SUKABUMIUPDATE.com – Kisah peserta reuni 212 asal Sukabumi, Sandi Nopiandi yang menunggang kuda di Monas saat menghadiri Reuni 212, Senin (2/12/2019) lalu, viral di media sosial. Sandi (29 tahun) adalah pendiri Pesantren Yatim Yayasan Cinta Dakwah Indonesia, di Kampung Pasir Gede RT 03/10 Jalan Pasir Gede, Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.
Kuda hitam gagah yang ditunggangi Sandi di Monas saat Reuni 212 kemarin yang fotonya berseliweran di media sosial bernama Barra Arroya. Kuda jantan berusia tujuh tahun jenis sadel. “Saya memang suka berkuda, di pesantren memang ada ranch dan ada 10 ekor kuda termasuk Barra Arroya,” jelas Sandi kepada sukabumiupdate.com
Sandi menceritakan hadir di reuni 212 monas dengan menunggani kuda jadi salah satu impiannya. Bersama pecinta berkuda lainnya di Jawa Barat, Sandi ingin mensyiarkan sunnah berkuda melalui momentum reuni 212.
Ia kemudian menyusun rencana dengan kawan-kawanya di Bogor dan Depok untuk bersama-sama menunggani kuda menuju monas. “Total ada sembilan ekor kuda yang berangkat menuju monas untuk ikut dalam reuni 212,” ucapnya.
Sandi sebenarnya tidak menunggangi Barra Arroya dari Sukabumi atau Nyalindung menuju Monas. Kuda gagah ini diangkut dengan mobil dari kandangnya di Nyalindung menuju titik berkumpul di Citereup Bogor. Dari Citereup Bogor, langkah Barra Arroya mantap menyusuri jalanan menuju Monas, bersama Sembilan kuda lainnya.
“Berangkat hari Sabtu (30/11/2019) sekitar pukul 10.00 WIB menggunakan mobil menuju Citeureup Bogor sekitar pukul 16.00 WIB. Disana saya menunggu yang lainnya kawan dari Depok dan Bogor. Pukul 24.00 WIB kami berangkat dari Citeureup ke Jakarta Selatan, istirahat di Masjid Al Ikhlas dan sampai pukul 08.00 WIB, Minggu pagi. Dari Jakarta Selatan lanjut kembali perjalanan sekitar pukul 21.00 WIB, dan tiba di Monas pukul 24.00," beber Sandi.
Total waktu tempuh perjalanan Sandi dan Barra Arroya dari Sukabumi ke monas mencapai 38 jam. Selama perjalanan ada dua mobil yang mengawal, satu mobil bertugas penyimpanan logistik makanan kuda dan rumput serta peralatan berkuda. Sementara satu mobil lainnya digunakan untuk tim perawat kuda yang mengikuti dari belakang, selama perjalanan seru ini.
Salah satu foto terbaik Sandi dan Barra Arroya di depan monas saat ikut dalam Reuni 212
"Saat pulang, teman yang ke Depok dan Bogor kudanya ditunggangi. Kalau saya karena jauh diangkut pakai mobil lagi,” sambung Sandi.
Sandi bukan tidak mau menunggani Barra Aroyya, kuda kesayangannya langsung dari Nyalindung Sukabumi menuju Bogor dan finis di Monas. Namun karena persiapan singkat untuk jarak tempuh jauh dan kondisi lalu lintas yang super padat, menurut Sandi tidak memungkinkan menunggani kuda dari Sukabumi menuju Monas Jakarta saat itu.
“Persiapannya harus lebih matang untuk menunggang kuda dari Sukabumi ke Jakarta. Kemaren waktu persiapan sempit,” ungkap Sandi yang mulai menyukai berkuda sejak dua setengah tahun lalu.
Jika ingin melihat Barra Arroya yang gagah dan kuda-kuda lainnya yang dipelihara Sandi silahkan berkunjung ke Pesantren Yatim Yayasan Cinta Dakwah Indonesia, di Kampung Pasir Gede RT 03/10 Jalan Pasir Gede, Nyalindung. “Pesantren kami ini selalu terbuka untuk siapapun, karena memang salah satu konsepnya sebagai wisata religi,” pungkas Sandi yang juga sebagai pendiri Pesantren Yatim Yayasan Cinta Dakwah Indonesia.