Tahlil Djohan Effendi dan Pembaharu Islam

Sabtu 24 Februari 2018, 16:47 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Hari ini, Sabtu (14/4), di  di Omah Btari Sri, Ragunan Jakarta, sekelompok aktivis muda Islam, mengadakan tahlilan untuk mendoakan Djohan Effendi, Mensesneg Era Presiden Abdurrahman Wahid, yang meninggal di Geelong, Australia, 17 November 2017. Acara tahlilan ini, sekaligus untuk menghidupkan kenangan terhadap para pembaharu Islam sezaman Djohan (yang juga koleganya)  seperti Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Moeslim Abdurrahman, Utomo Dananjaya, Ekky Syachruddin, Ismed Nasir, Imaduddin Abdulrahim, Ahmad Wahib, Syu’bah Asa, Munawir Sjadzali, Mukti Ali, dan Harun Nasution.

Mereka, para tokoh pemikir tersebut, telah membuka wawasan kita bangsa Indonesia akan pentingnya menempatklan Islam dalam bingkai kemodernan, pluralisme, kebhinekaan, kerukunan, dan toleransi kehidupan beragama. Masing-masing dari mereka punya peran yang unik.

Djohan,  misalnya, berperan mengembangkan dialog antariman. Djohan dikenal sebagai “pelintas batas” karena ia merintis dialog antariman untuk menemukan kesamaan pandangan terhadap kemanusiaan dan keindonesiaan. Bagi Djohan kemanusiaan adalah inti dari tujuan semua agama. Bersama Ismed Nasir, Djohan menerbitkan buku catatan harian Ahmad Wahib “Pergolakan Pemikiran Islam” yang sangat menghebohkan di tahun 1981.

Penerbikan buku tersebut butuh keberanian sendiri karena niscaya akan menghadapi resiko reaksi negatif dari kalangan Islamis. Djohan dan Ismed mampu bertahan menghadapi segala macam reaksi negatif tersebut. Dukungan majalah Tempo yang saat itu “digawangi” Syu’bah Asa – menjadi laporan utama dua kali penerbitan Tempo --  menyebabkan buku “Pergolakan Pemikiran Islam” makin populer. Renungan-renungan Wahib yang mendobrak kebekuan pemikiran Islam pun menjadi wacana publik. Dampaknya luar biasa. Kelompok kelompok diskusi yang mengusung liberalisme Islam tumbuh setelah penerbitan buku itu. Salah seorang yang giat menumbuhkan diskusi bertema Modernitas dan Moderasi Islam itu adalah Ekky Sachrudin, Dubes Indonesia untuk Kanada (2001-2004).

Sementara Abdurrahman Wahid berupaya mempribumikan Islam, yang kini dikenal dengan Islam Nusantara.  Gagasan Gus Dur untuk mengganti Assalamualaikum dengan Selamat Pagi, sebetulnya dalam rangka pribumisasi Islam. Kini kita melihat fakta, kata “Assalamualaikum” – alih-alih sebagai doa seperti sabda Rasul – malahan berubah menjadi identitas politik kelompok tertentu yang potensial menyebabkan disentegrasi nasional. Kata Salam tidak lagi bernuansa damai seperti harapan Rasul, tapi telah menjadi pemicu radikalisme.

Kata Salam, kata kelompok radikal,  hanya untuk orang yang Islamnya jelas dan tak diragukan (sesuai pandangannya). Kata salam haram tertuju pada orang kafir. Catat, yang dimaksud kafir adalah orang nonislam dan orang Islam yang tidak seideologi dengannya.

Nurcholish telah menyodorkan modernisasi pemikiran Islam. Bagi Cak Nur Islam adalah moderasi, kedamaian, dan pengetahuan universal.  Jargon “Islam Yes and Politik No” dari Cak Nur, kini terbukti kebenarannya. Ketika Islam berpelukan dengan Politik yang terjadi adalah Islam sebagai instrumen kekuasaan. Dan, kekuasaan sangat rentan dengan corruption. Corruption bukan sekedar bribery/finansial , tapi juga ideologi dan isme. Islamisme inilah yang kini tengah menghantui bangsa kita.

