Refleksi Manusia Terhadap Pandemi

Sabtu 06 Juni 2020, 09:05 WIB

oleh: Kang Warsa, [email protected] (netizen)

Kasus positif Covid-19 berdasarkan laporan Universitas John Hopkins sampai 2 Juni 2020 telah mencapai 6,2 juta lebih. Sementara itu, jumlah kematian tercatat telah melebihi angka 375 ribu. Negara-negara besar dan negara yang kita pandang maju atau berperadaban, salah satunya di bidang kesehatan, benar-benar tidak dapat menyembunyikan kegugupan dalam upaya memerangi wabah yang ditimbulkan oleh SARS-COV 2 ini. Dalam tulisan dua bulan dengan judul Coronavirus Disease 2019: Redefinisi Norma Susila, Norma Agama, dan Kerapuhan Umat Manusia, saya menyebutkan hal yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 yaitu keruntuhan norma dalam kehidupan yang sebelumnya kita pandang sebagai sesuatu yang ajeg. Beberapa penelitian mutakhir menyatakan, kehadiran pandemi yang telah menyebar ke setiap negara hingga benua ini lambat laun mampu meluluhlantakkan bukan hanya norma, juga memengaruhi struktur dan fitur seluruh kehidupan.

Dalam beberapa bulan ke depan, sampai dunia benar-benar pulih dari serbuan virus corona akan melahirkan kehidupan yang sebelumnya kita anggap tidak normal menjadi kehidupan normal baru. Menghindari Skenario Terburuk untuk Menyelamatkan Spesies Manusia Para ahli telah mendesain skenario kecil, sedang, dan terburuk akibat pandemi dalam estimasi hitungan angka. Setiap negara, tidak terkecuali Indonesia sudah tentu akan berusaha semaksimal mungkin menghindari skenario terburuk akibat pandemi.
Skenario terburuk tersebut meliputi: pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran dan semakin melonjaknya penularan virus corona. Dua sektor kehidupan, perekonomian dan kesehatan jika benar-benar lumpuh akan menimbulkan hal yang tidak diharapkan. Puncak pandemi di negara ini diperkirakan terjadi pada pertengahan hingga akhir Juni 2020.

Pemutusan penyebaran virus sangat memerlukan keseriusan dari semua pihak. Pemerintah menyiapkan seperangkat kebijakan, selanjutnya disikapi oleh masyarakat dengan menaatinya. Pembatasan Sosial Berskala Besar di beberapa negara karena lonjakan penyebaran virus korona sangat tinggi, merupakan langkah strategis yang membutuhkan dukungan dari masyarakat. kejadian di Amerika Serikat, Brazil, Italia, dan Spanyol harus menjadi contoh bagi kita. Di saat imbauan pemerintah untuk tetap menjaga jarak tidak diindahkan, dalam hitungan tiga minggu angka penularan virus korona baru telah melampaui Kota Wuhan sebagai tempat asal dan awal penyebaran virus.

Hal krusial dan sangat mendesak yang harus dilakukan selain menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat terkait penerapan protokol kesehatan maksimum yaitu keterbukaan dan transparansi data, mulai dari peta sebaran terkini, jumlah orang terpapar, status zonasi wilayah, dan kajian kesanggupan penyelesaian masalah harus diinformasikan kepada masyarakat dalam skala yang lebih luas. Kesulitan yang dihadapi oleh pemerintah saat ini yaitu melakukan tracking atau melacak interaksi orang-orang yang terpapar virus. Bagaimanapun juga, pelacakan merupakan jalan terbaik sebagai peringatan dini kepada masyarakat agar mereka terhindari dari skenario terburuk akibat pandemi.

Keangkuhan akan Menghilangkan Eksistensi Manusia dan Peradabannya, skenario terburuk bagi umat manusia dengan kemunculan berbagai wabah adalah kepunahan spesies manusia sendiri. Kepunahan tersebut memang tidak muncul tiba-tiba, kecuali disebabkan oleh kepongahan kita selama ini sebagai sapiens yang sering merenggut tugas dan peran Tuhan. Padahal sikap ini sama sekali menunjukkan kekerdilan kita di dalam kumandang kemahabesaran-Nya. Kita sedang ringkih dan tertarih-tatih setelah pada dekade-dekade sebelumnya merasa sedang mengarah kepada pencapaian tertinggi dari lini masa evolusi dari mahluk satu sel ke wujud tanpa bentuk: homo deus, seperti yang disebutkan oleh Harari dalam buku Homo Deus: A Brief History of Tomorrow.

