SUKABUMIUPDATE.com - Tas merupakan salah satu barang yang menjadi bagian dari keseharian. Bicara soal tas tradisional, ada yang namanya tas koja yang terbuat dari kulit kayu pohon teureup. Pohon teureup punya nama ilmiah Artocarpus elasticus. Pohon ini juga dikenal sebagai pohon benda, masuk dalam keluarga Artocarpus, seperti nangka, sukun, dan cempedak
Salah satu perajin tas koja adalah Iwansyah (44 tahun) warga Nageleng RT 06/03 Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi.
BACA JUGA: Produksi Berkurang, Perajin Gula Aren di Cidadap Sukabumi Kesulitan Bahan Baku
"Saya belajar membuat tas ini cukup lama dan pada awalnya saya tidak pernah berpikiran untuk menjual tasnya hanya ingin bisa saja. Namun seiring berjalannya waktu saya melihat bahwa perajin perajin tas koja di daerah-daerah sudah mulai tidak ada dan tidak ada penerusnya hingga akhirnya saya berusaha untuk mengembangkan kembali," ujar iwan kepada sukabumiupdate.com, Kamis, (25/7/2019).
Iwan mengungkapkan, kulit pohon teurap dikenal tahan rayap sehingga dijadikan bahan tas koja. Menurut dia, pohon tersebut banyak tumbuh di hutan. Kulit pohon akan dijemur sampai kering lalu akan dijadikan serabut untuk memudahkan dalam pembuatan benang. Proses pembuatan benang ini yang memakan waktu cukup lama bisa berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
"Prosesnya memang membutuhkan waktu yang lama karena kesulitannya adalah ketika membuat benang dari kulit kayunya. Untuk proses menganyamnya sebetulnya tidak terlalu sulit dan tidak lama juga. Untuk motif dan bentuk saya bikin sesuai selera pembeli," ujar Iwan.
BACA JUGA:Perajin Sapu Ijuk Asal Sagaranten Sukabumi Tinggal di Rumah Tanpa Jendela
Iwan mengakui tas koja yang diproduksinya menyesuaikan dengan pesanan saja dalam sebulan sekitar 4-5 tas koja dibuat. Biasanya yang pesan masih dari daerah Cidadap. Untuk harga, tas ukuran 20x20 Rp 300 ribu. Sejatinya, tak hanya tas koja saja yang dibuat Iwan, ada juga taplak meja dan gelang.
"Kerajinan yang saya buat tidak hanya tas saya bikin juga gelang taplak meja, apa saja yang pembeli ingin kalau saya bisa membuatnya yah saya buat asalkan di beri contoh dan motifnya ingin seperti apa," imbuhnya.
Dari usahanya ini, Iwan mampu menafkahi keluarganya. Dia berharap, keahlian membuat tas koja ini bisa ditularkan kepada para pemuda sehingga bisa membangkitkan perekonomian di kampungnya dan melestarikan tas tradisional tersebut.
BACA JUGA: Perajin Tungku Cipancur Sukabumi Kesulitan Jual Produknya
"Keinginan saya kedepannya ingin pemuda-pemuda disini juga bisa dan belajar agar perajin-perajin tas koja itu terus ada hingga berkembang. Saya berharap konsumen makin banyak," ujarnya.
Sementara itu, ketua RT 06 Cece (50 tahun) mengapresiasi usaha yang dilakukan Iwan. Menurut dia dengan membuat tas koja sama dengan melestarikan barang-barang tradisional disamping bernilai ekonomi.
BACA JUGA: Sangkar Burung Buatan Perajin Tuli, Harganya Hingga Rp 4 Juta
"Perajin seperti ini seharusnya makin banyak dan harus dikembangkan karena perajin tas koja itu sudah jarang nah di sinilah peran saya sebagai ketua RT harus mengajak dan menerapkan kepada masyarakat yang lain agar bisa mengikuti belajar membuat kerajinan seperti ini," ujar cece.