Bersama Harun Nasution, rektor IAIN Jakarta,  yang berupaya membangkitkan “Islam Rasional” --  Cak Nur mengajak kita untuk melihat Islam dari semangat menggali ilmu pengetahuan. Seperti Islam di era penemu sainstek  (Ibnu Sina, Al-Kwarizmi, Al-Jabar, Al-Battani, dll).

Dalam kondisi seperti itulah, Munawir Sjadzali sebagai menteri agama menawarkan fikih kontekstual. Munawir, misalnya, menyampaikan gagasan warisan dalam hukum fikih berbasis keseteraan gender. Fifty-fifty antara pria dan wanita. Bukan 70-30 persen seperti hukum waris fikih konvensional.

Semua gagasan di atas, tentu saja harus dibingkai dengan tauhid yang membumi (Imaduddin Abdulrahim). Tauhid yang berbasis kemanusiaan. Karena manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. Karena itu, tulis Bang  Imad, taukhid harus berimplikasi kepada kesamaan derajat kemanusiaan dengan menghilangkan perbedaan suku dan etnis. Hanya Allah yang tertinggi derajatnya. Manusia semua sama.

Akhirnya, para pembaharu itu tak akan tumbuh jika tanpa penyemai bibit yang baik seperti Mukti Ali dan manajer brilian seperti Utomo Danajaya. Mereka semua mempunyai peran strategis dalam mengusung Pembaharuan Pemikiran Islam.

Dalam kerangka itulah, kita perlu mengapresiasi para pembaharu tersebut. Kenapa?  Karena zaman telah berubah. Terutama  sejak era reformasi, di mana “kelompok Islam konservatif dan radikal” melalui berbagai upaya mengusung ideologi islamisme. Islamisme itu kini, tragisnya, telah diadopsi partai politik tertentu  dan berpelukan dengan tokoh-tokoh yang syahwat politik dan kekuasaannya menggelegak.

Hasilnya, simbiose islamisme dan politik itu sebagai berikut:  Radikalisme Islam menguat. Sendi-sendi kebhinekaan runtuh. Kerukunan beragama terancam. Toleransi kehidupan pudar.

LIPI (Anas Saidi, 2016) dalam penelitiannya,  menemukan kalangan anak muda Indonesia makin mengalami radikalisasi secara ideologis dan makin tidak toleran; sementara perguruan tinggi banyak dikuasai oleh kelompok garis keras.  Ada perguruan tinggi negeri umum, misalnya, yang memberikan beasiswa khusus tanpa tes untuk lulusan SMA/Aliyah yang hafal Qur’an. Di samping itu, kini  muncul ide pemisahan kelas perempuan dan laki-laki di perguruan tinggi umum. Bahkan, konon, sudah ada PTN yang melakukan pemisahan ruang kuliah mahasiswa berbasis gender tersebut.

Di pihak lain, survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) Jakarta,  2010-2011,  menemukan fenomena mengejutkan: 50%  pelajar di DKI Jakarta setuju radikalism; 25% siswa dan 21% guru menyatakan Pancasila tidak relevan lagi diajarkan di sekolah .  Sementara 84,8% siswa dan 76,2% guru setuju dengan penerapan syariat Islam di Indonesia. Yang setuju dengan kekerasan untuk solidaritas Islam 52,3% dan penggunaan bom 14,2%. Adapun  survei The Pew Research Center pada 2015 lalu, menemukan bahwa  sekitar 4 % atau sekitar 10 juta orang Indonesia mendukung ISIS.  Sebagian besar dari mereka yang pro-ISIS itu adalah anak-anak muda.

Melihat fenomena memprihatinkan seperti itulah, kita perlu mengapresiasi para pembaharu Islam di atas. Tahlilan untuk Djohan Effendi dan Meneladani Para Pembaharu Islam itu dimaksudkan untuk mengingatkan kita bangsa Indonesia bahwa pemikiran mereka tentang Islam, Keindonesiaan, Modernitas, dan Kebhinekaan harus kita hidupkan kembali. Jangan sampai tergerus pemikiran Islam radikal yang akan merobek kebhinnekaan, Pancasila, dan NKRI.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Berita Terkini
Life26 April 2024, 10:43 WIB

Tetapkan Peraturan, Terapkan 5 Tips Berikut untuk Mengasuh Anak Keras Kepala

Mengasuh anak yang berkemauan keras terkadang bisa menjadi tantangan. Namun inilah yang direkomendasikan para ahli untuk membantu hubungan Anda dengan anak Anda berkembang.
Ilustrasi anak keras kepala. | Foto: Freepik/@stocking
Life26 April 2024, 10:32 WIB

