SUKABUMIUPDATE.com - Robata merupakan istilah untuk cara memanggang ikan khas nelayan pulau Hokkaido, Jepang. Mirip barbeque. Cara memanggangnya lambat dengan arang panas di atas lubang pasir. Butuh 30 menit untuk menunggu ikan matang dengan cara robata.
Takumi Restoran Robata & Sushi yang diklaim sebagai restoran otentik Robatayaki pertama dan satu-satunya di Jakarta. Terdapat sepetak meja persegi berisi pasir. Di tengahnya ada arang yang membara dibentuk seperti api unggun.
Ikan tusuk pada batang logam ditancapkan mengelilingi arang tersebut. Executive Director PT. Graha Andrawina Lestari sebagai perusahaan Takumi Restoran Robata & Sushi, Benjamin Lee mengatakan sengaja memakai pasir untuk mencerminkan tradisi nelayan sekaligus merefleksikan panas sehingga matangnya merata.
Bumbui ikan yang dimasak dengan cara robata tidaklah rumit. Ikan bersih ditusukkan pada sebatang logam, lalu diberi sayatan menyilang membentuk huruf X pada permukaan badan. Kemudian, disemprot sake khusus masakan. Lalu, ditaburi sautee salt.
Sirip-sirip ikan ditegakkan serta dibubuhi garam. Ikan yang ditancapkan di sekitar arang panas membara perlahan berubah kecokelatan khas ikan bakar. Ini tandanya ikan siap disantap. "Ini ikan Kinki dari Hokkaido dan bisa dimakan," kata chef Kishino dari restoran Takumi, Senayan National Golf Club, Jakarta, sambil menyodorkan sepiring kecil berisi ikan berwarna kemerahan yang hanya hidup di perairan dingin Hokkaido.
Chef Kishino juga menunjuk sirip ikan yang berdiri tegak, lalu membuat gestur menghisap. Rupanya, selain daging ikan Kinki yang terasa lembut dan asin, sirip-sirip bertabur garam yang renyah itu pun bisa dinikmati.
Selain ikan Kinki, restoran ini juga menyediakan beragam hasil laut yang diimpor dari pasar ikan Jepang, Tsukiji Market, seperti Nihonkai Nodokuro atau Blackthroat Seaperch, Tarabagani (kepiting besar dari Alaska), oyster, scallop, dan abalone hidup. "Beberapa ikan yang dipakai di sini hanya ada di Jepang. Tapi kami juga memakai produk lokal bila kualitasnya bagus, seperti tuna, cumi-cumi, dan udang," ucap Benjamin.
Sumber: Tempo