SUKABUMIUPDATE.com - Belakangan ini, sedang hangat jadi perbincangan mengenai pernikahan dini yang kerap menuai pro dan kontra. Pihak yang pro, menganggap bahwa pernikahan dini solusi dari kasus perzinahan yang kian meningkat. Pihak yang kontra menganggap bahwa pernikahan dini justru menambah angka kemiskinan dan berpotensi menambah angka perceraian.
Ketua harian P2TP2A Kabupaten Sukabumi, Elis Nurbaeti, mengatakan dari hasil monitoringnya, pernikahan dini di daerah selatan Sukabumi marak. Hal ini justru bukan disebabkn oleh faktor perjodohan atau faktor ekonomi. Namun banyak dari hasil investigasi tim P2TP2A kabupaten Sukabumi bahwa penyebab kasus penikahan dini di Sukabumi Selatan, justru karena MBA (Married by Accident) atau karena hamil di luar nikah.
Patut menjadi perhatian kita. Ternyata pernikahan dini yang kini merebak di kabupaten Sukabumi, bukan solusi dari takut zina. Namun justru karena akibat zina. Bukan lagi seperti ‘jaman siti nurbaya’ yang menikahkan putrinya karena terhimpit masalah ekonomi, namun justru pernikahan dini dilakukan karena ‘kecelakaan’. Hal ini malah menambah masalah. Dapat dibayangkan, jika laki-laki yang menghamili perempuan dini ini masih berstatus sebagai pelajar. Alih-alih menjadi pencari nafkah, mereka malah menambah masalah. Beban orang tua makin menjadi dengan adanya cucu ‘dini’.
Satu hal yang menjadi faktor pemicu pernikahan dini adalah derasnya arus informasi tanpa filtrasi serupa pornografi. Para remaja yang rasa ingin tahunya tinggi, tanpa sadar terbius dengan terpaan konten-konten dewasa yang menstimulus syahwat birahi. Bukan hanya masalah mereka, namun jelas ini masalah kita. Karena sudah diingatkan dalam hadits, “Jika zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung, maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri”. Maka jika kita mebiarkan zina merajalela, sama saja kita mempersilakan azab Allah. Na’udzu billahi min dzalik.
Paling tidak, ada tiga elemen yang dapat memperlambat azab Allah tersebut. Pertama, individu yang bertakwa. Membentuk individu yang shalih, tidak terlepas dari keluarga yang salih juga. Maka dari itu, sebuah keluarga seharusnya menjadi bentengan terkahir sebagai penjaga dari serangan faham liberalisme. Membina iman dan takwa para buah hati menjadi tugas utama keluarga di tengah kehidupan yang metrialistik. Di jaman now seperti sekarang, semua distandarkan kepada money. Termasuk industri pornografi yang bertujuan mendulang materi.
Kedua, Kontrol sosial dari masyarakat. Faham yang berkembang di masyarakat harusnya sama dalam menyikapi perilaku zina. Tidak permisif, hingga para remaja pelaku free sex merasa malu dan merasa diawasi. Masyarakat harusnya tidak bersikap individualis, hingga fungsi ‘amar-ma’ruf nahyi munkar di tengah masyarakat berjalan sebagaimana di QS Ali Imran ; 104. Hal ini seharusnya dilatar belakangi atas keta’atan kepada Allah dan karena takut akan adzab Allah.
Ketiga, peran dan peraturan pemerintah atau negara. Inilah yang paling efektif dalam mencegah menjamurnya angka pernikahan dini oleh para pelaku free sex. Langkah pertama yang harusnya dilakukan pemerintah, adalah memblokir situs-situs pornografi dan akses-akses pornoaksi. Di tangan pemerintahlah regulasi tentang akses-akses pembuka pintu free-sex ditentukan. Seperti ijin tempat hiburan malam, pengaturan miras, penetapan hukum bagi pezina, dan lain sebagainya. Dengan berjalannya fungsi ketiga elemen ini, maka keberkahan bumi ini akan dicapai. Kita sebagai masyarakat harus pandai dan kritis menyikapi berbagai kasus yang terjadi. Tentunya kembali kepada nilai-nilai yang distandarkan oleh agama yang patut menjadi pedoman hidup kita.