Ide (Mengembalikan) Sukabumi (Sebagai) Rumah Kopi Nusantara

Minggu 13 Januari 2019, 05:22 WIB

Oleh: Irman "Sufi Firmansyah"

Sukabumi merupakan wilayah pionir penanaman Kopi dimasa kolonial sekaligus salah satu penghasil kopi terbesar di Priangan bahkan nusantara. Cikole merupakan sentra Vrijeland Soekaboemi yang dibeli dibeli dan dikelola secara penuh oleh mantan Koffieopziener (pengawas kopi) yang juga dokter bedah, Andries De Wilde.

Fakta inilah yang dibahas dalam sebuah diskusi di Sunda Coffee n Space, Sabtu (12/1/2019) dengan narasumber Irman "Sufi" Firmansyah dan Adam "The Rock" Firdaus Natakusumah dari Komunitas Soekaboemi Heritages, dan Host enerjik Den Aslam. Diskusi di Caffe ke empat milik Kang Dede Rizal ini juga memunculkan ide besar yang disampaikan oleh Kang Thommy Ardian (Kepala Seksi Ekonomi Kreatif Disporapar Kota Sukabumi) tentang Sukabumi Rumah Kopi Nusantara.

Hakikatnya ide atau gagasan tentang kemajuan suatu wilayah seringkali muncul bukan dari ruang rapat, tapi obrolan-obrolan di kedai kopi. Hal ini terbukti dari revolusi dunia seperti halnya Revolusi Perancis maupun Revolusi Industri di Inggris juga muncul dari diskusi di kedai-kedai kopi oleh tokoh-tokoh revolusi.

Kota Sukabumi sudah memulai wacana ini dengan kegiatan Coffee Morning with Major, meskipun masih terkesan formal namun bisa menjadi awal munculnya gagasan cerdas dari warga Kota. Konsep yang diajukan Kang Thommy bisa menjadi pilihan dalam membranding wilayah ini misalnya melalui City Branding Kota Sukabumi.

Tetangga kita di Cianjur sudah duluan membranding wilayahnya dengan konsep Jago yang dimaksudkan supaya menjadi bagian strategi positioning Cianjur diantara kota-kota lain di nusantara. Sukabumi terlihat masih belum jelas branding kotanya, sebagian menganggap Mochi sebagai branding Kota Sukabumi tetapi sayangnya dalam setiap perhelatan, perkenalan maupun sosialisasi wilayah ini, Mochi tidak menjadi makanan yang konsisten disajikan secara resmi.

Sejak jaman Kolonial inkonsistensi ini memang terjadi. Pada sebuah lambang Sukabumi kita bisa melihat kopi yang ditulis sebagai "koffiee mag" menjadi salah satu jadi bagian lambang Sukabumi yang menggambarkan lingkungan, sejarah, karakteristik yang memenuhi memori kolektif masyarakat. Selain tentunya Singa yang menggambarkan kekuasaan Belanda yang secara tradisional di Eropa melambangkan keberanian, kekuatan dan kebangsawanan.

Foto foto suasana Diskusi di Sunda Coffee n Space dengan narasumber Irman "Sufi" Firmansyah dan Adam "The Rock" Firdaus Natakusumah dari Komunitas Soekaboemi Heritages, dan Host enerjik Den Aslam. (Foto: Istimewa)

Namun disisi lain dalam konsep branding Pariwisata yang dilakukan oleh hotel-hotel pada masa kolonial, Sukabumi dipromosikan sebagai Nizza Van Java (anggurnya Jawa) yang konon memabukan siapapun yang datang dan tak mau pergi dari Sukabumi. Darimanakah asalnya konsep anggur ini dalam memori kolektif masyarakat Sukabumi? apakah dari tuak kelapa yang yang juga konon menjadikan wilayah basisir kidul disebut Wijnkoopsbaai (Teluk anggur)?.

Pertanyaan itu masih perlu diteliti lebih lanjut, namun kopi yang disebut emas hitam merupakan fakta yang tak terbantahkan sebagai sebuah komoditas yang membangun wilayah Sukabumi hingga menjadi sebuah wilayah yang terkenal di dunia. Dari diskusi tersebut diketahui bahwa Sukabumi menjadi pionir percobaan penanaman teh yang berhasil.

