SUKABUMIUPDATE.com - Konflik antara ojek online (ojol) dengan ojek pangkalan (opang) kembali memanas di wilayah Sukabumi. Yang terbaru, dipicu adanya pemukulan terhadap salah satu driver ojol oleh sejumlah driver opang di wilayah pangkalan Ucup, Karawang, Salabintana, Sukabumi pada hari Rabu (6/3/2019) lalu.
Mungkin menjadi pertanyaan besar bagi warga Sukabumi, mengapa konflik ini belum juga berakhir. Ojol mulai masuk ke wilayah Sukabumi pada tahun 2017 silam. Hingga sekarang, nampaknya situasi panas dingin antara ojol dan opang masih saja terjadi.
Sukabumiupdate.com mencoba mewawancarai salah satu orang berpengaruh di komunitas ojol di Sukabumi, yakni Ketua Umum Baraya Ojol Sukabumi (BOS), Ruswanda (35 tahun). Pria kelahiran Sukabumi, 5 Maret 1985 itu sudah menjadi driver ojol sejak 11 Mei 2017 lalu.
2017 merupakan awal masuknya ojol wilayah Sukabumi. Beberapa pengalaman manis dan pahit sudah ia alami selama menjadi driver ojol di Sukabumi. Ia menerangkan, untuk di wilayah Sukabumi baik kota dan kabupaten, jumlahnya ada sekitar 53 komunitas ojol, dan BOS sendiri yang merupakan paguyuban para driver ojol, menaungi 20 komunitas yang ada di Sukabumi.
Terkait isu yang tengah viral dibicarakan warga Sukabumi ini, simak petikan wawancara sukabumiupdate.com dengan Ruswanda berikut ini.
Akhir-akhir ini hubungan ojol dan opang di Sukabumi kembali panas, ada kasus Pasar Cibadak, Parungkuda dan terbaru Karawang Salabintana. Sebenarnya apa yang terjadi, dan jadi masalah?
Si opang ini enggak bisa nerima keadaan ojol, karena mungkin mata pencaharian mereka merasa terganggu dengan adanya ojol di Sukabumi. Kita tidak meributkan apa-apa sih, kalau percaya rezeki sudah ada yang mengatur tidak usah diributin. Mereka tidak bisa terima, diajak gabung juga enggak mau dengan alasan tidak punya handphone dan motornya motor tua dengan berbagai banyak alasan.
Sebenarnya kan sempat mereda? Atau memang tidak pernah mereda? Selalu panas dingin dan pecah sewaktu waktu ada sentuhan?
Ini kadang memanas, kalau ada kejadian nyampe di-stop. Apalagi sampai ada pemukulan itu, seperti contoh di Cibadak satu kali ada pemukulan oleh opang. Cicurug juga, ramenya kita di Parungkuda di pertengahan. Walaupun kita ramai ke sana, itu hanya menuntut keadilan saja sebenarnya, supaya tidak terjadi hal-hal yang demikian.
Menurut anda, kenapa masalah ini terus berlanjut? Karena semua tahu ojol dan opang sama-sama cari rezeki yang halal?
Iri mungkin, saking banyaknya ojol, saking antusiasnya warga juga mungkin, ngebantu pengangguran di Sukabumi, lalu-lalang di jalan mungkin, begitu banyak yang melintasi pangakalan. Sedangkan mereka mungkin enggak narik-narik, kita lalu-lalang terus lewati pangkalan mereka. Egois juga mereka, padahal udah berapa kali kita ajak gabung.
Kenapa anda menyebut opang iri dengan keberadaan ojol?
Ya, mungkin itu ego ya. Mereka enggak mau gabung juga di ojol ini. Mungkin susah juga sebenarnya. Sudah coba ajak beberapa kali. Bahkan ke Karawang aja kita sudah mediasi tiga kali. Seharusunya kita saling bisa terima aja, sama-sama cari recehan kita di jalan, di ojol pun sama.
Enggak gampang cari uang. Kalau memang lagi ada aja, kalau enggak ada ya enggak ada. Dapet duit berapa sih, sama kayak mereka. Enggak besar, kita enggak dapet gaji, sesuai yang didapetnya aja di jalan.
Sepengetahuan anda, masih ada berapa pangkalan yang statusnya merah atau bahaya bagi ojol di Sukabumi?
Untuk lokasi, kabupaten mungkin Cibadak masih anget-anget jahe belum kondusif. Kalau untuk wilayah Kota Sukabumi sebenarnya kondusif ya. Cuman Karawang aja sama Cibatu, masih ada plang dua-dua nya. Di Cibatu ada tapi tidak ada sampai pemukulan, di Karawang tidak akan terjadi datang anak-anak ojol ke sana kalau tidak ada pemukulan.
Apakah ada upaya pendekatan langsung ke opang oleh teman-teman komunitas ojol?
Kita itu sudah datang beberapa kali, ngajak bergabung. Bahkan kita bawa aplikator dari Go-Jek dan Grab. Saya bawa ke mereka itu mereka malah bawa massa waktu itu. Saya sudah hampir tiga kali koordinasi di polsek itu ngajak mereka bergabung. Udah dipermudah, semua surat bisa menyusul, tapi tetep mereka berusaha keras menolak keberadaan ojol ini. Di Karawang dan di Cibadak seperti itu. Kita udah ajak kok kemudahan dan segala macam.
Anda punya solusi untuk masalah ini? Harus seperti apa? Misalnya perlu peran pemerintah seperti apa?
Solusinya mengajak mereka bergabung. Seharusnya ada campur tangan pemerintah. Karena kita pun butuh kebebasan, apalagi kita itu di sini sebagai warga sendiri bukan warga asing. Kenapa mereka tidak mengusik warga asing yang banyak mencari uang di negara kita ini.
Pabrik-pabrik itu siapa yang punya? Kok enggak mereka usik? Kenapa kita yang diusik. Kepolisian juga tidak bisa membuka akses masuk ke Karawang itu, jadinya seperti kejadian malam itu. Kita udah lakukan PDKT, pada akhirnya itu kembali ke diri masing-masing aja sih sebenarnya.