SUKABUMIUPDATE.com - Gempa bumi 7 SR di Lombok, yang terjadi pada 5 Agustus 2018 memiliki data korban yang terus bertambah. Pengungsi juga mencapai 387.067 jiwa dan masih perlu banyak bantuan, terutama kebutuhan dasar.
Pengungsi gempa Lombok, termasuk bayi dan anak-anak, perlu beberapa hal khusus. Di Kabupaten Lombok Utara terdapat 1.991 bayi dari usia nol sampai lima tahun dan 2.641 anak berusia 6 sampai 11 tahun.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala pusat Data Informasi dan Humas BNPB, bahwa pemberian bantuan untuk bayi dan balita yang berupa makanan tidak boleh sembarangan. Karena terbatasnya sarana untuk menyiapkan susu formula, seperti air bersih, alat masak, botol steril, dan lainnya, banyak kasus diare di kalangan bayi usia di bawah enam bulan yang menerima bantuan susu formula.
Pemberian susu formula juga dapat meningkatkan risiko kekurangan gizi dan kematian bayi karena air susu ibu tetap menjadi makanan yang paling sempurna bagi bayi.
UNICEF (Badan Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan bahaya pemberian susu formula di pengungsian. Kasus di Bantul Yogyakarta setelah mengalami gempa bumi menunjukkan kalau 25 persen anak di bawah usia 2 tahun terkena diare karena meminum susu formula.
Karena itu, sebaiknya jangan asal memberi bantuan susu formula dan susu bubuk tanpa persetujuan dari Dinas Kesehatan Provinsi atau kabupaten, atau kota setempat. Untuk yang tidak bisa menyusu, bayi yang diberikan susu formula harus diberikan perlengkapan menyusui yang lengkap. Bayi yang perlu susu formula harus mendapatkan pengawasan ketat dari tim dokter agar kondisi kesehatan bayi dapat tetap dimonitor.
Sebaiknya mengirimkan donasi dalam bentuk tenda, selimut, makanan siap saji, beras, MCK portable, air minum, air bersih, tendon air, pakaian, alas tidur, alat penerang, layanan kesehatan, dan pemulihan trauma. Hal-hal tersebut adalah kebutuhan mendesak yang masih kurang sampai sekarang.
Sumber: Tempo