SUKABUMIUPDATE.com - Gamelan hanya ada dua di dunia, yaitu Gamelan Sari Oneng Sumedang dan Gamelan Sari Oneng Mataram. Menyebut nama Gamelan Sari Oneng Sumedang tidak bisa dilepaskan dari sebuah daerah di Utara Kabupaten Sukabumi, yakni Kecamatan Parakansalak, sehingga gamelan ini terkenal juga dengan nama Gamelan Sari Oneng Parakan Salak.
Keterkaitan Gamelan ini dengan Parakansalak tidak terlepas dari peran Adriaan Walrafen Holle, Administratur Perkebunan Teh Parakansalak atau PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII, pada 1857. Sebab dirinyalah yang memesan satu set gamelan tersebut kepada salah seorang pandai di Sumedang.
Sedangkan untuk ancag atau dudukan tempat menaruh gamelan, berbahan kayu besi, didatangkannya langsung dari Thailand. Uniknya, ancag adalah ukiran berbentuk kepala.singa pada bagian kepalanya. Hal lain yang membuat gamelan ini dinamai Sari Oneng Parakansalak adalah para Nayaga yang kesemuanya adalah warga Parakansalak.
Menelusuri cerita terkait gamelan ini, sukabumiupdate.com, menemui sesepuh dan juga seniman Sunda, Abah Badawang (60), warga Kampung Cilutung, Desa Lebakangi, Kecamatan Parakansalak. Menurut Badawang, saat ini gamelan dimaksud berada di Museum Prabu Geusan Ulun, Kabupaten Sumedang.Â
"Sari Oneng Parakansalak termasuk gamelan legendaris, karena telah melanglang buana dan ditabuh di sejumlah negara di Eropa. Oleh pengganti Tuan Holle yaitu Gustaf Mundt. Gamelan tersebut diboyong ke Eropa untuk tampil dan memeriahkan pameran teh dan produk perkebunan lainnya. Namun sejak itu, tidak kembali lagi ke Sukabumi," jelas Badawang.
BACA JUGA:
Kota Sukabumi Segera Miliki Museum Ketiga
Pelukis Berharap Lahan Eks Terminal Kota Sukabumi Jadi Taman Seni Budaya
Berharga Jutaan Rupiah, Cuitan dan Vibrasi Suara Angin di Pasirsela Kabupaten Sukabumi
Masih menurutnya, meski orang Eropa saat itu sedang menjajah negri kita, tetapi Holle dan Gustaf memiliki kecintaan terhadap seni budaya tradisional Sunda sangat kuat. "Ini terbukti dengan kerap dipertunjukannya Gamelan Sari Oneng Parakansalak di kancah internasional."
Sayangnya, menurut Badawang, kini para mantan nayaga-nya semua telah meninggal dunia sehingga tidak bisa menggali sejarahnya lebih jauh. Sekalipun bukan ahli waris gamelan tersebut. tetapi ia cukup mengetahui sejarah Gamelan Sari Oneng tersebut.Â
Lebih jauh Badawang menuturkan, jika dirinya bersama ahli waris gamelan pernah mengajukan permintaan kepada pihak Museum Prabu Geusan Ulun untuk membawa kembali satu set gamelan tersebut. Namun, hal itu terkendala dengan ketiadaan museum di Kabupaten Sukabumi yang menjadi prasyarat gamelan tersebut bisa dibawa pulang kembali ke daerah asalnya.
"Kungsi ngajukeun ka museum di Sumedang, ari ceuk itu kop teh teuing bawa, ngan syaratna Sukabumi kedah gaduh museum jang nyimpenna," tuturnya menyesalkan.