Perubahan peran VOC dari perusahaan dagang menjadi penguasa teritori mengharuskan VOC menginventarisir wilayah satu persatu yang dilakukan dengan mengirim Sersan Scipio dan Letnan Patinggi Tanujiwa ke Gunung Guruh, Jokjokan dan Pelabuhan Ratu. Wilayah Sukabumi yang menjadi sarang para pemberontak diantaranya Syekh Yusuf Al Makasari yang bergerilya di area Jampang, Pangeran Purbaya putra Sultan Ageng Tirtayasa yang bergerilya di kaki gunung gede, maupun Raden Alit Prawatasari yang dijuluki "Robin Hood Van Djampang" menyebabkan percobaan teh agak lambat dibanding Malabar misalnya.

Biji Kopi jenis arabika yang dikirim dari Malabar oleh komandan Kumpeni (VOC) di Pantai Malabar Adrian van Ommen pada tahun 1696, dan diujicoba di lahan milik Gubernur Jendral VOC Willem van Outhoorn di daerah yang sekarang disebut Pondok Kopi di Jakarta Timur, ternyata gagal akibat banjir dan gempa. Pengiriman kedua pada tahun 1699 melalui stek pohon kopi dari Malabar memberi harapan cerah.

Pada tahun 1706 sampel kopi yang sudah ditanam dikirim ke negeri Belanda Heren Zeventeen (para komisaris VOC) dan diteliti di Kebun Raya Amsterdam (Hortus Botanicus). Hasilnya luar biasa, kualitasnya  sangat baik sehingga bisa mulai dilakukan penanaman masal.

Gubernur berikutnya Van Hoorn yang menggantikan Outhoorn menyerahkan bibit kopi tersebut kepada bupati di Priangan dan Cirebon dan ditanam diwilayah pesisir, sayangnya hasilnya sangat buruk sehingga dicari alternatif lain. Pemerintah kemudian meminta bantuan Wiratanudatar III yang baru menjabat di Cianjur untuk mengujicobakannya di Gunung Guruh yang saat itu menjadi bagian adminitratif Cianjur pada tahun 1707.

Wiratanudatar meminta bantuan adiknya, Patih Wiranata (yang kemudian menjadi Bupati Kampung Baru bogor), untuk membuka lahan rintisan di Gunung Guruh yang saat itu dianggap cukup penduduk untuk mengerjakannya. Dua tahun kemudian  Gubernur Van Riebeeck mengadakan inspeksi ke Gunung Guruh sekaligus memantau hasil penanaman kopi.

Pada bulan April tahun 1711 sepulangnya dari kunjungan ke Pelabuhan Ratu melalui jalur laut, Abraham Van Riebeeck Hasilnya menerima informasi bahwa Bupati Cianjur Wiratanu Datar berhasil memetik panen kopi pertama. Karena hasil menggembirakan ini maka Wiratanudatar III dihadiahi wilayah Basisir Kidul (Pelabuhan Ratu dan sekitarnya) untuk dikelola dan selanjutnya wilayah Jampang pada tahun 1715.

Produksi kopi semakin meningkat sejalan dengan pelaksanaan tanam Paksa (Preanger Stelsel) sejak tanggal 15 April 1723. Kas VOC menjadi surplus dan wilayah Sukabumi dianggap sebagai salah satu gabus pelampung di tanah Hindia.

Pada tahun 1724, Cianjur memanen kopi sebanyak 1.216.257 pikul (setara dengan harga 202.271,25 ringgit). Kopi menjadi sumber kekayaan Bupati Cianjur, konon Wiratanu datar III jika bepergian ke Batavia menggunakan kereta kuda berlapis emas dan berbelanja banyak sekali.

Hal ini ironis dengan kondisi petani yang menderita dan memunculkan banyak pemberontakan di daerah Jampang. Kematian Wiratanudatar III yang dijuluki Dalem Dicondre juga konon akibat persoalan kutip mengutip harga kopi dan dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap tanam paksa.

Ironisnya masyarakat Sukabumi terutama kaum muslim menggunakan kopi sebagai minuman yang membantu beribadah dan berjuang melawan kedzaliman penanaman kopi. Secara konsisten kopi priangan, dimana perkebunan terbesarnya dari daerah Sukabumi, mengalahkan produksi kopi Yaman yang awalnya menguasai perdagangan kopi dunia.

