SUKABUMIUPDATE.com - Penyair Sapardi Djoko Damono mengaku tak memiliki trik atau tip khusus agar tetap bisa menulis. "Tidak ada, menulis itu, ya, mengalir saja," kata Sapardi seusai acara perayaan “77 tahun Sapardi Djoko Damono: Peluncuran 7 Buku dan Nyanyian Puisi†di Bentera Budaya, Jakarta, Rabu malam, 22 Maret 2017.
Pria kelahiran 20 Maret 1940 ini mengaku pernah tidak menulis selama enam tahun. "Enam tahun tidak nulis, tidak apa-apa, tapi dalam selama bisa 18 lembar jadi (tulisan)," ujarnya.
Inspirasi tulisannya pun tak perlu dicari. "Enggak ada (cari-cari inspirasi), kalau lagi di kamar mandi, di pesawat terbang, muncul ide, ya, langsung tulis saat itu juga," kata dia.
Sapardi merupakan pensiunan guru besar Universitas Indonesia dan masih membimbing S-3 di UI. Ia juga menjadi tenaga tetap di Program Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta, serta mengajar dan membimbing Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Sapardi Djoko Damono telah menerbitkan sejumlah buku puisi, esai, fiksi, dan drama asli dan terjemahan, sejak 1969. Rencananya, empat buku hasil karyanya akan diterbitkan pada tahun ini. "Ada dua (buku) puisi lagi dan novel, salah satunya lanjutan yang ketiga (novel) Hujan di Bulan Juni," katanya.
Penghargaan atas pencapaian selama ini telah diterima Sapardi dari Freedom Institute (2003), Akademi Jakarta (2012), dan Habibie Award (2016). Ia juga menerima Cultural Award (Australia, 1978), Anugerah Puisi Putera (Malaysia, 1984), dan SEA-WRITE Award (Thailand, 1988).
Sumber: Tempo