Keangkuhan rata-rata sapiens di era revolusi industri 4.0 menjadi penghalang kita enggan melihat ke belakang dan menjadikan sejumlah peristiwa sejarah menjadi cermin. Visi sapiens modern selalu melihat ke depan, orientasi kebendaan, kemakmuran, dan kesejahteraan yang sebetulnya dapat diraih jika manusia bersikap adil dalam mendistribusikan sumber daya alam kepada seluruh populasi manusia dan mahluk lain yang bersama-sama menempati Bumi ini. Manusia terlalu angkuh membuat formula-formula kesejahteraan, seperti yang disebutkan di dalam al-Quran, "Jika dikatakan kepada mereka janganlah berbuat kerusakan di muka Bumi, mereka mengatakan, sesungguhnya kami adalah para pembuat kebaikan."

Isaiah Berlin menyebutkan, upaya-upaya manusia di muka Bumi tidak sekadar melawan ketidakbaikan atau keburukan yang dilakukan oleh manusia lainnya, juga bertanggung jawab dalam melakukan kebaikan-kebaikan yang akan menyelamatkan manusia dan keberadaannya. Wabah-wabah yang pernah terjadi dan menimpa umat manusia rata-rata telah menyapu bersih sendi kehidupan yang dipandang telah mapan dan ajeg pada masanya. Pikiran seperti ini sama persis dengan sapiens modern yang merasa telah menemukan berbagai hal untuk mencegah setiap keburukan yang dapat menimpa manusia, merasa peradaban saat ini benar-benar dapat menjadi benteng atau perisai yang mampu mempertahankan kehidupan manusia melalui serangkaian capaian: angka harapan hidup. Justru, peradaban manusia dari waktu ke waktu selalu memiliki celah-celah kefanaan yang dapat meruntuhkan sangkaan keajegan ini.

Apakah tidak membuat kita heran, di era kemajuan pengobatan dan penemuan canggih di bidang kedokteran, justru dapat dikeroposi oleh mahluk renik bersama coronavirus disease 2019?Di dekade kedua abad 20, Flu Spanyol pada tahun 1918 telah menginfeksi sekitar 500 juta manusia di seluruh dunia atau sepertiga dari populasi manusia di planet ini, dan menewaskan 20 sampai 50 juta korban seharusnya menjadi pengingat kepada manusia tentang kerapuhan dan kefanaan manusia sendiri. Tuhan tidak menciptakan tubuh manusia dari besi, baja, atau logam lainnya agar manusia sadar diri terhadap kefanaan yang akan selalu mengiringa kehidupannya.

Pandemi yang dihadapi oleh manusia datang bukan dalam satu waktu melainkan akan datang secara bergelombang. Gelombang pertama Flu Spanyol dipandang oleh manusia saat itu sebagai flu biasa, flu musiman pada musim semi. Anggapan ini harus dibayar dengan harga mahal saat flu baru dan sangat ganas menyerang negara itu pada gelombang kedua. Persitiwa saat itu sangat identik dengan kondisi sekarang, kehidupan normal baru diwacanakan, orang-orang diwajibkan memakai masker, tetapi para elit politik seperti tidak ambil pusing dengan wabah ini, mereka lebih mengkonsentrasikan diri para Perang Dunia I. Hal ini mengingatkan kita pada wabah Athena pada 430 SM, negara-negara kota lebih sibuk memikirkan peperangan dari pada merestrukturisasi penataan kota agar wabah tidak dapat masuk dan menular dalam skala besar.

Di masa pandemic Covid-19, perang mulut dan kata-kata dua negara besar semakin membuktikan negara-negara dengan politisi bermulut besar justru mengalami masalah besar dalam menghadapi wabah.Peradaban Manusia Tidak Hanya Dibangun oleh Kata-kata Kelebihan peradaban manusia yang membedakannya dari spesies lain yang menempati planet ini adalah kemampuan melakukan komunikasi secara verbal sebagai media dalam membangun koordinasi. Tetapi, peradaban manusia sendiri tidak hanya sekadar dibangun oleh kata-kata melainkan melalui proses permenungan di ruang-ruang kontemplatif.

Penemuan lukisan purba di gua Lascaux, Prancis adalah salah satu bukti bagaimana karya purba tersebut dihasilkan melalui proses permenungan yang kemudian dibuktikan dengan goresan tangan pada dinding gua. Para nabi dan rasul membangun masyarakat berperadaban diawali melalui proses permenungan, menyendiri di tempat sunyi bergumul dalam keheningan. Sebelum sampai pada abad pencerahan, para saintis Eropa seperti Galileo, Kant, Descartes, dan Newton lebih banyak menyibukkan diri dalam pergolakan batin.

