Krisis Petani Muda, Krisis Pangan

Senin 17 Februari 2020, 04:51 WIB

Oleh: Afriza Chandra | GEMATANI

MINIMNYA minat generasi milenial untuk terlibat dan terjun langsung dalam sektor pertanian. Dalam 30 tahun terakhir, kelompok usia petani di bawah 35 tahun menurun dari 25% menjadi 13%. Sementara petani yang berusia di atas 55 tahun meningkat dari 18% menjadi 33%. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2013 terdapat 26.135.469 rumah tangga petani yang terdata dan mengalami penurunan dari tahun 2003 sebanyak 5 juta rumah tangga petani.

Ini menandakan bahwa pertanian hari ini sudah tidak menguntungkan lagi bagi petani. Selain sektor pertanian tidak menjanjikan dari segi pendapatan, secara status sosial masih dipandang rendah. Hal ini tampak dari generasi tua yang mulai enggan bertani begitu juga generasi muda yang mulai kehilangan gairah meneruskan usaha orang tuanya untuk menggarap lahan. 

Target pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada tahun 2045 nampaknya akan menjadi mimpi belaka jika permasalahan regenerasi petani terus dibiarkan ,Jika regenerasi petani gagal dilakukan akan menjadi ancaman serius di sektor pangan. Lahan-lahan pertanian akan berpindah tangan.Berkurangnya jumlah petani akan berimplikasi pada menurunnya ketersediaan produk pangan dalam negeri, Banyak yang meyakini bahwa generasi muda adalah kunci, dan pertanian modern adalah solusi untuk menarik generasi muda agar terlibat dalam bisnis pertanian. Indonesia akan mengalami periode bonus demografi, ketika jumlah orang produktif lebih tinggi daripada jumlah lansia dan anak-anak. Ini menjadi  kesempatan mengenalkan pertanian bagi kalangan anak muda. melibatkan kaum muda di bidang pertanian harus menjadi prioritas jika Indonesia ingin berdaulat atas pangan tercapai.

Menuju swasembada pangan nasional harus didukung oleh pemerintahan daerah, kerja dalam mewujudkan swasembada pangan harus terintegrasi dengan maksimal. Lalu bagaimana dengan kota Sukabumi? Apa upaya Pemkot Sukabumi dalam menangani pangan dan krisis  petani muda?

Seperti halnya kota kota lain, maraknya alih fungsi lahan terus meningkat dari tahun ke tahun terjadi di Kota Sukabumi, membuat  Pemerintah Kota memperketat pengawasan alih fungsi lahan pertanian. Tahun 2014 sampai dengan 2017 saja tercatat 127 Ha  lahan pertanian beralih fungsi menjadi perumahan, pemukiman dan lainnya. 2017 lahan pertanian dikota sukabumi hanya 1464 Ha, data Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan (DPPKP) Kota Sukabumi Tahun 2017 jumlah petani yang tersebar di tujuh kecamatan hanya kurang dari 5.000 orang. Para petani itu rata-rata berusia sekitar 40 hingga 60 tahunan.

Wajar jika cemas lahan pertanian  terancam terlantar. Hal ini karena lahan pertanian kini hanya digarap petani lanjut usia, Regenerasi profesi petani tidak berjalan, karena sebagian besar generasi muda lebih memilih bekerja menjadi buruh pabrik. Dari pada menggarap lahan pertanian yang sebelumnya, dikelola orangtuanya. 

Rata rata petani memiliki lahan dibawah 0,5 hektar. Dengan kondisi seperti ini, petani tidak dapat memaksimalkan produksi dilahannya hal ini mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani. dan kemudian menjadi salah satu pemicu yang mendorong mereka meninggalkan profesi sebagai petani, kemudian juga dikuti oleh generasi berikutnya yang enggan menjadi petani.