Jika tahun 1722 Yaman menghasilkan 832 ton dan Priangan hanya 6 ton, maka enam tahun kemudian Priangan berhasil mengekspor 2.021 ton kopi, sedangkan Yaman tak mampu mengekspor sama sekali. Kopi Priangan berhasil menjadi kopi termahal dan berhasil menggeser dominasi kopi Yaman menguasa pasar dunia. Amsterdam menjadi pusat lelang kopi, dan Belanda menjadi kaya raya serta termasyhur dari Kopi dan kapitalisme.

Kejayaan kopi di Sukabumi juga ditandai dengan munculnya pengusaha kopi super kaya dari Cikole yaitu Wilde. Pada tanggal 15 Januari 1813 seorang ahli bedah dan juga pengawas kopi masa inggris bernama Dr. Andries de Wilde bersama konsorsium Engerlahrdt, Mac Quoid dn Raffles membeli tanah yang meliputi 5/12  wilayah yang kini meliputi sebagian besar  Sukabumi dengan harga 58 ribu ringgit Spanyol.

Batas tanahnya di Timur Sungai Cikupa, selatan Sungai Cimandiri, Utara lereng Gunung Gede Pangrango dan batas ke barat Batavia dan Bogor. Andries De Wilde mengelola perkebunan secara profesional dan melibatkan para kokolot. Hal ini tercermin pula dari penamaan wilayah yang disebut Cikole menjadi Soeka Boemie atas usulan para kokolot, dan kemudian Wilde mengajukannya untuk menamai seluruh wilayah yang dikelolanya dengan nama Soeka Boemie.

Kejayaan kopi Cikole masih tergambar dari toponimi jalan gudang dimana dulunya berderet gudang-gudang kopi hasil dari perkebunan kopi di Sukabumi untuk diekspor. Menurut Joseph Arnold (namanya menjadi nama bunga Rafflesia Arnoldi) yang mengunjungi Sukabumi pada bulan November 1815, Perkebunan Kopi Andries de Wilde membentang sepanjang 40 km, dan berisi kopi-kopi muda sepanjang 10 km, membutuhkan sekitar 400 ekor kuda untuk mengolahnya.

Rumahnya merupakan paling mewah pada masanya yang dilengkapi meja bilyard dan orkestra dengan pembantu berjumlah 30 orang. Wilde tidak menjual kopi kepada pemerintah karena dianggap terlalu rendah, namun dia mengekspor langsung dan membagi keuntungan dengan petani secara wajar. Hal ini menyebabkan dia dianggap sebagai penyelundup dan berseteru dengan Bupati Cianjur saat itu yaitu Prawiradiredja.

Prawiradiredja sendiri menugaskan anaknya, yaitu Raden Rangga Suria Atmaja untuk menjadi pengurus kopi Sukabumi dan Raden Melanda Perbata, Wedana dari jampang. Perseteruan ini berakhir saat Pemerintah Hindia Belanda mengambil alih perkebunan kopi Wilde.

Penanaman kopi dilanjutkan melalui tanam paksa pada  masa Van Den Bosch (1830) yang menghasilkan surplus yang digunakan untuk melunasi hutang pemerintah dan membiayai operasi penumpasan pemberontakan. Tahun 1833 dilakukan perluasan gudang kopi hingga ke pelabuhanratu. Hasil tanam paksa terlihat dari  penanaman kopi memasuki tahun 1834 di Sukabumi meningkat.

Foto foto suasana Diskusi di Sunda Coffee n Space dengan narasumber Irman "Sufi" Firmansyah dan Adam "The Rock" Firdaus Natakusumah dari Komunitas Soekaboemi Heritages, dan Host enerjik Den Aslam. (Foto: Istimewa)

Hingga tahun 1864 seluruh distrik Sukabumi yang berjumlah 7 distrik ditumbuhi kopi semua dengan perkebunan terbesar di Gunung Parang yang ditanami 2.301.808 batang. Sementara Cimahi 975.808 batang, Cicurug 817.280 batang, sisanya di distrik lain.

