SUKABUMIUPDATE.com - Player Unknown’s Battlegrounds atau PUBG menjadi salah satu permainan daring yang paling digandrungi. Tidak hanya orang tua, anak-anak juga ikut memainkannya.
Di bebetapa negara seperti India, game ini mulai dilarang. Sedangkan di Indonesia, ada wacana Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat bakal mengharamkan permainan tembak-tembakan multi pemain ini.
Banyak orang tua melarang anak-anak memainkan PUBG karena mengkhawatirkan konten permainan yang mengandung unsur kekerasan, namun ada orang tua yang merasa permainan PUBG bisa memberikan dampak positif atau mungkin juga karena justru anak mengenal PUBG dari orang tuanya.
Entah Anda termasuk yang memperbolehkan atau melarang anak bermain PUBG, namun ada baiknya jika Anda mengetahui efek positif dan negatif permainan PUBG. Apa saja?
Sejumlah peneliti dan psikolog menemukan bahwa bermain game video dapat memberikan keuntungan, salah satunya mengasah otak seseorang sehingga menjadi lebih cerdas. “Game video dapat mengubah otak,” kata Shawn Green, psikolog dari Universitas Wisconsin, AS.
Menurut Shawn Green, bermain game dapat mengubah struktur fisiologis otak dengan cara yang sama seperti ketika seseorang belajar membaca, menavigasi menggunakan peta, atau bermain piano. Sama seperti olahraga yang dapat membangun otot, kombinasi efektif antara konsentrasi dengan gelombang neurotransmitter yang bermanfaat seperti dopamin dapat memperkuat sirkuit saraf yang dapat membangun otak.
Dalam permainan tembak-menembak seperti PUBG, karakter pemainnya menembak dan berlari di waktu yang sama. Ini membuat pemain di dunia nyata untuk melacak posisi karakter, kemana arah berjalan, kecepatannya, kemana arah pistol, mencari musuh, menembak musuh, dan menyelamatkan dirinya sendiri.
Semua faktor ini memerlukan perhitungan. Belum lagi, pemain harus mengoordinasikan interpretasi dan reaksi otak dengan gerakan di tangan dan ujung jarinya. Metode ini membutuhkan banyak koordinasi mata-tangan dan kemampuan visual-spasial.
Efek negatif paling besar dari permainan seperti PUBG adalah konten kekerasan di dalamnya. Anak-anak yang sering memainkan game berisi kekerasan cenderung mengalami peningkatan agresifitas dalam pemikiran, emosi, perilaku, dan menurunnya rasa empati.
Permainan PUBG yang membuat para pemainnya merasa terikat dengan pertarungan juga menyebabkan kecanduan. Dan seperti yang sudah diketahui, pada 2018 lalu WHO menetapkan kecanduan game video sebagai salah satu penyakit gangguan kesehatan mental. Sebab kecanduan game video dapat meningkatkan perasaan depresi dan kecemasan pada seseorang.
Orang yang sudah kecanduan game biasanya juga menunjukkan gejala-gejala fobia sosial. Sibuk bermain game membuat seseorang mengisolasi diri, kurang tidur, dan enggan menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan luar ruangan seperti berolah raga, berinteraksi dengan keluarga, bahkan dapat mengganggu konsentrasi seseorang pada pelajaran dan pekerjaan.
Sumber: Tempo