SUKABUMIUPDATE.com - Menjadi bagian dari Timnas merupakan sebuah kebanggan bagi pesepakbola manapun. Perasaan tersebut juga dirasakan Sani Rizki Fauzi, pesepakbola Bhayangkara FC ini menjadi salah satu dari 23 pemain timnas U-22 yang dipercaya pelatih Indra Sjafri untuk melakoni pertandingan piala AFF U-22 di Kamboja.
Sani adalah putra dari pasangan Edi Riyadi dan Ida Kusumawati. Dia lahir di Sukabumi, 7 Januari 1998. Kepiawaian anggota Sat Brimob Polda Metro Jaya berpangkat Bripda di lapangan hijau mengantarkan Sani ke ke pertandingan sepakbola bergengsi. Sani memang sejak kecil memang bercita-cita menjadi pesepakbola handal. Tapi untuk dapat seperti saat ini, bukan seperti membalikan telapak tangan.
Seperti apa perjalanan karir Sani hingga bisa memperkuat skuat timnas U-22. Berikut wawancaranya:
Sebelum masuk timnas, Sani memulai karir sepakbola sejak kapan?
Pertama dari kelas 3 SD di SSB PSPB Cicurug sampai SMA. Saya sekolah di SDN 4 Cicurug, SMPN 1 Cicurug, dan SMAN 1 Cicurug. Saat itu, Kata pelatih SSB PSPB, Pak Acep Engkus bilang nanti sore ada uji coba, ada tim talent dari Jakarta untuk Soeratin Cup. Karena ada tim talent, semua pemain ingin menunjukan yang terbaik. Alhamdulillah saya cetak dua gol waktu uji coba. Selesai pertandingan, Pak Acep bilang, Sani Alhamdulillah diminati. Berdua tuh sama teman saya Egi yang rumahnya di sikup, saya waktu itu masih sekolah di SMANSA Cicurug kelas 1. Juara tuh 2014, di piala Soeratin DKI Jakarta di tim Urakan FC Jakarta Timur.
Setelah itu bagaimana Sani bisa berada di PPLP?
Dari Urakan FC, soalnya dari PPLP juga mencari bakat dari klub Urakan Juga. Jadi pemain-pemain yang berbakat dari DKI itu bisa dimasukin beasiswa buat sekolah di Ragunan. Saya ngurus-ngurus dari SMANSA Cicurug buat pindah. Orang tua ngurus di Cicurug, Sani ngurus di Jakarta sama pelatih. Pas kenaikan kelas 2 SMA itu saya pindah ke PPLP. Lulus dari PPLP pada 2016.
Setelah lulus dari PPLP pada 2016, Sani langsung gabung klub mana?
Saya sempat bimbang kan. Dulukan PSSI dibekukan 2015. Saya sempat bingung juga sebab sudah mau lulus PPLP. Mau ngelanjutin ke klub, PSSI dibekukan jadi gak bisa ada turnamen kan waktu itu tuh. Mau kuliah saya takut jadi beban orang tua, biaya terus orang tua. Waktu PSSI dibekukan sempat mikir sempat goyah juga, mau kemana nih. Tapi kalau kuliah dapat bea siswa di UNJ, di UPI. Kalau lulusan dari PPLP pasti beasiswa. Alhamdullilah saya sudah lulus tapi masih latihan di PPLP, pelatih saya om Rasito baik sekali. Om Rasito sudah menganggap saya anak. Hingga dari Polda Metro Jaya tuh cari bakat ke PPLP.
Saat itu apa Sani langsung menerima tawaran masuk anggota kepolisian?
Waduh saya badan kecil. Tapi pelatih saya meyakinkan saya. Kata pelatih ikuti saja siapa tahu rezeki. Teman-teman saya itu kan badannnya tinggi-tinggi. Saya pun telepon ke orang tua meminta izin, saya ikut pendaftaran polisi. Ngurusin berkas persyaratan pulang pergi Jakarta Sukabumi. Setelah itu ikutin berbagai tes. Dari PPLP banyak yang ikut, dari sepakbola ada delapan orang. Saya ikutin semuanya, Alhamdulillah dijalanin sampai lolos. Setelah itu menempuh pendidikan kepolisian di SPN Lido. Saya ditempat pendidikan jadi Kabid Jasmani. Setelah pendidikan itu, Alhamdulillah saya dilantik menjadi anggota kepolisian 7 maret 2017 berpangkat Bripda.
Setelah jadi polisi langsung masuk klub?
