Perjalanan Pencarian Batu Sikat di Pantai Masceti

Sabtu 19 November 2016, 01:53 WIB

SUKABUMIUPDATE.COM - Debur ombak dan cipratan air laut di Pantai Masceti, sama sekali tidak menggoyahkan semangat puluhan orang yang sedang tekun mengumpulkan batu-batu sikat berukuran kecil ke dalam ember plastik. Cahaya matahari tengah bersinar hangat menyinari pantai yang terletak di Desa Medahan, Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. Kemeretak batu yang saling beradu dan suara orang-orang yang sibuk membungkuk mengumpulkan bebatuan satu demi satu, menjadi fragmen keseharian di Pantai Masceti.

Batu-batu sikat, dijumpai di pegunungan, lembah, atau pantai. Batu ini memiliki beragam manfaat, sebagai bahan urugan, hiasan taman atau untuk memperindah tampilan rumah.Di sepanjang Pantai Masceti, batu-batu ini banyak berserakan dan menjadi tumpuan warga untuk mengais rupiah agar mampu mencukupi kebutuhan hidup.

Meskipun didera terpaan angin kencang, pekerjaan sebagai pengumpul batu sikat tetap menjadi pilihan sebagian warga Desa Medahan dan sekitarnya."Sudah 10 tahun saya bekerja mencari batu sikat. Lumayan hasilnya bisa untuk beli beras, karena suami kerja jadi kuli bangunan. Jadi penghasilan suami tidak seberapa," ujar Wayan Mendri, warga Desa Medahan, sambil terus memunguti batu-batu sikat.

Menurut ibu dua anak ini, dalam sehari dirinya mampu mengumpulkan 2-4 ember. Masing-masing ember berisi batu sikat berbagai ukuran, dan masih tercampur dengan pasir. Harga jual batu sikat itu adalah Rp8 ribu setiap ember. Jadwal mengumpulkan batu, lanjut dia, setelah menyesaikan pekerjaan rumah tangga. Barulah, perempuan ini melakukan perjalanan menuju pantai, yang berjarak sekitar dua kilometer dari rumahnya untuk memulai peruntungan mencari batu sikat.

Aktivitas mengumpulkan batu sikat di Pantai Masceti, umumnya dilakukan pagi hari sejak pukul 05.00 hingga pukul 10.00 Wita. Setelah itu, pencari batu berhenti karena cahaya matahari kian terik bersinar. Sore hari, kegiatan mencari batu dimulai kembali sejak pukul 04.00 Wita hingga malam hari. "Kami sesama pencari batu, sudah biasa berjongkok berjam-jam. Sudah biasa menahan angin, hujan, dan rasa capai. Yang penting bisa membantu suami mencari nafkah dan anak-anak tidak kelaparan," ucap Mendri dengan suara riang.

Menjadi pencari batu sikat, juga dilakoni Komang Adi. Lelaki asal Desa Segah, Karangasem ini sudah sekitar tujuh tahun tinggal di dekat Pantai Masceti dan memiliki pekerjaan sebagai tukang parkir, merangkap tukang pencari batu sikat. Setiap pagi, dalam tempo 1-2 jam, Komang Adi sudah bergiat di pantai untuk mencari batu bersama puluhan orang lainnya. Mendekati pukul 08.00 Wita, Komang Adi menghentikan kegiatannya di tepi pantai, dan mulai bersiap-siap bekerja sebagai tukang parkir.

"Kalau pagi-pagi mencari, paling dapat satu karung kecil. Nanti istri saya, Putu Ningsih, yang memilah batu sebelum dijual," ujar dia. Putu Ningsih menimpali. Sembari berjualan di pinggir pantai, dirinya sudah biasa memilah batu-batu sikat.

 Setelah dipilah dan terkumpul beberapa sak, barulah batu itu dijual ke pihak pengepul. Dikatakan Putu Ningsih, kalau tidak sempat memilah dan dijual campuran maka harga batu menjadi murah, antara Rp7 ribu-Rp8 ribu per sak. Proses menjualnya tidak repot, karena sudah ada pengepul yang siap menampung batu-batu sikat itu. Berapapun banyaknya hasil batu sikat yang didapatkan.

