SUKABUMIUPDATE.com - Kisah-kisah bersejarah terungkap saat komunitas Soekaboemi Heritages dan Yayasan Dapur Kipahare menggelar Tour Sejarah Sukabumi, belum lama ini. Sejumlah gedung yang ada di sekitaran Kota Sukabumi disambangi satu per satu.
Seperti apa ulasan sejarah singkat gedung ikonik tersebut, simak wawancara sukabumiupdate.com dengan Koordinator Riset-Kesejarahan Paguyuban Soekaboemi Heritages, sekaligus Ketua Yayasan Dapur Kipahare, Irman Firmansyah
Lokasi mana saja yang dikunjungi dalam tur sejarah tersebut?
Tur kita mulai dari Balai Kota Sukabumi, SMAN 4 Kota Sukabumi, Telkom, Gedung Juang, Gereja Sidang Kristus, Kantor Pos, lalu finish di Pendopo Sukabumi. Yang mengikuti ada dari kalangan komunitas, akademisi, masyarakat umum, hingga pelajar dan mahasiswa. Bahkan ada yang dari luar kota, dari DKI Jakarta.
Bisa diulas, seperti apa sejarah yang ada di Balai Kota Sukabumi?
Balai Kota Dirancang oleh G. M. Knaud, seorang perancang Belanda yang terkenal dengan gaya Art Deco, tapi sering digabungkan dengan gaya tradisional. Makannya ada istilah Gaya Julangapak.
Kenapa menarik sejarah Balai Kota, karena disitu sempat disebut spooky house atau rumah berhantu. Pada pembangunan awal, para pekerja pernah diganggu oleh hantu, katanya. Sampai ada selamatan pakai kepala kerbau, baru sesudah itu bisa dibangun.
Lalu, bagaimana dengan Gedung SMAN 4 Kota Sukabumi?
Kalau SMAN 4, yang menariknya dulu itu sekolah HCS, yaitu sekolah Cina berbahasa Belanda, yang dibuat oleh Belanda untuk mengantisipasi sekolah Tionghoa berbahasa Tionghoa. Kenapa? Karena sekolah Tionghoa berbahasa Tionghoa mengajarkan nasionalisme Tiongkok, yang saat itu sangat ditentang oleh Pemerintah Belanda.
Bagaimana dengan Gedung Telkom?
Nah, kalau Gedung Telkom berkaitan dengan revolusi telekomunikasi. Karena memang dengan keberadaan Telkom, telegraf dan telepon bisa disambungkan ke beberapa wilayah di Sukabumi. Dari segi bangunannya sendiri dirancang sebuah bangunan gebyok, yaitu sebuah bilik yang diplester, tapi dengan rangka kayu. Dan sampai sekarang itu masih utuh, jadi masih unik.
Lalu bagaimana dengan Gedung Juang, bukankah sudah tidak orisinil lagi?
Gedung Juang memang sudah ada perubahan, tapi di satu sisi itu nilai historisnya besar. Selain menjadi tempat hiburan orang-orang Eropa, tahun 1945 itu gedung yang pertama kali dikuasai oleh masyarakat, diambil alih. Dan dari situlah muncul pekik kemerdekaan di Lapang Merdeka sekarang, yang dulu disebut Lapangan Victoria, untuk mengambil kekuasaan dari Jepang.
Kenapa Gereja Sidang Kristus menjadi salah satu bangunan bersejarah?
Gereja Sidang Kristus merupakan satu-satunya gedung yang masih asli bentuknya. Karena gereja yang lain ada yang sudah tidak ada dan ada yang sudah berubah bentuk. Itu satu-satunya yang asli bergaya katedral. Gaya Eropa. Dan itu sempat dijadikan gudang oleh Jepang, lalu dikuasai oleh umat kristiani Tionghoa.
Lalu, seperti apa nilai sejarah yang ada di Gedung Kantor Pos Sukabumi?
Nah, kalau kantor pos juga berkaitan dengan revolusi telekomunikasi. Karena kantor pos adalah kantor telekomunikasi paling awal yang ada di Sukabumi. Tapi bangunannya sendiri baru dibangun tahun 1928 yang melibatkan seorang tokoh arsitek terkenal bernama Albert Aalbers. Dia yang membuat konsep bangunan Bank Denis di Bandung (sekarang BJB). Sempat juga dibumihanguskan oleh pejuang supaya tidak bisa digunakan oleh tentara Belanda, waktu itu tahun 1947.
Terakhir, bagaimana dengan Komplek Pendopo?
Pendopo penting, karena selain rumah bupati, juga menjadi tempat pertemuan penting. Diantaranya Bung Karno pernah beberapa kali kesini. Pak Harto juga pernah beberapa kali kesini.
Tapi di satu sisi ternyata, munculnya janji kemerdekaan Jepang itu awalnya dinyatakan oleh Bung Hatta disini kepada Jepang. Jadi ketika Bung Hatta sedang ditahan di tempat yang sekarang dekat Setukpa, dipanggil oleh Kolonel Nakayama ke Pendopo untuk diminta membantu Jepang.
Beliau memberikan syarat. Bisa membantu Jepang, asalkan ada janji kemerdekaan. Maka dari itu, sesudahnya dibentuklah Dokuritsu Junbii Chōsakai atau dengan nama lainnya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Itu sebetulnya atas inisiatif Hatta ketika negosiasi dengan Jepang disini.
Seperti apa harapan anda sebagai seorang pegiat sejarah melalui tur-tur sejarah semacam ini?
Tidak semua masyarakat paham bangunan bersejarah di kota Sukabumi. Melalui kegiatan semacam ini, kita berupaya agar masyarakat, terutama generasi muda paham sejarah kotanya sendiri, sehingga muncul kecintaan terhadap kotanya sendiri dan ikut menjaga serta melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah tersebut.