Nyatanya memang demikian, sampai zaman sekarang pun, kemajuan selalu lahir dari ruang-ruang sunyi bukan pada ingar-bingar dan meriahnya kebocoran verbal. Google dan perusahaan sejenisnya adalah contoh bagaimana mereka dapat menata laboratorium penelitian modern agar identik dengan tempat yang diliputi oleh kesunyian atau keheningan. Toynbee mengungkapkan, peradaban besar selalu lahir di tempat-tempat bersuhu sejuk.Kata-kata yang berlebihan lantas membentuk propaganda dan fitnah justru telah banyak menyebabkan peradaban yang telah dibangun oleh manusia menjadi porak-poranda.

Beberapa perang besar yang terjadi selalu dilatarbelakangi oleh perang kata-kata. Bharatayudha salah satu perang besar dalam epos kuno yang ditulis oleh Vyasa itu disebabkan oleh kata-kata ketika Satyawati memberikan syarat kepada Santanu agar keturunannya dijadikan pewaris Astinapura. Di era kuno, sebagai bukti kepercayaan, orang tidak perlu membubuhkan tanda tangan pada sehelai kertas bermaterai, cukup dengan bersumpah atau mengeluarkan kata-kata bahwa syarat itu pasti dipenuhi.Kata-kata berisi fitnah yang diucapkan di tengah kecamuk wabah telah banyak menimbulkan muculnya sikap rasis dan dehumanisasi oleh sekelompok orang atas pihak yang direndahkan.

Saat maut hitam pada abad ke-14, umpatan dialamatkan kepada orang-orang Yahudi sebagai biang keladi pembawa maut hitam. Fitnah yang diyakini dan diterima begitu saja oleh masyarakat Eropa saat itu berujung pada pengusiran hingga pembunuhan orang-orang Yahudi yang dipandang sebagai penyebab maut hitam. Kecurigaan terhadap orang-orang Yahudi tersebut terus berlangsung selama berabad-abad sampai Nazi melakukan apa yang disebut sebagai Holocaust kepada etnis Yahudi. Dua bulan lalu, saat pandemi Covid-19 mulai menyerang Amerika Serikat secara masif, Presiden Trump dengan sengaja terus-menerus mengatakan virus corona dengan sebutan virus China. Stigma tersebut menyebabkan sikap rasis diperlihatkan oleh masyarakat Amerika Serikat terhadap orang-orang Asia Timur yang tinggal di negeri yang sering memamorkan diri sebagai tempat paling demokratis.

Perlakuan rasis dialami oleh orang-orang keturunan Asia Timur mulai dari umpatan, caci maki, hingga penusukan.Kehidupan Normal Baru Satu minggu terakhir ini kita sedang ramai memperbincangkan istilah kehidupan normal baru (New Normal), kehidupan yang ditandai dengan bagaimana manusia dapat mengadaptasikan diri dengan norma-norma baru, yang semula dipandang aneh selanjutnya menjadi kebiasaan baru. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, tentu saja kita akan sangat heran jika ada seseorang memakai masker saat melakasanakan salat berjamaah. Pemandangan ini menjadi lumrah di tengah pandemi, dan kita tidak akan memandangnya sebagai perbuatan nyeleneh.

Sejumlah negara termasuk Indonesia telah memasuki fase persiapan memasuki adaptasi kehidupan baru. Pelonggaran terhadap pembatasan sosial berskala besar dilakukan secara bertahap di negara-negara yang telah menunjukkan tingkat Rt penularan virus korona di bawah 1.0. Norma dan cara-cara baru muncul beriringan dengan cara hidup normal baru di tengah pandemi. Pranata kehidupan dari mulai perekonomian, pendidikan, hingga keagamaan mulai menerapkan cara-cara baru yang belum dikenal sebelumnya.

Manusia sedang menyetel ulang peradabannya sendiri untuk mempertahankan eksistensi spesies yang telah beberapa milyar tahun mampu bertahan di tengah kepunahan spesies lain sebagai penghuni sebutir debu kosmik bernama Bumi di luasnya belantara semesta.Beberapa kota dan kabupaten di Jawa Barat kemungkinan besar akan menerapkan new normal atau seperti yang disebutkan oleh Kang Emil, adaptasi kehidupan baru (AKB) akan mulai diberlakukan 6 Juni 2020. Membuka wacana dan menerapkan kehidupan normal baru paling tidak harus diimbangi dengan proses informasi dan komunikasi efektif dari pemerintah kepada masyarakat agar tidak menimbulkan asumsi: new normal berarti pandemi Covid-19 telah selesai.