"Lumayan hasil dari mencari batu, bisa untuk menambah biaya hidup. Karena kami memiliki anak-anak yang masih sekolah. Penghasilan warung, mencari batu dan pekerjaan suami menjadi tukang parkir ini, saling menunjang kebutuhan sehari-hari. Kalau tidak begitu, mana bisa kami hidup? Untuk sewa lahan satu are buat bikin warung saja, kami harus bayar Rp1,5 juta per tahun," ucap Putu Ningsih.

Meski demikian, Putu Ningsih menyatakan tidak setiap hari batu sikat bisa didapatkan. Kalau sedang musim ombak besar, dipastikan tidak ada yang turun ke pantai untuk mencari batu sikat. Pengepul Batu Sikat Beberapa meter dari pantai, lelaki asal Desa Tembuku, Bangli, bernama Nyoman Bangri terlihat duduk mengawasi para pencari batu. Wajahnya nampak datar melihat kesibukan puluhan orang di sepanjang Pantai Masceti.

Bangri mengaku setiap hari hilir mudik ke Pantai Masceti untuk membeli batu-batu sikat, baik yang masih campuran atau sudah dipilah berdasar warna dan ukuran besar kecilnya. Batu yang sudah dipilah, dibeli dengan harga Rp15 ribu per lima kilogram, sedangkan untuk batu hitam mengkilat, harganya lebih mahal lagi, Rp70 ribu/lima kilogram.

Batu-batu itu kemudian dijual ke sejumlah pembeli di berbagai daerah di Bali. Sesekali ada juga pembeli dari Lombok yang memesan batu sikat dari Pantai Masceti. Menurut dia, batu-batu sikat ini untuk dipakai ornamen halaman rumah, vila, atau bahkan hotel. Belakangan pemilik tempat suci umat Hindu yang disebut merajan pun cenderung menggunakan batu sikat sebagai ornamen lantai.

Untuk sekali transaksi penjualan batu sikat pada pembeli di berbagai daerah, dirinya tidak mengambil banyak keuntungan. Paling hanya sekitar Rp20 ribu-Rp30 ribu. "Kalau ambil untung banyak, nanti pembeli dikhawatirkan membatalkan transaksi dan memilih membeli di tempat lain. Makanya, untung sedikit pun tidak apa-apa," katanya.

Bangri berharap tidak ada larangan bagi warga untuk mencari batu sikat di kawasan Pantai Masceti agar tidak mematikan perekonomian warga sehingga bisa menurunkan angka kemiskinan di wilayah setempat. Ia mengaku sempat ada desas-desus soal larangan orang-orang mencari batu sikat di Pantai Masceti. Kalau itu benar-benar terjadi maka warga sekitar pantai akan langsung merasakan dampaknya karena kehilangan lapangan pekerjaan.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Tags :
Berita Terkini
Sukabumi19 April 2024, 14:48 WIB

Gaji Belum Dibayar, Buruh Pabrik Tripleks Mengadu ke Disnakertrans Sukabumi

Terdapat 89 buruh yang belum menerima gaji, baik berstatus aktif maupun non-aktif.
Buruh pabrik pengolahan kayu tripleks (plywood) saat mendatangi kantor Disnakertrans Kabupaten Sukabumi pada Jumat (19/4/2024). | Foto: SU/Asep Awaludin
Opini19 April 2024, 14:36 WIB

Kartini Hari Ini: Refleksi Pemikiran Pemberdayaan Perempuan dalam Konteks Multikulturalisme

Pemikiran Kartini tentang emansipasi perempuan masih memiliki relevansi. Namun, dalam mengaplikasikan pemikiran tersebut, perlu dipertimbangkan juga konteks multikulturalisme yang menjadi realitas masyarakat Indonesia saat ini
Dr. Tetty Sufianty Zafar, MM, Dosen Universitas Muhammadiyah Sukabumi/Sekretaris Forum Doktor Sukabumi/Pembina Research & Literacy Institute | Foto : Sukabumi Update
Sehat19 April 2024, 14:30 WIB

