SUKABUMIUPDATE.com - Pandemi Covid-19 membawa imbas terhadap penjualan seragam sekolah. Pedagang merasakan perbedaan yang sangat besar soal omzet antara tahun ajaran 2020/2021 dengan tahun ajaran sebelumnya.
"Setiap tahun ajaran baru, biasanya toko suka ramai sama pembeli yang belanja seragam. Tapi tahun ini, bisa dibilang pembeli yang belanja seragam itu berkurang," kata pegawai toko seragam Kenanga Capitol, Kota Sukabumi, Galuh Damara (20 tahun), Kamis (23/7/2020).
BACA JUGA: Belajar di Rumah Tapi Seragam dan LKS Tetap Harus Dibeli, Apa Kata Disdik Kota Sukabumi?
Menurut Galuh, omzet yang dihasilkan pada masa Adaptasi Kebiasan Baru (AKB) ini juga menurun. Salah satu penyebabnya, pelajar yang kini masih belajar di rumah dengan cara online.
Galuh pun membandingkan dengan omzet yang diperoleh sebelum pandemi dan AKB. Saat itu omzet yang didapatkan bisa mencapai kisaran Rp 50 juta dalam sebulan. Sedangkan dimasa AKB ini diperkirakan hanya Rp 20 hingga Rp 30 juta saja dalam sebulan.
"Setiap tahun ajaran baru produk yang banyak dibeli yaitu seragam SD, SMP, dan SMA. Harga yang dijual pun beragam. Dari kisaran Rp 140 ribu - Rp 180 ribu per pasang seragam, tergantung ukuran dan bahan yang dibeli," jelas Galuh.
BACA JUGA: Sekolah di Jawa Barat Masih Tutup Sampai Januari 2021, Belajar di Rumah
Sistem belajar mengajar pada tahun ajaran baru 2020/2021 dilakukan secara berbeda, yaitu dengan online atau dalam jaringan (daring) sehingga belajar di rumah. Kendati demikian, para siswa dan siswa tetap diwajibkan menggunakan seragam sekolah meskipun hanya belajar dirumah.
"Mungkin tujuan dari pihak sekolah untuk membiasakan muridnya menggunakan seragam, supaya ketika nanti sudah bisa belajar di sekolah lagi pakaian yang digunakan siswanya tetap rapi. Penerapan ini bagus untuk seusia anak saya yang masih SD," ujar Siti N (35 tahun), pengunjung toko seragam di Capitol, Kota Sukabumi.