SUKABUMIUPDATE.com – Wilayah Kota Sukabumi dan sekitarnya Jumat siang kemarin dilanda gempa “kembar”, yang hanya berselamat 5 menit. Kekuatannya 3.3 dan 2.6 magnitudo namun dilaporkan merusak, BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika) meminta warga Sukabumi mewaspadai gempa kerak dangkal dari sesar Cipamingkis dan Cimandiri yang terpantau aktif.
Gempa bumi yang mengguncang Sukabumi pada Jumat (4/9/2020) siang mengakibatkan rumah warga Caringin Ngumbang RT 03/10 Kelurahan Benteng, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi roboh. Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Imran Wardhani dalam keterangan tertulis menyebut, rumah milik Soni Ardianto tersebut dilaporkan roboh akibat gempa dua kali berturut-turut. Pusat gempa dangkal itu berada di kawasan Nyalindung Kabupaten Sukabumi.
BACA JUGA: Rumah Warga di Kota Sukabumi Roboh Akibat Guncangan Dua Kali Gempa Dangkal
Ahli gempa BMKG, Dr Daryono membuat tulisan khusus tentang fenomena gempa kerak dangkat ini. Menurut Daryono, dalam 2 hari terakhir, tanggal 3 dan 4 September 2020, BMKG sudah mencatat telah terjadi 5 (empat) kali aktivitas gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif di daratan Pulau Jawa.
Pertama, Gempa Dieng Wonosobo magnitudo 2,2 pada 3 September 2020 pukul 5.00.36 WIB dengan lokasi episenter pada koordinat 7,12 LS dan 109,78 BT tepatnya di darat pada jarak 14 km arah utara Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, kedalaman 10 km, dan dirasakan di Dieng I-II MMI.
Kedua, gempa Sukabumi magnitudo 2,7 pada 3 September 2020 pukul 20.42.39 WIB lokasi episenter pada koordinat 7,08 LS dan 106.95 BT tepatnya di darat pada jarak 18 km arah Tenggara Kota Sukabumi, Jawa Barat, kedalaman 10 km, dan dirasakan di Kecamatan Nyalindung Sukabumi II-III MMI.
Ketiga gempa Bantul magnitudo 3,1 pada 4 September 2020 pukul 00.07.15 WIB Lokasi episenter pada koordinat 7,93 LS dan 110,48 BT di darat pada jarak 15 km arah Baratlaut Gunungkidul, Yogyakarta, kedalaman 5 km dan dirasakan di Bantul II MMI.
Keempat gempa Sukabumi magnitudo 3,3 pada 4 September 2020 pukul 13.30.52 WIB lokasi episenter pada koordinat 7,11 LS dan 106,93 BT tepatnya di darat pada jarak 20 km arah Tenggara Kota Sukabumi, Jawa Barat, kedalaman 4 km dan dirasakan di Kec. Nyalindung Sukabumi II-III MMI.
Berselang 5 menit, terjadi gempa kerak dangkal kelima masih di Sukabumi. 21 kilometer barat daya Kota Sukabumi Jawa Barat, atau 7.11 lintang selatan – 106.94 bujur timur dengan kedalaman 3 kilometer, dengan kekuatan 2.6 magnitudo.
BACA JUGA: Berselang 5 Menit, Ini Gempa Dangkal Ketiga di Barat Daya Kota Sukabumi (Nyalindung)
Rentetan gempa kerak dangkal di pulau Jawa akibat sesar lokal yang aktif. (Daryono BMKG)
Rentetan gempa tektonik sambung Dartono merupakan jenis gempa kerak dangkal, akibat aktivitas sesar aktif. Gempa Wonosobo dipicu oleh sesar lokasl di sekitar Pegunungan Dieng, Gempa Sukabumi dipicu oleh aktivitas sesar aktif di zona Cipamingkis, dan Gempa Bantul dipicu oleh aktivitas penyesaran di zona Sesar Opak.
“Gempa akibat aktivitas sesar aktif, meskipun magnitudonya tidak terlalu besar maka patut diwaspadai. Keberadaan sesar aktif yang jalurnya dekat kawasan permukiman tentu sangat berisiko dapat menimbulkan kerusakan dan juga korban jiwa,” jelasnya.
BACA JUGA: Sesar Cipamingkis Aktif! Nyalindung Sukabumi Kembali Gempa, Kali Ini 3.3 Magnitudo
Untuk menimbulkan terjadinya kerusakan bangunan rumah, gempa akibat sesar aktif dangkal tidak harus berkekuatan besar. BMKG mencatat bahwa sejak 2015 di Pulau Jawa saja setidaknya telah terjadi 5 kali gempa merusak yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang berkedalaman dangkal dengan magnitudo kurang dari 5,0 (M
Ada gempa Madiun Magnitudo 4,2 pada 25 Juni 2015, gempa Pangalengan Magnitudo 4,2 pada 6 November 2016, gempa Garur magnitudo 3,7 pada 18 Juli 2017, gempa Banjarnegara Magnitudo 4,4 18 April 2018 merusak lebih dari 316 bangunan rumah, dan gempa Lebak Magnitudo 4,4 pada 7 Juli 2018.
BACA JUGA: Gempa Darat Magnitudo 2.7 di Nyalindung Sukabumi, Terasa?
“Rentetan gempa kecil tersebut di atas semua kekuatannya kurang dari 5,0. Untuk itu, dengan fakta dan data tersebut di atas, maka aktivitas sesar aktif di daratan dan utamanya dekat dengan kawasan permukiman tentunya patut diwaspadai,” sambung Daryono.
Sebagai upaya mitigasi gempa, BMKG menurut Daryono akan terus menghimbau agar masyarakat serius dalam mewujudkan bangunan rumah tahan gempa serta memahami cara sesaat saat terjadi gempa bumi. “Ingat gempa tidaklah membunuh dan melukai, karena yang menimbulkan korban jiwa yang sebenanarnya adalah bangunan tembok dengan yang kualitas rendah asal bangun tanpa mengacu aturan bangunan tahan gempa, sehingga saat terjadi gempa bangunan tembok seperti itu dapat roboh dan menimpa penghuninya,” pungkasnya.