Pasca keluarnya UU agraria produksi tanam paksa menurun, namun bermunculan perkebunan Swasta yang diinisasi oleh Perkebunan kopi Cibungur sejak tahun 1865. Mulai tahun 1871 bermunculan koffie pakhuizen (gudang kopi) diantaranya di Sagaranten, Cikawung, Pasawahan, Bojongkenteng, Caringin, Ciheulang, Cikembar, Sukabumi dan Gekbrong.

Perkebunan kopi swasta terus bermunculan disemua distrik diantaranya: Distrik Pelabuhan yaitu  Cisalak, Cibungur, Ongkrak, Ardenburg, Malingut, dan Sukamaju. Distrik Jampangtengah yaitu Cicalobak, Sindangsari, Caringin, Panumbangan, Gunungsari, gunung malang. Disctrik Cicurug yaitu Cilorama dan Cibaregbeg. Distrik Jampang tengah, Cicurug, Pelabuhan, Distrik Ciheulang NV Cirohani Cibaregbeg dan Cisalek.

Kopi menjadi hidangan favorit banyak pelancong yang juga kagum kepada kopi Sukabumi diantaranya William Worsfold yang mengunjungi Ciwangi Cireunghas pada tahun 1892 menyebutnya sebagai Kopi yang terbaik didunia. AG Voderman dalam perjalanan kembali melewati kebun kopi Ardenburg Cibadak pada taggal 18 Juni 1886 mengagumi perkebunan kopi di tanah merah. 

Arthur C. Bicknell yang megunjungi Cireunghas tahun 1895 menyebut kopi Sukabumi kualitasnya sangat baik dan rasa lezat, dan banyak medali telah ia terima di berbagai pameran. Raja Rama V (Chulalangkorn) yang mengunjungi Sukabumi pada tanggal 20 Juni 1896, dijamu Bupati Cianjur  dengan makan siang dan hidangan kopi.  Dua tempat nongkrong elit di Sukabumi yaitu Societeit Soekamanah dan Huize Schuttavaer juga menjadi tempat ngopi yang terkenal diantara para pejabat-pejabat dan bangsawan di Sukabumi.

Wacana untuk mendeklarasikan Sukabumi sebagai rumah kopi nusantara memang beralasan, perlu dukugan banyak pihak termasuk pemerintah. Tak bisa dipungkiri akibat hamawedang, penyakit daun Hemileia Vasatrix, malaise dan peperangan menyebabkan produksi kopi Sukabumi menurun hingga akhirnya hilang. Baru sekitar tahun 2000-an, kopi priangan mencoba tumbuh kembali.

Sejak tahun 2007 petani di Sukabumi mulai menanam kopi meskipun dengan jumlah yang sedikit, dan sampai awal tahun 2009 telah tertanam kopi dengan jumlah kurang lebih 500 ribu pohon dengan luas lahan sekitar 400 Ha baik ditanam oleh petani rakyat, perkebunan maupun penanaman melalui proram PHBM di lahan Perhutani.

Saat ini beberapa perkebunan kopi rakyat di Sukabumi tersebar di Sukaraja, kadudampit, Goalpara, nyalindung, Jampangtengah, lengkong. Menurut Den Aslam budaya kopi di Sukabumi sudah cukup baik, justru suplai kopi sendiri yang sulit, perlu peningkatan produksi kopi Sukabumi supaya benar-benar bisa terangkat.

Perlu solusi komprehensif juga supaya para petani kopi terangkat secara ekonomi karena ciri dari pertanian yang berkesinambungan adalah mantap secara ekologis, berkelanjutan secara ekonomis, adil dan manusiawi. Semoga kopi Sukabumi bisa berjaya kembali dan bisa menjadi pilihan brand Sukabumi sebagai rumah Kopi Nusantara.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Editor :
Berita Terkini
Food & Travel20 April 2024, 06:00 WIB

Cara Membuat Rebusan Asam Jawa untuk Menurunkan Gula Darah, Ini 8 Langkahnya!

Begini Cara Membuat Rebusan Asem Jawa untuk Menurunkan Gula Darah, Ikuti 8 Langkahnya Yuk!
Asam Jawa. Cara Membuat Rebusan Asem Jawa untuk Menurunkan Gula Darah, Ini 8 Langkahnya! (Sumber : Freepik/jcomp)
Science20 April 2024, 05:00 WIB

Prakiraan Cuaca Jawa Barat 20 April 2024, Cek Dulu Sebelum Berakhir Pekan!

