SUKABUMIUPDATE.com - Bermain merupakan bagian penting dari proses tumbuh kembang anak. Mainan berpengaruh positif untuk perkembangan kecerdasan kognitifnya, sedangkan bermain dengan orang lain akan merangsang sisi sosialnya.
Dari sisi fisik, permainan dan mainan anak juga dapat melatih kemampuan motorik halusnya, seperti kelincahan tangan dan kaki, sedangkan alat bermain seperti perosotan dan ayunan dapat melatih motorik kasar.
“Dari sisi kognitifnya, pola pikir, permainan-permainan seperti puzzle atau menyusun balok, lego, itu melatih cara pikir dia. Dari semua sisi, permainan dan mainan anak ada positifnya,” tutur psikolog Carla Adi Pramono.
Kendati demikian, anak yang sering bermain atau memiliki banyak mainan tidak menjamin akan lebih cepat pintar atau memiliki tumbuh kembang yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak.
Carla menyarankan agar anak tidak hanya diberi mainan, tetapi juga diiringi dengan komunikasi oleh orang tua atau pengasuhnya. Pasalnya, perkembangan daya nalar anak tidak hanya dipengaruhi oleh mainan saja. Adanya respons dan umpan balik dari orang lain akan lebih berpengaruh pada daya nalar anak.
Menurutnya, orang tua sekarang yang terlalu mudah memberikan gadget pada anak agar sang buah hati terhibur atau diam dan tidak menganggu aktivitas orang tua. Hal ini membuat anak kurang interaksi dengan lingkungan.
Kecerdasan anak dipengaruhi banyak faktor, seperti genetik, gizi, bagaimana interaksi orang tua, pola asuh, dan lain-lain. Permainan atau mainan bukan satu-satunya faktor penentu. Sejalan perubahan zaman, anak-anak saat ini, terutama di perkotaan, lebih banyak bermain dengan gawai. Selain itu, karena keterbatasan lahan, mereka juga lebih sering bermain di dalam gedung.
Namun, hingga kini belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa model permainan atau mainan anak zaman dulu lebih baik dari sekarang atau sebaliknya. Carla menganggap bahwa bermain di dalam atau di luar ruangan bukan persoalan, karena yang lebih penting anak ditemani untuk belajar sosialisasi. Apabila anak sejak kecil lebih sering bermain sendiri, dikhawatirkan mereka kurang bisa berbagi dengan yang lain ketika besar.
Permainan dan mainan juga dapat dikaitkan dengan minat dan bakat anak. Orang tua bisa mulai mengenali minat buah hati lewat mainan yang mereka pilih, meskipun hal ini bukan ukuran utama dalam melihat bakat. “Salah satu manfaat dari mainan, kita bisa lihat minat dia dan menjelaskan berbagai jenis pekerjaan. Lalu anak akan berpikir sendiri dan kemudian memutuskan pilihan bidang pekerjaan yang akan digelutinya,” ujar Carla.
Sementara itu, pemerhati sosial Muhamad Nanang Suprayogi, anak harus diarahkan sedini mungkin untuk mengembangkan minat dan bakatnya. Apabila orang tua memberikan waktu yang cukup untuk mendampingi anak, maka mereka akan mendapatkan gambaran minat dan bakatnya.
“Misalnya sejak TK si anak sudah terlihat interest-nya di bidang musik atau melukis, kita bisa dukung atau mengarahkannya dengan memberikan les melukis, kita fasilitasi belikan krayon, belikan alat-alat lukis dan sebagainya," ujar Muhamad.
Sumber: Tempo