SUKABUMIUPDATE.com - Persaingan politik jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018-2023 di Kota Sukabumi semakin ketat, hanya saja kalangan pengamat politik menilai perhelatan pesta demokrasi lima tahunan tersebut masih lambat panas.
Pengamat Politik, Asep Deni menilai, lambat panasnya suhu politik di Kota Sukabumi bisa jadi karena dua hal. Pertama, masih menunggu statement sikap siap atau tidak maju mencalonkan incumbent Mohammad Muraz dan Achmad Fahmi. Kedua, belum ada partai yang secara langsung berani menyatakan bahwa calonnya harus menang.
“Orang lain sudah kemana, seperti pasang baligho dan membuat statement pernyataan,†ujarnya kepada sukabumiupdate.com, melalui sambungan telepon, Rabu (12/7).
Dirinya menegaskan, belum adanya pernyataan maju mencalonkan dari incumbent saat ini bukan karena malu-malu. Sedangkan dari sisi partai sendiri hanya soal waktu, karena ada yang ingin cepat dan melihat terlebih dahulu pergerakan partai lain.
“Ini lebih kepada soal strategi yang dilakukan oleh mereka,†katanya.
Deni tidak menampik jika mayoritas kandidat yang muncul ke permukaan saat ini masih orang-orang lama dan bagi orang baru di Kota Sukabumi akan sulit, karena partai politik tidak berhasil melakukan kaderisasi sehingga mencari calon pemimpin akan jauh lebih susah.
“Sekarang baru dua parpol yang melakukan penjaringan, yakni Gerindra dan PDIP sedangkan lainnya belum ada,†katanya.
Dirinya memprediksi, idealnya tiga pasangan yang akan maju dalam Pilkada Kota Sukabumi, karena untuk bisa empat pasangan agak berat jika melihat beberapa alat ukur untuk memilih kepala daerah. Pertama, dari sisi figur yang hakekatnya memilih calon pemimpin dan bukan memilih partai.
Kedua, kedudukan partai penting karena akan mengusung kandidat calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota di Kota Sukabumi apakah gabungan atau sendiri dengan syarat tujuh kursi. Ketiga, siapapun yang mencalonkan boleh sendiri atau dicalonkan orang lain. Keempat, melihat sisi popularitas, elektabilitas, sporting rating, leadership kompentensi, budget dan strategi.
“Tidak ada satupun partai di kota yang cukup untuk mengusung satu paket,†jelas Deni.
Terkait dengan koalisi permanen, Deni melihat tidak mungkin terjadi di Kota Sukabumi. Seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan Gerindra diatasnya koalisi, tapi kebawahnya belum tentu. Begitu juga PDIP bergabung dengan Nasdem, PBB dan PPP tidak ada jaminan.
Lebih lanjut diungkapkannya, berbicara isu krusial jelang Pilkada saat ini belum terlalu terlihat. Hanya saja bagi incumbent banyak sekali pekerjaan rumah yang harus diselesaikan seperti masalah kemacetan, rekayasa lalulintas, kebersihan, lingkungan dan paling utama isu Pasar Pelita.
“Isu Pasar pelita pengaruhnya besar bagi incumbent, kalau sekarang sudah ada pergerakan pembangunan akan mendongkrak elektabilitas Wali Kota dan Wakil Wali Kota sekarang,†pungkas Deni.