SUKABUMIUPDATE.com - Kreatif. Satu kata tersebut tak berlebihan disematkan terhadap apa yang dilakukan Ayi Sopandi (22 tahun), seorang santri asal Kampung Hegarmanah, Desa Buniwangi, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Limbah kayu yang awalnya hanya jadi sampah, bisa Ia sulap jadi jam tangan mewah yang menghasilkan rupiah.
Usaha kreatif ini sudah Ayi geluti sejak duduk di bangku kelas XII SMA, sekitar 2016 lalu. Kecintaannya terhadap karya seni mendorong Ayi terus berfikir, untuk memanfaatkan limbah kayu dari produksi bengkel mebel tetangga. Beberapa eksperimen pun Ia lakukan, hingga terciptalah jam tangan kayu.
BACA JUGA:Â Renyahnya Usaha Kerupuk Lelom di Desa Citanglar Sukabumi
"Awalnya cuma iseng untuk memanfaatkan limbah kayu, sampai akhirnya ada ide untuk membuat jam tangan dari kayu," kata Ayi ditemui sukabumiupdate.com di rumahnya, Kamis (22/2/2018).
Tangan Ayi benar-benar sudah piawai "menyulap" potongan-potongan kayu. Potongan kayu ada yang Ia bentuk membulat, untuk menempatkan mesin dan badan jam. Lainnya, Ia olah menjadi potongan lebih kecil menyambung, untuk bagian talinya.
BACA JUGA:Â Olahan Abon Ikan Marlin Perempuan Cipatuguruan Kabupaten Sukabumi Rambah Pasar Singapura
Tak sekadar kayu polos, Ayi mampu menghasilkan beragam corak jam tangan kayu melalui beberapa teknik. Hasilnya, jam tangan kayu karya santri salah satu Pesantren di Jampangkulon ini tak hanya laku di Sukabumi, tapi juga dipesan orang di luar negeri.
"Saat ini sudah sampai ke Turki," tutur anak bungsu dari tiga bersaudara ini.
BACA JUGA:Â Hobi Koleksi Ikan Cupang, Warga Gedongpanjang Kota Sukabumi Raup Puluhan Juta Rupiah
Setiap satu unit jam tangan kayu yang dihasilkan, Ia jual dengan harga Rp 300 ribu hingga Rp 350 ribu. Harga yang sepadan dengan proses pengerjaannya yang memerlukan waktu dua sampai tiga hari untuk satu buah jam tangan kayu.
Beberapa kayu yang biasa digunakan, diantaranya kayu jati, mahoni, seno keling, dan kayu kelapa. Sementara untuk mesin, Ia masih membelinya secara online.
Saat ini, Ayi baru menerima pemesanan secara online saja. Ia tidak mau, usaha kreatif yang sedang dijalani malah menggangu jadwal belajar di pesantren.