SUKABUMIUPDATE.com - Di bagian lain Indonesia, tato merupakan budaya, hingga saat ini, Suku Mentawai di kepulauan Siberut dan Suku Dayak di Kalimantan, masih melestarikan tradisi mereka menghias tubuh dengan tato.
Di era modern, tato pernah diidentikkan dengan kriminalitas, mereka yang bertato kerap dianggap pelaku kejahatan, cap negatif tersebut baru mereda sekitar akhir 90an, dengan semakin terbukanya informasi, secara perlahan stigma buruk soal tato terkikis. Sejak itu, tato lebih dianggap sebagai gaya hidup.
Tato atau tattoo, seni menghias tubuh dengan cara memasukan tinta ke dalam lapisan kulit, sepertinya semakin populer di kalangan anak muda Kota Sukabumi. Saat ini, bertato pun sudah bukan dominasi laki-laki saja, banyak kaum Hawa memiliki tato di tubuhnya.
Rudy Imada (35), seorang seniman tato di Kota Sukabumi menceritakan, 90 persen kliennya adalah anak muda dari berbagai latar belakang profesi dan tingkat pendidikan.
"Klien saya banyak mahasiswa sama kalangan profesional dan attitude mereka bagus," ujar Rudi kepada sukabumiupdate.com, Minggu (15/1).
Pemilik studio tato ini menegaskan, masalah kriminalitas itu ada di personalnya, bukan karena ia bertato atau tidak. Rudi menilai kondisi masyarakat, khususnya di Kota Sukabumi sudah sangat terbuka.
"Sikap masyarakat umum terhadap tato sudah bergeser, tidak ada beda dengan Bali atau kota besar lainnya di Indonesia," pungkas Rudi.