Prakiraan cuaca hari ini Sabtu 20 April 2024, Sukabumi dan sekitarnya.
Ilustrasi - Prakiraan cuaca hari ini Sabtu 20 April 2024, Sukabumi dan sekitarnya. (Sumber : Freepik)
Sukabumi20 April 2024, 00:14 WIB

Usai Lebaran, Pasien Membludak di RSUD Palabuhanratu Sukabumi

Humas RSUD Palabuhanratu Sukabumi sebut pasien yang datang rata-rata mengeluhkan penyakit demam, pencernaan, metabolik, serta penyakit dalam.
Kondisi di sekitar IGD RSUD Palabuhanratu Sukabumi, Jumat (19/4/2024). (Sumber : SU/Ilyas)
Sukabumi Memilih19 April 2024, 23:48 WIB

Yudi Suryadikrama Respon Perundingan Kebonpedes Soal Dukungan Maju Pilkada Sukabumi

Ketua DPC PDIP Kabupaten Sukabumi, Yudi Suryadikrama merespon pernyataan sejumlah kader partai yang memintanya untuk maju dalam kontestasi Pilkada Sukabumi 2024.
Yudi Suryadikrama Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Sukabumi | Foto : Ibnu Sanubari
Keuangan19 April 2024, 23:24 WIB

Upaya Bapenda Sukabumi Mudahkan Layanan Perpajakan Bagi Wajib Pajak di Desa

Kepala Bapenda Kabupaten Sukabumi Herdy Somantri mengatakan inovasi tersebut menekankan pentingnya integrasi sistem administrasi pajak daerah dari tingkat desa hingga kabupaten.
Kepala Bapenda Kabupaten Sukabumi Herdy Somantri. | Foto: SU/Ilyas (Sumber : SU/Ilyas)
DPRD Kab. Sukabumi19 April 2024, 22:01 WIB

DPRD Minta Bakesbangpol Usut Penyebab Meninggalnya Peserta Seleksi Paskibraka Sukabumi

Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Sukabumi Hera Iskandar turut berbelasungkawa atas meninggalnya Kayla Nur Syifa saat mengikuti seleksi Paskibraka.
Jenazah siswi SMAN Negeri 1 Cisaat saat akan diberangkatkan dari RSUD Palabuhanratu menuju rumah duka di Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Jumat (19/4/2024). | Foto: SU/Ilyas Supendi
Opini19 April 2024, 21:44 WIB

Menjadi Lelaki Berkualitas: Inspirasi dari Kartini

Sosok Kartini, seorang pejuang kesetaraan gender dari Indonesia pada abad ke-19, memberikan pandangan yang menarik dan relevan, bukan saja bagi perempuan, bahkan bagi kaum laki-laki masa kini.
Dr. Ari Riswanto, M.Pd., MM / Dosen Universitas Linggabuana PGRI Sukabumi/Pengurus DPW Forum shilaturahmi Doktor Indonesia | Foto : Sukabumi Update
Sukabumi19 April 2024, 21:08 WIB

Dinsos Sukabumi Salurkan Program Makan Untuk Lansia Di Tegalbuleud Sukabumi

Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi, bantu salurkan program bantuan makanan bagi lanjut usia (Lansia), yang merupakan program Kemensos RI.
Program makan bagi lansia di Tegalbuleud Sukabumi | Foto : Ragil Gilang
Sukabumi19 April 2024, 21:04 WIB

Kronologi dan Dugaan Penyebab Meninggalnya Siswi Sukabumi saat Ikut Tes Seleksi Paskibraka

Berikut kronologi dugaan penyebab meninggalnya Kayla Nur Syifa Siswi Sukabumi peserta seleksi Paskibraka.
Suasana rumah duka Kayla Nur Syifa di Desa Cibentang, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Jumat (19/4/2024). | Foto: SU/Asep Awaludin
Life19 April 2024, 20:29 WIB

5 Penjelasan Kenapa Seseorang Mudah Menangis Tanpa Sebab

Ketika seseorang menangis tanpa alasan yang jelas, hal itu seringkali dapat menjadi pengalaman yang membingungkan dan membuat frustrasi.
Kenapa seseorang mudah menangis tanpa sebab | Foto : pixabay/jouycristoo