SUKABUMIUPDATE.com - Konten hoaks saat tahun politik rawan terjadi mengingat sentimen menjadi salah satu hal yang diangkat. Seperti video Soeharto sebut demokrasi Indonesia rusak yang ternyata merupakan hasil rekayasa Artificial Intelligence (AI).
Serupa dengan pengalaman pemilu 2019, banyak hoaks menyebar di berbagai platform media sosial, seperti merujuk cekfakta.com. Temuan Kementerian Kominfo RI pada 2018-2019 ada peningkatan angka sebaran hoaks saat jelang dan memasuki tahun politik.
Dalam rentang waktu Agustus 2018 hingga September 2019, ditemukan sebanyak 3.356 hoaxs, dari jumlah tersebut terbanyak adalah hoaks soal politik, jumlahnya mencapai 916 hoaks.
Baca Juga: [SALAH] Soeharto Kritik Jokowi: Demokrasi Sekarang Lebih Parah dari Orde Baru
Publik juga masih ingat dengan kasus Ratna Sarumpaet, yang disebut jadi korban penganiayaan, kasus ini berawal dari unggahan Swary Utami Dewi di media sosial facebook. Unggahan Disertai tangkapan layar berasal dari aplikasi pesan WhatsApp pada 2 oktober 2018.
Unggahan Ratna Sarumpaet itu kemudian direspons oleh sejumlah tokoh, di antaranya Fadli Zon, bahkan hingga calon presiden 2019 Prabowo Subianto. Setelah ditelusuri pihak kepolisian ternyata klaim Ratna Sarumpaet termasuk hoaks.
Contoh kasus hoaks lain yang menghebohkan adalah informasi tujuh kontainer berisi surat suara yang sudah dicoblos di tanjung priok, info ini pertama kali beredar pada 2 januari 2019, penyebarannya serentak di berbagai platform media sosial.
Baca Juga: [PREBUNKING] Apa Itu Putaran Pilpres dalam Pemilu dan Contohnya
KPU yang menerima informasi tersebut awalnya tak merespons, karena meyakini itu hoaks, namun sejumlah tokoh seperti wasekjen partai demokrat Andi Arief, merespons info tersebut dan meminta polisi untuk menelusuri. Akan tetapi, beberapa saat kemudian postingan Andi Arief dihapus.
KPU bersama Bawaslu dan polisi mengecek langsung ke pelabuhan tanjung priok, dan memastikan bahwa informasi itu tidak benar. Dua hoax tersebut menyeret dua orang tersangka.
Dua kasus tersebut menunjukan siapa saja bisa termakan hoaks jika tidak hati-hati menerima informasi, meskipun itu pejabat, tokoh atau figur publik sekali pun.
Baca Juga: [CEK FAKTA] Viral Tegalbuleud Sukabumi Perbatasan Australia-Indonesia
Di tahun politik, selalu waspada dengan beragam informasi yang didapatkan di media sosial, apalagi yang tidak jelas sumbernya. Adapun taktik penyebaran hoaks terkait politik biasanya dilakukan melalui platform media sosial dan disebarkan oleh akun anonymous, narasi yang digunakan cenderung provokatif atau kadang menyudutkan sosok atau kelompok tertentu.
Lalu bagaimana agar kita tidak mudah termakan hoaks?
Tips Agar Tidak Terjebak Konten Hoaks di Tahun Politik
Pertama, selalu bersikap skeptis alias tidak mudah percaya jika menerima informasi, terutama dari sumber yang tidak jelas. Jika info tersebut dari medsos, pastikan akun yang membagikan bukan akun anonym, cek dan ricek profil penyebar informasi tersebut.
Kedua, kita juga bisa menggunakan sejumlah tools dari berbagai platform, untuk mencari kebenaran informasi, bisa melalui google image ataun line, penyaringan jenis informasi, hingga rentang waktu pemostingan. Jika tidak ada di google kita bisa menggunakan Yandex, metodenya juga hampir sama.
Baca Juga: [SALAH] Perempuan Korban Begal di PLTU Cipatuguran Palabuhanratu Sukabumi
Ketiga, cara ini mungkin paling sederhana, yaitu mencari apakah informasi tersebut juga disampaikan oleh media maenstrim yang kredibel, bisa searching di google, jika tidak maka patut diragukan kebenarannya.
Terakhir, lakukan pengecekan di kanal-kanal cek fakta, seperti cekfakta.com atau turnbackhoax.id.
Mari menjadi masyarakat cerdas dengan selalu mengecek kebenaran informasi agar tidak termakan hoaks!
Baca Juga: HOAKS! Amplop Gambar Anies-Cak Imin Berisi Uang Rp 300 Ribu
Rujukan
- https://prebunking.cekfakta.com/cara-agar-tak-terjebak-hoaks-di-tahun-politik/
- https://www.bojonegorotv.com/2023/03/cara-agar-tak-terjebak-hoaks-di-tahun.html