Penerapan kehidupan normal baru tanpa kehati-hatian justru dikhawatirkan akan menimbulkan dampak terburuk, seperti munculnya gelombang kedua pandemi Covid-19. Sejalan dengan penerapan kehidupan normal baru ini, para pakar epidemologi selalu mewanti-wantikan, penerapan kehidupan baru harus mengacu pada hasil kajian distribusi dan sebaran virus korona di setiap wilayah. Kehidupan normal baru benar-benar menuntut siapa pun untuk melalukan cara-cara baru, terumasuk di dalamnya cara berpikir.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Editor :
Berita Terkini
Motor25 April 2024, 11:00 WIB

8 Dampak yang Terjadi Apabila Motor Jarang Dipanaskan, Yuk Kenali!

Jarang memanaskan motor dapat menimbulkan beberapa dampak negatif.
Jarang memanaskan motor  dapat menimbulkan beberapa dampak negatif. | (Sumber : Freepik.com/@ pressfoto)
Sukabumi25 April 2024, 10:55 WIB

Sempat DPO, Bos Investasi Bodong Senilai Rp 5 Miliar di Sukabumi Serahkan Diri

H selaku direktur dan pemilik CV AAP merupakan oknum wartawan.
H (43 tahun) saat diperiksa di Mapolres Sukabumi Kota, Rabu, 24 April 2024. | Foto: Humas Polres Sukabumi Kota
Sehat25 April 2024, 10:30 WIB

Menyembuhkan Asam Urat Secara Alami dengan 8 Gaya Hidup Sehat

Penting untuk diingat bahwa sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum memulai atau mengubah regimen pengobatan asam urat, terutama jika Anda memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya atau sedang mengonsumsi obat-obatan lain.
Ilustrasi. Untuk Menyembuhkan Asam Urat Secara Alami Yuk Terapkan Cara Pola Hidup Sehat. | Foto: Freepik/@freepik
Life25 April 2024, 10:00 WIB

Bersyukur, 10 Kebiasaan Kecil yang Membuat Kamu Bisa Hidup Lebih Bahagia

Dengan mempraktikkan kebiasaan-kebiasaan kecil ini, kamu dapat meningkatkan kebahagiaan dan menjalani hidup yang lebih memuaskan.
Ilustrasi - Dengan mempraktikkan kebiasaan-kebiasaan kecil ini, Anda dapat meningkatkan kebahagiaan dan menjalani hidup yang lebih memuaskan. (Sumber : Freepik.com/jcomp)
Sukabumi25 April 2024, 09:43 WIB

28 Tahun Otda: Kota Sukabumi Komitmen Soal Ekonomi Hijau dan Lingkungan Sehat

Otonomi daerah adalah upaya desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah.
Sekda Kota Sukabumi Dida Sembada memimpin apel memperingati Hari Otda ke-28 di halaman Setda Kota Sukabumi, Kamis (25/4/2024). | Foto: Dokpim Kota Sukabumi
Inspirasi25 April 2024, 09:31 WIB

Lowongan Kerja Lulusan S1 di Bekasi, Syarat: Bisa Bahasa Inggris Dasar

Jobseeker Yuk Cek Lowongan Kerja Lulusan S1 di Bekasi, Salah Satu Syaratnya adalah Bisa Bahasa Inggris Dasar.
Ilustrasi. Wawancara. Lowongan Kerja Lulusan S1 di Bekasi, Syarat: Bisa Bahasa Inggris Dasar (Sumber : Pexels/EdmondDantes)
Nasional25 April 2024, 09:03 WIB

Menunggu Prabowo-Gibran Dilantik, Begini Aturan Pasang Foto Presiden dan Wapres

Foto presiden dan wakil presiden sering dipasang di berbagai instansi dan kantor.
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. | Foto: Instagram/Prabowo Subianto
Sehat25 April 2024, 09:00 WIB

Mengenal 6 Manfaat Lidah Buaya untuk Kesehatan, Bisa untuk Menyembuhkan Luka!

Manfaat Lidah Buaya untuk Kesehatan yang jarang orang ketahui.
Ilustrasi - Manfaat Lidah Buaya untuk Kesehatan yang jarang orang ketahui.(Sumber : Freepik.com/@Racool_studio)
Keuangan25 April 2024, 08:21 WIB

Daftar Lengkap 537 Pinjol Ilegal Terbaru yang Diblokir Satgas Pasti

Satgas Pasti mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan berhati-hati.
(Foto Ilustrasi) Satgas Pasti memblokir 537 entitas pinjol ilegal di sejumlah situs dan aplikasi. | Foto: Istimewa
Sehat25 April 2024, 08:00 WIB

10 Rekomendasi Asupan Sehat untuk Mengatasi Serangan Asam Urat

Berikut Rekomendasi Asupan Sehat untuk Mengatasi Serangan Asam Urat. Yuk Coba Konsumsi!
Ilustrasi. Minyak Zaitun. Rekomendasi Asupan Sehat untuk Mengatasi Serangan Asam Urat (Sumber : pixabay.com/@SteveBuissinne)