SUKABUMIUPDDATE.com - Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat (Jabar) dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS), Abdul Muiz, mengajak dukung produk-produk Purna Migran dan Keluarga PMI (Pekerja Migran Indonesia).
BACA JUGA: Abdul Muiz Minta Pemerintah Pusat Kembangkan Palabuhanratu Sukabumi
Oleh karena itu, dirinya meminta Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) untuk memfasilitasi permodalan, memberikan bimbingan teknis (Bimtek) wirausaha, skill pengepakan dan pemasaran produk purna migran melalui online.
"Kami juga mendorong kepada purna migran yang sukses untuk kembali ke desa, membangun desa, dan daerah serta merintis usaha bersama dengan purna migran atau keluarga purna migran dengan masyarakat lingkungan," ujarnya kepada sukabumiupdate.com melalui chat WhatsApp (WA), Rabu (24/6/2020).
Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat (Jabar) dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS), Abdul Muiz, mengunjungi aktifis purna migran yang sukses memberikan pendampingan kepada PMI dan Keluarga PMI.//FOTO: ISTIMEWA.
Menurut Muiz, pemberdayaan ekonomi produktif untuk purna migran dan keluarga PMI ini merupakan salah satu upaya dalam memberikan perlindungan terhadap purna migran Indonesia yang kembali ke daerahnya masing-masing.
Di sisi lain, sambung Muiz agar wirausaha purna migran ini berhasil, perlu dukungan dari berbagai pihak antara pihak-pihak terkait. Baik itu dari Pemerintahan Pusat Kementrian, Provinsi, Kabupaten, Pemdes, BUMN, dan Lembaga Masyarakat.
"Seperti sosok Ibu Darwinah Spd, aktifis purna migran yang sukses memberikan pendampingan kepada PMI dan Keluarga PMI dan telah merintis usaha purna migran yang produknya sudah sampai ke luar negeri," paparnya.
BACA JUGA: Pansus VI DPRD Jabar Abdul Muiz, Pemerintah Harus Lebih Serius Memikirkan Pelindungan PMI
Muiz juga mengajak agar mendukung program rintisan desa percontohan purna migran dikantong-kantong PMI di Jabar.
"Kita juga bisa mengadopsi program Desa Migran Produktif (Desmigratif) di Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat," ungkapnya.
Dilansir dari beritasatu.com, Desa Kenanga merupakan satu dari dua desa yang menjadi pilot project (percontohan) progam Desmiratif. Satu desa lainnya yaitu Desa Kuripan, Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
"Pelaksanaan program Desa Migran Produktif (Desmigratif) di desa kami ini benar-benar menyelamatkan warga desa kami dari kemiskinan ekonomi dan mental boros serta suka mabuk," kata Kepala Desa Kenanga.
Menurut Darpani, Desa Kenanga terselamatkan secara ekonomi karena banyak masyarakatnya terutama perempuan pergi merantau ke luar negeri sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI).
"Setelah program Desmigratif dijalankan uang yang dikirim TKI dari luar negeri benar-benar bermanfaat bagi desa ini, terutama keluarga TKI,” kata dia. Namun, ia mengaku tidak hafal jumlah uang yang dikirim TKI dari luar negeri (remittance) setiap bulannya.
Ia mengtakan, sebelum program Desmigratif dijalankan di desa itu banyak suami TKI menghamburkan uang kiriman istrinya (TKI) dengan mabuk-mabuk dan hidup tidak benar lainnya seperti “main gila” dengan perempuan lain. “Karena itulah sejak dulu umumnya kalau istrinya pergi merantau ke luar negeri, pasti cerai. Kenapa ? Ya karena duit habis dan sang suami nikah lagi,” kata dia.
BACA JUGA: Abdul Muiz Dorong Pemprov Jabar Buat Kebijakan Berpihak pada Tenaga Kerja Migran
Akibat lebih jauh, kata dia, anak-anak mereka menjadi terlantar. “Sehingga yang terjadi adalah pergi merantau keluar negeri justru membawa malapeta bagi keluarga terutama anak-anak. Namun sekarang mulai hilang kebiasaan seperti itu," kata dia.
Ketika program Desmigratif dijalankan di desa itu, suami-suami TKI dua kali sebulan dikumpulkan di kantor desa dan diberi ceramah serta pelatihan bagaimana mengelola keuangan dan berwirausaha. “Mereka diberi ceramah keagamaan dari para ustadz dan diberi pendidikan serta pelatihan pengelolaan keuangan dari sejumlah sejumlah lembaga seperti Bank BNI, dan PT Pos Indonesia," kata dia.
Sehingga tidak heran di desa itu sekarang banyak lelaki sebagai pengrajin tempe dan tahu, keripik pisang dan singkong, pengusaha telur puyuh, telur bebek, dan sebagainya. “Modalnya ya dari uang yang dikirim istri mereka. Mereka tidak hambur-hamburkan uang lagi," kata dia.