SUKABUMIUPDATE.com - Belum lama ini, video sekelompok siswa SMP di Sulawesi Selatan mengeroyok petugas kebersihan hingga pelipisnya robek, menjadi viral. Peristiwa ini membuat banyak orang mengelus dada. Bagaimana bisa siswa SMP berperilaku buruk hingga melakukan tindakan kekerasan seperti itu?
Dr. Lisa Firestone, Direktur Penelitian dan Pendidikan di The Glendon Association, asosiasi yang berfokus pada penanganan masalah kesehatan mental di AS, menjelaskan seperti halnya kemampuan lain dalam hidup, kemampuan berbuat kekerasan juga merupakan hasil kombinasi dari faktor biologis, sosial dan psikososial yang diperoleh dari lingkungan.
Apakah benar ada benih buruk dalam kehidupan manusia? Menurut Lisa Firestone, seperti banyak kualitas lain dalam hidup, kekerasan melibatkan interaksi nyata antara faktor genetika dan lingkungan. “Kita mungkin tidak dapat mengubah DNA yang diturunkan pada anak, namun kita sangat bisa memengaruhi bagaimana DNA ini diekspresikan dengan menciptakan lingkungan yang baik," kata dia.
Kekerasan bisa muncul sebagai akibat dari pengaruh lingkungan yang tidak kondusif dan akan menjadi lingkaran setan. Anak yang tumbuh dengan menyaksikan kekerasan maka kemungkinan mereka melakukan kekerasan juga semakin besar. Maka itu putuskanlah mata rantai itu.
Kekerasan menciptakan perasaan malu, terhina, dan rasa tidak aman. Untuk menghindari orang-orang di sekitar Anda termasuk anak dari paparan kekerasan, Anda harus menciptakan situasi sebaliknya. “Pastikan mereka merasa nyaman, terkoneksi, dan merasa berharga," tutur Lisa Firestone.
Sumber: Tempo