Untuk penempatan pertama saya di Satgas Sabhara Polda Metro Jaya. Kegiatan saya sehari-hari pengamanan, seperti unjuk rasa di Monas, pengamanan aksi 212. Pengamanan sepak bola di Stadion Patriot Candrabhaga, timnas saat itu ujicoba. Terus Persija lawan Mitra Kukar. Hingga pada Juni 2017 ada seleksi U-19 Bhayangkara FC, saya ikut. Pertama seleksi itu di Sawangan Depok. Yang seleksinya tuh Charis Yulianto dan Yeyen Tumena. Alhamdulillah seleksi tahap pertama, tahap kedua lolos, tahap ketiga sampai pembentuk tim terakhir Alhamdulillah. Saat itu saya di Bhayangkara FC U-19 lolos delapan besar di Bali itu. Pada 2017 itu saya pindah tugas di Brimob, Alhamdulillah suatu kebanggaan masuk Brimob, bapak saya tuh paling senang saya masuk Brimob.
Bagimana bisa masuk tim inti Bhayangkara FC?
Pada awal tahun 2018, baru pulang bertugas pengamanan tahun baru saya dapat telepon dari pihak manajeman Bhayangkara FC senior, om Yeyen Tumena, memberi tahu saya untuk mengikuti training center (TC) seleksi Bhayangkara senior di Sawangan Depok. Saya jalanin saja, training center kan 2 minggu. Saat latihan, oleh pelatih Simon McMenemy saya ditanya, San kamu posisi striker yah, lalu pelatih memindahkan ke gelandang. Disitu ada Muhammad Hargianto, Wahyu Subo Seto, kayak mimpi gitu bisa satu tim sama pemain yang saya tonton di tv. Saya jalanin aja kan TC itu. Dalam TC itu saya ikuti setiap intruksi pelatih. Sehari dua hari tiga hari sampai seminggu lalu saya dipanggil pelatih sama manager. Saya bertiga, bersama Manajer Bhayangkara FC AKBP Sumardji, pelatih dan saya. Manajer Bhayangkara FC, AKBP Sumardji bilang San kamu masuk ke tim yah. Itu seperti kado ulang tahun istimewa saya di usia 20 tahun. Saya dikontrak tuh 14 Januari, sedangkan ulang tahun saya 7 Januari.
Pertandingan perdana saat masuk Bhayangkara FC itu melawan tim apa?
Debut pertama saya di Bhayangkara FC itu di Piala Presiden, di Malang. Saat itu lawan PSIS Semarang. Saya main satu babak, saya bersyukur banget karena dapat pengalaman. Main bareng Herman Dzumafo Epandi.
Lalu bagaimana bisa memperkuat timnas U-22?
Pelatih Timnas Indonesia U-22, Indra Sjafri, memanggil 38 pemain untuk menjalani seleksi, termasuk saya. Bangga banget bisa ikut TC timnas. Pemanggilan itu dan pertama latihan 6 Januari, itu juga kado ulang tahun buat saya karena 7 Januari itu tanggal kelahiran saya. Saya jalani, saya ikhlas saja. Saya tetap berjuang, tapi tak muluk-muluk. Alhamdulillah saya masuk timnas.
Apa bedanya latihan bersama Simon McMenemy dan Indra Sjafri?
Setiap pelatih punya kriteria masing-masing yah. Dalam segi taktikal kan setiap pelatih punya. Bagi saya setiap arahan pelatih saya laksanakan, Alhamdullilah lancar. Pokoknya setiap pelatih kriterianya berbeda.
Target dalam pertandingan piala AFF U-22 di Kamboja?
Yang pertama pasti ingin memberi yang terbaik dan menang terus. Semoga nanti pada saatnya disana bisa memberikan yang terbaik bagi bangsa Indonesia di dunia sepakbola. Saya minta dukungan dan doa.
Resep sukses nya apa sih San sampai bisa menjadi saat ini?
Yang penting kita tetap semangat, disiplin dan tetap rajin. Hari demi hari harus lebih baik. Tetap semangat untuk mencapai hal yang dimimpi-mimpikan. Jangan lupa kepada orang tua, teman, pelatih jajaran manajeman. Dari jajaran-jajaran kepolisian.
Ada memori berkesan saat Sani ingin sukses di Sepak bola?
Waktu SD ada turnamen futsal, mainnya di alun-alun Alhurriyyah Cicurug. Saya tidak punya sepatu futsal cuma punya sepatu warrior. Orang lain mah udah punya sepatu futsal. Namanya speed. Saya bilang ke kakek, ke bapak ke ibu, mau ada turnamen. Karena tak punya uang, orang tua pun meminta saya pakai sepatu yang ada. Tapi ketika mau bertanding, orang tua beliin sepatu futsal. Saya bersyukur banget. Dari sana saya termotivasi ingin bahagiakan orang tua dari sepak bola. Saya pun ingin membelikan rumah untuk orang tua. Intinya itu sih rumah dulu.