain pengaruh dinamika cuaca lokal, giatnya aktivitas cuaca juga didukung oleh aktifnya aliran massa udara basah yang lebih dikenal dengan fenomena skala regional Madden Julian Oscilation (MJO) atau fenomena gelombang atmosfer tropis yang merambat ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik," tulis Herizal dalam rilis tersebut.
MJO memiliki siklus perambatan 30-90 hari, dan dapat bertahan pada suatu fase (lokasi perambatan yang digambarkan dalam kuadran) sekitar 3 - 10 hari. Saat ini fase basah (konvektif) MJO terpantau sudah berada di kuadran 4, di wilayah Benua Maritim Indonesia.
BACA JUGA: Pohon Beringin di RS Bunut Sukabumi Tumbang Timpa Belasan Mobil
MJO fase ini memberikan pengaruh dalam meningkatkan suplay uap air yang berkontribusi pada pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat hingga tengah. "MJO kali ini juga berkaitan dengan berkembangnya banyak pusaran di sekitar wilayah Indonesia yang memicu pemusatan massa udara dan jalur pertemuan angin (konvergensi) yang dapat memicu pertumbuhan awan yang signifikan," sambungnya.
Menurut Herizal, dari sisi iklim, kehadiran MJO ini dapat meredam suhu panas dan hari hari kering di beberapa daerah yang sudah memasuki musim kemarau.Tetapi hal itu tidak berarti musim kemarau menjadi gagal atau tertunda.
"MJO diperkirakan aktif hingga awal Mei nanti. Setelah itu kondisi atmosfer akan kembali cenderung kering, musim kemarau diperkirakan dominan di semua tempat di Pulau Jawa," pungkas Herizal.