Coba Berbohong, 6 Masalah Umum Perilaku Anak Prasekolah dan Cara Mengatasinya

Semua anak pasti bertingkah laku, namun masalah perilaku tertentu pada anak usia 3 tahun dan 4 tahun tidak boleh diabaikan. Inilah cara menangani perilaku menentang pada anak prasekolah Anda.
Ilustrasi anak prasekolah. | Foto: Freepik
Life26 April 2024, 10:30 WIB

10 Kebiasaan Orang Baik yang Membuatnya Mudah Sukses

Berikut Sederet Kebiasaan Orang Baik yang Membuatnya Mudah Sukses.
Ilustrasi. Orang dewasa emosional yang sukses. Kebiasaan Orang Baik yang Membuatnya Mudah Sukses Sumber foto : Pexels/Ketut Subiyanto
Life26 April 2024, 10:24 WIB

Jelaskan tentang Perbedaan, 4 Cara Bantu Anak Bangun Rasa Percaya Diri Sejak Usia Dini

Ketika anak anak sudah mulai besar dan menjalani aktivitasnya di luar, tentu kita sebagai orang tua pasti merasa sedikit khawatir. Namun ada tips agar anak merasa percaya diri sejak dini.
Ilustrasi anak yang percaya diri. | Foto: Freepik
Life26 April 2024, 10:00 WIB

Berkhianat! 10 Ciri Orang Munafik yang Gampang Terlihat dari Sikap dan Ucapannya

Seseorang yang munafik mungkin terlihat tidak konsisten dalam perilaku dan ucapannya.
Ilustrasi - Seseorang yang munafik mungkin terlihat tidak konsisten dalam perilaku dan ucapannya. (Sumber : pexels.com/@Josue Feijoo)
Nasional26 April 2024, 09:31 WIB

Ada Zonasi, Simak 4 Jalur PPDB Tahun 2024 untuk SD, SMP, dan SMA

PPDB diselenggarakan secara objektif, transparan, dan akuntabel.
(Foto Ilustrasi) Ketentuan PPDB diatur dalam Permendikbud Nomor 1 Tahun 2021. | Foto: Freepik/@master1305
Inspirasi26 April 2024, 09:30 WIB

Info Penerimaan Pegawai Lulusan SMA di Perusahaan, Penempatan Jawa Barat

Berikut Informasi Penerimaan Pegawai Lulusan SMA di Perusahaan untuk Penempatan Wilayah Jawa Barat.
Info Penerimaan Pegawai Lulusan SMA di Perusahaan, Penempatan Jawa Barat  (Sumber : Freepik)
Sukabumi26 April 2024, 09:02 WIB

Warga Resah! Beredar Video Konvoi Motor Bersajam di Jalan Pajampangan Sukabumi

Dalam video terlihat salah satu orang yang dibonceng menggesekkan sajam ke aspal.
Tangkapan layar video konvoi kawanan bermotor sambil membawa sajam di Jalan Nasional Jampangkulon-Surade, Desa Talagamurni, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi, Senin malam, 22 April 2024.| Foto: Istimewa
DPRD Kab. Sukabumi26 April 2024, 09:01 WIB

Komisi III DPRD Kabupaten Sukabumi Studi Banding BUMD ke Yogyakarta

Sejumlah anggota Komisi III DPRD Kabupaten Sukabumi saat ini tengah  melakukan perjalanan dinas ke Jogjakarta
Sekretaris Fraksi PAN DPRD Kabupaten Sukabumi Heri Antoni  (Sumber : DPRD Kabupaten Sukabumi)
Sehat26 April 2024, 09:00 WIB

Bisa Anda Coba Dirumah, 8 Ide Camilan Ringan untuk Menurunkan Berat Badan

Camilan dapat membantu memuaskan rasa lapar di antara waktu makan, mencegah keinginan mengidam, dan memberikan nutrisi penting yang sehat dalam makanan Anda.
Ilustrasi - Camilan dapat membantu memuaskan rasa lapar di antara waktu makan, mencegah keinginan mengidam, dan memberikan nutrisi penting yang sehat dalam makanan Anda. (Sumber : pexels.com/@Antoni Shkraba).