Faktor lain yang menjadi pemicu regenerasi petani muda mandek adalah semakin berkurangnya lahan pertanian yang tergerus karena proses konversi menjadi pemukiman, tempat wisata, pusat perbelanjaan, perkantoran dan sebagainya. Disisi lain lulusan SMA sederajat di Kota Sukabumi mencapai sebanyak 13 ribu per tahun. Belum ditambah lulusan perguruan tinggi serta lulusan tahun sebelumnya. Ribuan lulusan ini belum tentu semuanya terserap dalam lapangan kerja yang jumlahnya terbatas. 

Perlu kerja keras Pemkot Sukabumi dalam menjaga ketersedian pangan, meskipun beberapa waktu lalu kota Sukabumi  meraih prestasi terbaik di Jawa Barat terkait permasalahan pangan dan memastikan ketahanan pangan di Kota Sukabumi masih aman hingga dua tahun kedepan. Pemkot Sukabumi tidak boleh lengah,perketat  pengawasan alih fungsi lahan dan jalankan Perda No 1 Tahun 2016 Tentang PLP2B.

Desember 2019 lalu, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Sukabumi merilis data lahan pertanian di Kota Sukabumi  seluas 1484 (PikiranRakyat.com). Jika dibandingkan dengan tahun 2017 lahan pertanian seluas 1464 Ha , artinya ada penambahan luasan lahan pertanian 20 Ha. kinerja walikota saat ini bersama seluruh stackholder tidak hanya berhasil mempertahankan luas lahan pertanian. tapi juga berhasil menambah luasan lahan pertanian.

Pemkot Sukabumi menjawab semua tantangan atas kecemasan masalah pangan, geliatnya mulai nampak, even  Sukabumi Agro Expo (SAE) Produksi Inovasi, Sinergi dan Aksi Nyata (Pisan) 2019 di Gedung Widaria Kencana (GWK) Jalan Lingkar Selatan, kegiatan berbasis kolaborasi dan sinergitas seluruh SKPD menarik perhatian generasi muda, Pemkot juga mulai kenalkan ecommerce ke petani,mencoba merubah mindset petani awalnya penjualan manual kini berbasiskan digital.

Mendorong produk lokal inovasi berbasiskan kreativitas lokal diharapkan bisa meningkatkan nilai ekonomis dari sisi produk yang dijual dan mendongkrak penghasilan petani dan generasi muda tidak malu menjadi petani bergerak di bidang agrowisata dan agrokreatif. pemerintah memfasilitasi para generasi milenial untuk terjun ke sektor pertanian untuk mengembangkan dan memajukan pertanian. Krisis petani muda merupakan satu dari sekian permasalahan di sektor pertanian.

Untuk itulah diperlukan adanya integrasi antara pemerintah, kampus, serta petani muda itu sendiri dalam hal mendekonstruksi serta merekonstruksi paradigma baru dalam hal bertani. Tanpa adanya integrasi antar ketiganya jangan harap ancaman regenerasi petani akan dapat diatasi.

Membangun Indonesia dari pinggiran, wujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia,jangan biarkan terperosok menjadi consumer country dalam memenuhi pangan penduduknya. keterlibatan generasi milenial dalam mendukung, mengembangkan, serta memajukan sektor pertanian menjadi sangat dibutuhkan.

Pertanian juga perlu sentuhan serta terobosan generasi millenial. Masalah pangan memang bukan masalah sederhana, menjadi kewajiban bersama menjaga lahan pertanian, meningkatkan kesejahteraan petani,menarik minat generasi muda agar mau bertani, demi  mewujudkan kedaulatan pangan.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Berita Terkini
Sukabumi26 April 2024, 21:49 WIB

Akibat Banjir, Toko Alat Listrik di Cidahu Sukabumi Alami Kerugian hingga Belasan Juta

Banjir yang terjadi di Kampung Pasirdoton, Desa Pasirdoton, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, pada Kamis, 25 April 2024 membuat beberapa pihak mengalami kerugian yang cukup besar.
Sejumlah warga dan karyawan toko memindahkan barang yang sebelumnya terendam banjir di Kampung Pasirdoton, Desa Pasirdoton, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi | Foto : Ibnu Sanubari
Life26 April 2024, 21:05 WIB

