SUKABUMIUPDATE.com - Sarapan merupakan salah satu hal yang wajib dilakukan untuk mengoptimalkan performanya sepanjang hari. Sayangnya, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sebanyak 26,1 persen anak-anak Indonesia melewatkan sarapan. Selain itu, hanya 10,6 persen dari mereka yang melakukan sarapan, dapat mencukupi asupan energi yang dibutuhkan.
Menurut Guru Besar Pangan dan Gizi IPB, Ali Khomsan dalam acara Koko Olimpiade, hal ini dapat berdampak buruk bagi anak-anak di sekolah. Salah satu dampak buruk tersebut adalah menurunnya performa anak-anak dalam hal akademis.
“Anak-anak yang tidak sarapan biasanya kurang dapat berkonsentrasi dan belajar dengan baik. Hal ini akan berdampak pada nilai akhir dan performa akademik mereka,” katanya pada Selasa, 22 Januari 2019.
Dalam sebuah grafik yang ditunjukkan Ali, nilai pelajaran anak-anak yang tidak sarapan, khususnya dalam bidang matematika, mengalami penurunan sebesar 4,92 persen.
“Penurunan tersebut terjadi karena otak mengalami kekurangan kadar oksigen. Hal tersebut dapat digantikan melalui sarapan yang seimbang dan bernutrisi,” katanya.
Selain mengalami penurunan dalam hal akademis, perilaku anak-anak yang tidak mengkonsumsi sarapan saat berada di sekolah cenderung bermasalah. Lebih dari itu, mereka juga akan lebih sering menyalahkan orang lain walaupun kesalahan tersebut berawal dari mereka sendiri. “Hal ini terjadi karena adanya hormon kortisol atau yang lebih dikenal sebagai hormon stres di dalam diri mereka,” katanya.
Hormon stres ini dilepaskan oleh tubuh karena tidak adanya asupan gizi yang baik di pagi hari. Ini yang akhirnya mempengaruhi perilaku dan sikap anak di sekolah.
Oleh karena itu, Ali pun menyarankan untuk memberikan asupan gizi di pagi hari bagi anak-anak sebelum berangkat ke sekolah. Ia juga berpesan bahwa asupan gizi tersebut bukanlah hanya terdiri dari karbohidrat saja, namun terdiri dari berbagai zat gizi lainnya seperti protein, vitamin, dan mineral.
Sumber: Tempo