Oleh: Zahra Prathamy
(Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Nusa Putra Putra Sukabumi)
Telah kita ketahui bahwasannya, ekonomi global saat ini memang sangat jatuh. Menteri Keuangan, Sri Mulyani bahkan menyebutkan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan lebih buruk dari krisis keuangan pada 2008.
Sebelumnya apakah sudah tahu ekonomi itu apa?
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Istilah "ekonomi" sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος yang berarti "peraturan, aturan, hukum". Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga.
Lalu bagaimana keadaan ekonomi Indonesia saat ini?
Saat ini Indonesia sedang mengalami keadaan yang mungkin kacau. Hah ko bisa ? yaaaa Indonesia saat ini berada dalam keadaan yang memang membuat pemerintah untuk memutuskan secara cepat perihal kondisi ekonomi yang dialaminya akibat dari adanya covid-19 ini.
Nah, bisa kita lihat bahwa banyak pedagang kecil serta para ojek online yang kebutuhan seharinya mereka bergantung kepada masyarakat sekitar. Tanpa adanya masyarakat yang beraktifitas diluar rumah, maka otomatis mereka tidak punya penghasilan.
Salah satu pengemudi ojek online mengatakan “memang karena adanya wabah penyakit ini, semua ekonomi anjlok, kami jadi tidak bisa menarik penumpang lagi. Bagaimana mungkin kita akan dapat uang untuk kehidupan sehari-hari sementara kita tidak berpenghasilan”.
Ya, keadaan ini merupakan jenis pengangguran sementara dimana pengangguran ini diakibatkan oleh suatu keadaan yang mendesak sehingga banyak buruh ataupun pegawai yang diberhentikan sementara oleh pihak perusahaan.
Sri Mulyani menyebutkan juga bahwa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan sektor yang terpukul. Tak hanya itu korporasi juga akan mengalami tekanan dari sisi rantai pasokan dan perdagangan. Hal ini kemudian akan merembet ke sektor keuangan.
Maka dari itu pihak pemerintah pun melakukan antisipasi dengan keadaan ini. Presiden memutuskan untuk mengalokasikan dana APBN nya untuk menutupi semua kebutuhan yang memang banyak diperlukan untuk masyarakat nya.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memutuskan untuk menambah anggaran belanja dan pembiayaan APBN 2020 untuk penanganan Covid-19 sebesar Rp405,1 triliun. Penambahan anggaran tersebut dialokasikan untuk sejumlah sektor, yakni:
1.untuk belanja bidang kesehatan dialokasikan Rp75 triliun
2.untuk anggaran perlindungan sosial dialokasikan Rp110 triliun
3.untuk insentif perpajakan dan stimulus Kredit Usaha Rakyat (KUR) dialokasikan Rp70,1 triliun
4.untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional, termasuk restrukturisasi kredit serta penjaminan dan pembiayaan dunia usaha, khususnya UMKM, dialokasikan Rp150 triliun.
Hal ini menyebabkan ekonomi Indonesia rontok. Indonesia mengalami pembengkakan pada anggaran pengeluarannya. Sedangkan pemasukan yang makin kesini makin sedikit, sebab China yang merupakan tujuan ekspor utama Indonesia mengalami penurunan yang sangat besar.
Selain itu juga AS yang merupakan tujuan kedua Indonesia melakukan ekspor juga ikut menurun. APBN tahun 2020 diproyeksikan mengalami defisit sebesar Rp307,2 triliun atau sebesar 1,76 persen terhadap PDB (sama dengan defisit RAPBN tahun 2020).
Selain itu juga, dalam sektor keuangan Indonesia memang sangat lemah. Nilai tukar pun ikut melemah sekitar 0,27 persen yaitu ke level Rp 16.495 per dollar AS pada 2 Maret 2020 kemarin.
Sementara itu, data yang diterbitkan Bank Indonesia Kamis pagi menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp16.741 per dolar AS, melemah 328 poin atau 2 persen dari posisi Rp16.413 pada Selasa (31/3/2020).
Dalam paparannya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan aliran dana masuk dari lelang surat utang akan membawa pergerakan rupiah ke level Rp15.000 pada akhir tahun.
Perry mengungkapkan capital inflow atau aliran dana masuk baik dari lelang SBN dan SBSN, serta tambahan pasokan valas akan memperkuat stabilitas nilai tukar. "Insyaallah, rupiah bukan hanya stabil dan menguat," ungkap Gubernur BI dari paparan, Kamis (2/4/2020).
Dan dollar sekarang ini (15/04/2020) memang ada penurunan setidaknya sedikit dari pada nilai dollar pada hari-hari sebelumnya yaitu sebesar Rp 1.001 yang sebelumnya Rp 16.741 menjadi Rp 15.740. Penurunan ini memang berpengaruh terhadap Indonesia khusus nya.