6 Mental Miskin yang Membuat Hidup Anda Melarat di Masa Depan, Yuk Hindari!

Orang yang memelihara mental miskin tentu akan berpengaruh terhadap masa depannya, melarat atau berjaya. Itulah pentingnya hal ini.
Ilustrasi. Mental miskin yang wajib dijauhi. | Sumber foto : Pexels/Mehmet Turgut Kirkgoz
Life26 April 2024, 21:00 WIB

8 Sikap Baik Orang Sopan yang Membuatnya Dihargai dan Dihormati

Inilah Contoh Sikap Baik Orang Sopan yang Membuatnya Dihargai dan Dihormati. Apa Kamu Salah Satunya?
Ilustrasi - Sikap Baik Orang Sopan yang Membuatnya Dihargai dan Dihormati . (Sumber : Freepik.com)
Sukabumi26 April 2024, 20:57 WIB

Jelang Kongres, PAN Kabupaten Sukabumi Pastikan Dukung Zulhas Tiga Periode

DPD PAN Kabupaten Sukabumi menyatakan sikapnya untuk mendukung kembali Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan kembali melanjutkan kepemimpinan di periode ketiga pada masa jabatan 2025-2030.
Mansurudin, Ketua DPD PAN Kabupaten Sukabumi | Foto : Sukabumi Update
Life26 April 2024, 20:30 WIB

Kamu Akan Tetap Miskin Jika 10 Kebiasaan Ini Masih Terus Dilakukan!

Kebiasaan buruk dapat menghambat kemajuanmu dan membuatmu terjebak dalam jurang kemiskinan.
Ilustrasi - Kebiasaan buruk dapat menghambat kemajuanmu dan membuatmu terjebak dalam jurang kemiskinan. (Sumber : Freepik)
Inspirasi26 April 2024, 20:24 WIB

5 Kebiasaan Orang China yang Membuat Hidupnya Gampang Kaya dan Jauh dari Kemiskinan

Orang China memiliki kebiasaan yang membuat hidupnya selalu kaya dan jauh dari kehidupan miskin di masa depannya, apalagi di hari tuanya.
Ilustrasi. Kebiasaan orang china yang membuatnya hidup kaya. | Sumber foto : Pexels/Pixabay
Sukabumi26 April 2024, 20:09 WIB

Kades Ungkap Penyebab Banjir hingga Rendam Jalan dan 18 Rumah Warga di Cidahu Sukabumi

Data sementara terdampak banjir yang melanda Kampung Pasirdoton Desa Pasirdoton Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi, pada Kamis, 25 April 2024 bertambah
Kondisi jalan raya Cidahu dan rumah warga yang terendam banjir. (Sumber : Istimewa)
Life26 April 2024, 20:07 WIB

6 Cara Membaca Karakter Orang Pecundang di Sekitar Kita, Kenali Ciri-cirinya

Membaca karakter orang pecundang di sekitar kita sesungguhnya cukup mudah. Tentunya dengan mengenali beberapa karakter yang melekat di dalam dirinya.
Ilustrasi. Membaca karakter orang yang pecundang. | Sumber foto : Pexels/Mike Greer
Keuangan26 April 2024, 20:00 WIB

Sumber Pendapatan Pasif, 6 Manfaat Investasi dalam Pengelolaan Keuangan

Beberapa jenis investasi, seperti saham dividen, obligasi, atau properti sewa, dapat menghasilkan pendapatan pasif secara teratur. Pendapatan dari investasi ini dapat membantu meningkatkan arus kas dan memberikan stabilitas finansial tambahan.
Ilustrasi. Perhitungan Ekonomi. Manfaat Investasi dalam Pengelolaan Keuangan. (Sumber : Pexels/Mikhail Nilov.)
Life26 April 2024, 19:53 WIB

Terapkan Konsekuensi, Ini 7 Cara Memperbaiki Perilaku Tidak Baik Pada Anak

Ekspektasi orang tua terhadap anaknya kadang membuat mereka tertekan. Maka dari itu, lakukan tips berikut untuk membuat anak memperbaiki perilakunya.
Ilustrasi cara memperbaiki perilaku tidak baik anak / Sumber Foto : Freepik/jcomp