SUKABUMIUPDATE.com – Hari ini, tanggal 2 Oktober 2019 ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional oleh Pemerintah, dengan konsekuensi ini semua elemen warga dihimbau (belum diwajibkan) memakai batik. Mulai dari kantoran hingga pelajar di Kota Sukabumi hari ini diminta (diimbau) untuk mengenakan batik.
BACA JUGA: Membumikan Batik Sukabumi
Namun imbauan ini mendadak, seperti diungkapkan sejumlah ibu rumah tangga sekaligus orang tua siswa yang ditemui sukabumiupdate.com, Rabu (2/10/2019). “Baru kemarin dikasih tau sama gurunya, hari ini anak harus ke sekolah pakai batik,” jelas orang tua siswa warga di Kota Sukabumi, yang enggan namanya dicantumkan dalam berita.
Ini yang membuat ia bersama sejumlah orang tua siswa salah satu SD negeri di Jalan Bhayangkara keberatan. "Iya kalau lagi pegang uang bisa beli, tapi bagi yang nggak punya uang kan nggak mungin minjam uang hanya untuk beli batik. Saya udah cari ke tetangga tapi nggak ada batik yang seukuran anak saya,” sambungnya.
Beruntung di sekolah anaknya, guru tidak mewajibkan pakai batik baru. Siswa yang belum punya batik bisa menggunakan seragam batik yang memang jadi salah satu dari banyak model seragam di sekolahnya.
“Anak saya jadi pakai seragam batik sekolah saja. Seharunya pemerintah jangan dadakanlah. Kesannya kan SDN yang sudah tanpa biaya ini (gratis) selalu mengeluarkan kebijakan yang ujung-ujung orang tua harus mengeluarkan terus biaya untuk beragam kegiatan," katanya.
BACA JUGA: Perkenalkan Batik Lokatmala, JDIH Pemkot Sukabumi Raih Juara Nasional
Ibu yang ini masih beruntung anaknya bersekolah di SD negeri yang memang memiliki seragam batik. Tetanggnya di Ciaul Pasir harus ke pasar untuk mencarikan batik bagi anaknya yang sekolah di SD swasta yang tidak memiliki seragam batik di daftar seragam sekolahnya.
“Tetangga saya itu harus beli karena sekolah anaknya memang tidak ada seragam motif batiknya. Menurut saya sih kebijakan ini tidak perlu dipaksakan untuk pelajar. Masih banyak yang lebih pas untuk mendorong siswa mencintai batik, lebih baik dikenalkan dengan batik itu apa? dan bagaimana membuat batik dari pada hanya sekedar dipaksa memakai batik,” pungkas orang tua siswa SD swasta di Kota Sukabumi ini singkat.
Curhatan orang tua siswa ini dipahami oleh para pegiat batik lokal di Sukabumi. Fonna Melania (40) pengrajin batik sekaligus pemilik merk Lokatmala khas sukabumi menegaskan seharusnya bukan hanya di hari batik saja tapi setiap hari adalah hari batik.
BACA JUGA: Batik Khas Sukabumi Kurang Promosi
Menurutnya sosialisasi batik itu bukan hanya sebatas penjualan, namun lebih dari itu masyarakat sudah harus faham bahwa batik itu adalah proses. "Yang kita peringati sekarang ini sebagai hari batik oleh Unesco itu Unesco mensyahkan batik sebagai warisan budaya non bendawi, jadi batik itu bukan motif tapi proses," sambungnya.
Menurut Fonna sosialisasi dan pemahan Batik sebagai warisan Budaya non benda ini yang masih menjadi PR bersama, tidak cukup dengan peringatan hari batik saja. Pengenalan batik bagi generasi milenial pun ia coba sajikan dengan memadukan batik dengan nilai estetika yang bisa diterima oleh milenial. "Kalau buat saya sih Everyday is a batik day, karena setiap hari kami disini membatik,"pungkasnya.