SUKABUMIUPDATE.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi menegaskan info identitas pasien positif corona adalah seorang buruh salah satu pabrik adalah kabar bohong alias hoax. Gugus tugas covid-19 Kabupaten Sukabumi meminta warga tidak terus menerus menebar spekulasi soal identitas dan domisili pasien tersebut, karena akan menganggu psikologis masyarakat menimbulkan keresahan dan akhirnya berdampak pada kesehatan dan sistem imunitas tubuh.
Sejak kemarin, setelah pengumuman satu warga Kabupaten Sukabumi positif corona, warga memang banyak yang menduga-duga identitas dan domisilinya. Media sosial baik facebook hingga wa grup dipenuhi informasi yang menyebutkan identitas pasien tersebut bahkan ada yang sudah menyebut nama, pekerjaan dan tempat tinggalnya.
Salah satunya yang menyebutkan bahwa pasien laki-laki ini adalah salah seorag karyawan (buruh) salah satu pabrik di Cibadak Kabupaten Sukabumi. “Info hoax,” jelas Kepala Dinas Kesehatan sekaligus juru bicara media center Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Sukabumi, Harun Alrasyid.
BACA JUGA: Update 25/3/2020: Pasca 1 Positif, ODP Membludak Hingga 130 Orang di Kabupaten Sukabumi
Tentang identitas pasien positif, Harun Alrasyid kembali menegaskan bahwa ada aturan dalam dunia media yang tidak memperbolehkan identitas pasien diungkap ke publik. “Saya tegaskan sekali lagi, semua orang memiliki hak informasi. Namun dalam hal medis ada hak privasi yang dimiliki oleh pasien untuk tidak terpublikasikan,” tegasnya kepada wartawan saat menggelar rilis update data covid-19 di pendopo Sukabumi, Rabu (25/3/2020).
Ia menambahkan aturan ini ada di UU Kesehatan Nomor 36 tahun 2009, UU Rumah Sakit, UU Kedokteran dan Kode Etik Kedokteran. “Disana diatur pasien apa saja yang identitasnya tidak boleh terpublikasi kepada khalayak, ada beberapa penyakit masuk kategori yang bisa menjustifikasi, menimbulkan stigma dan diskriminasi.”
BACA JUGA: Ini Alasan Tim Covid-19 Kabupaten Sukabumi Tidak Buka Domisili Pasien Positif Corona
Harun meminta warga dan netizen menahan diri untuk tidak terlibat terlalu dalam penyebaran dan penerimaan informasi soal covid-19. "Contohnya begini, model memberikan satu informasi yang salah, dengan pemberitaan yang hoaks itu otomatis menimbulkan satu kekhawatiran. Sehingga bukannya berbuat, malah itu akan menurunkan daya tahan tubuh kita," lanjut Harun.
"Yang paling baik adalah meningkatkan imun kita dengan melakukan satu edukasi. Untuk selalu mengingatkan, untuk selalu mengedukasi. Yang paling dekat, tingkatkan rasa optimis kita bahwa hidup ini adalah tantangan dan harus siap menghadapinya," pungkasnya.