SUKABUMIUPDATE.com - Prestasi membanggakan diraih Fahtur Rahman (12 Tahun) bersama timnya Indonesia Junior Soccer League (IJSL) Cipta Cendikia. Tim IJSL Cipta Cendikia ini meraih juara pertama di Gothia Cup China 2018 setelah mengalahkan A One FC dari Korea Selatan, di lapangan Tian He Qingdao, Sabtu (18/8/2018).
Fahtur Rahman yang berposisi sebagai pemain center back atau bek tengah di IJSL Cipta Cendikia ini merupakan pelajar Kelas Vll D SMP Negeri l Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
BACA JUGA: Burdan Si Jampang, Petarung One Pride MMA asal Sukabumi
Anak bungsu pasangan Mochamad Yusup dan Nunung Sriyati, merupakan warga Kampung Baru RT 05/01, Desa Tenjoayu, Kecamatan Cicurug.
"Alhamdulilah syukur atas prestasi yang di raih oleh anak saya Fatuh Rahman, bersama timnya berhasil menjadi juara di even bergengsi di Gothia Cup China 2018," ujar Mochamad Yusuf.
Fathur bukan dari keluarga berada, ayahnya Mochamad Yusuf merupakan penjual sosisl bakar. Penghasilan yang tak begitu besar dari usahanya ini digunakan untuk membiaya sekolah Fathur dan membayar rumah kontrakan di Kampung Tenjoayu RT 02/02. Setelah pertandingan ini, kini Fatuh Rahman sudah pulang dan berkumpul bersama keluarganya.
IJSL Cipta Cendikia Juara Gothia Cup China 2018. |Sumber Foto: Istimewa
Karir sepak bola Fathur berawal di SSB Tunas Harapan. Fathur kemudian mengikuti seleksi pemain IJSL yang di ikutin oleh 225 pemain hasil pilihan dari kompetisi USL 2018.
Pelatih SSB Tunas Harapan, Muryana mengatakan, kiprah Fathur Rahman di ajang bergengsi ini berkat hasil kerja keras dan kedisiplinannya. Termasuk keseriusan pengurus SSB Tunas Harapan Tenjoayu, membina para pemain muda ini.
BACA JUGA: Pengelola Panti Aura Welas Asih Palabuhanratu Dapat Penghargaan Pj Gubernur Jabar
Pelatih yang akrab disapa Mang Gona Tea (MGT) ini berharap, prestasi yang membanggakan dapat diraih atlet yang berasal dari Sukabumi. Dalam hal ini, dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan terutama pemerintah daerah karena sering kali atlet termasuk Fathur berlatih dengan keterbatasan sarana. Bahkan ketika harus bertanding di sebuah kompetisi, akomodasi hasil patungan atlet, orang tua atelt dan pelatih.
"Para atlet yang sudah menyandang prestasi kerap dipandang sebelah mata padahal mereka sudah membawa nama harum kabupaten di kancah provinsi, nasional apalagi sampai ke tingkat Internasional.
Selama ini, ketika atlet hendak berlatih selalu menggunakan sarana prasarana sendiri. Untuk sarana transportasinya pun kami sebagai pengurus SSB harus berupaya lebih agar para atlet muda ini tak putus harapannya di tengan jalan," pungkasnya.