7 Manfaat Kayu Manis untuk Kesehatan yang Jarang Diketahui

Kayu Manis : Rempah Asli Indonesia Satu Ini Ternyata Punya Sederet Manfaat untuk Kesehatan yang Jarang Diketahui.
Ilustrasi - Manfaat Kayu Manis untuk Kesehatan yang Jarang Diketahui. (Sumber : pexels.com/@Mareefe)
Sehat19 April 2024, 14:00 WIB

Selain untuk Gula Darah, Ini 10 Manfaat yang Luar Biasa dari Buah Mengkudu

Buah mengkudu memiliki banyak manfaat kesehatan yang baik untuk tubuh.
Ilustrasi - Buah mengkudu memiliki banyak manfaat kesehatan yang baik untuk tubuh. (Sumber : Pixabay.com/@ignartonosbg).
Sukabumi Memilih19 April 2024, 13:54 WIB

Politisi PKB Miftahul Janah Didukung Warga Maju Pilkada Kota Sukabumi

Sejumlah warga Kota Sukabumi yang tergabung dalam RMJ mendorong politisi PKB, Miftahul Janah Janah untuk maju menjadi calon walikota / wakil walikota Sukabumi.
Miftahul Janah, Politisi PKB didorong maju Pilkada Kota Sukabumi 2024 | Foto : Sy
Sehat19 April 2024, 13:30 WIB

Segini Kisaran Kadar Gula Darah Normal Pada Lansia 50 Tahun ke Atas Setelah Makan

Gula darah tinggi menjadi lebih mungkin terjadi seiring bertambahnya usia.
Ilustrasi - Gula darah tinggi menjadi lebih mungkin terjadi seiring bertambahnya usia. (Sumber : Freepik/Lifestylememory)
Life19 April 2024, 13:00 WIB

6 Cara Menghilangkan Sifat Iri Dengki Dalam Diri Agar Hidup Tenang dan Damai

Menghilangkan sifat iri dan dengki memang harus dalam hidup. Sebab hal demikian untuk hidup lebih tenang dan damai.
Ilustrasi. Cara menghilangkan sifat iri dengki. Sumber Foto : Pexels/Liza Summer
Sehat19 April 2024, 12:30 WIB

7 Kategori Makanan yang Tidak Dianjurkan untuk Penderita Asam Urat

Berikut Daftar Kategori Makanan yang Tidak Dianjurkan untuk Penderita Asam Urat. Sobat Sehat Wajib Tahu!
Ilustrasi. Serangan Asam Urat. Ketahui Apa Saja Kategori Makanan yang Tidak Dianjurkan untuk Penderita Asam Urat. | Foto: Freepik
Sukabumi19 April 2024, 12:00 WIB

Siswi SMAN 1 Cisaat Meninggal saat Seleksi Paskibraka Kabupaten Sukabumi

Awalnya Lima menerima informasi bahwa siswi SMA Negeri 1 Cisaat ini pingsan.
Jenazah siswi SMAN Negeri 1 Cisaat berinisial K saat akan diberangkatkan dari RSUD Palabuhanratu menuju rumah duka di Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Jumat (19/4/2024). | Foto: SU/Ilyas Supendi
Bola19 April 2024, 12:00 WIB

Bek Kiri Andalan Persib Ini Harus Absen Saat Pangeran Biru Jamu Persebaya

Persib Bandung harus rela kehilangan Rezaldi Hehanusa saat mereka menjamu Persebaya di Stadion Si Jalak Harupat, Sabtu besok.
Persib Bandung harus rela kehilangan Rezaldi Hehanusa saat mereka menjamu Persebaya di Stadion Si Jalak Harupat, Sabtu besok. (Sumber : Persib.co.id)