SUKABUMIUPDATE.com - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite yang awalnya Rp 7.600 menjadi Rp 7.800 mengundang reaksi dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sukabumi.
Menurut HMI, pemerintah tidak mempertimbangkan dampak kesenjangan sosial, ekonomi dalam menaikan harga BBM.
BACA JUGA: Libur Tahun Baru, Penjualan BBM di Pajampangan Melonjak
"Semau gue naikin harga BBM. BBM melambung tinggi hampir setiap bulannya di tahun ini," ujar Ketua Umum HMI Cabang Sukabumi Dede Irfan Afriandi.
Dede menegaskan, kenaikan harga BBM ini sama dengan menindas rakyat tanpa ada ampun melalui regulasi dan birokrasi yang menguntungkan pihak tertentu. Bukan malah mengakomodir dan mengutamakan kepentingan rakyat.
"SeharuSnya dalam menaikan harga BBM perlu pertimbangan-pertimbangan khusus," jelasnya.
BACA JUGA: SPBU Coco Cisolok Kabupaten Sukabumi Dituding Lakukan Kecurangan
Terpisah, Anggota DPRD Komisi IV Kabupaten Sukabumi Asep Haryanto mengatakan kenaikan BBM ini menyulitkan masyarakat dalam memilih. Pasalnya, seiring kenaikan harga pertalite, bensin premium mulai langka hingga pada akhirnya harus membeli BBM Pertalite yang kini naik Rp 200.
"Setelah Pertamax disusul Pertalite dengan kenaikan Rp 200. Rakyat harus beli BBM apalagi yang relatif murah mau balik ke premium itu sudah menjadi hal yang langka. Akhirnya membeli BBM mahal dengan keterpaksaan tanpa ada pilihan," pungkasnya.