SUKABUMIUPDATE.com - Anak yang tidak mau makan tentu membuat ibu kebingungan. Ada anak yang tidak suka nasi, hanya mau makan biskuit, tidak mau sayuran, atau menolak makan buah. Padahal anak butuh asupan makanan dengan nutrisi baik dan gizi seimbang untuk mengiringi masa tumbuh kembang mereka.
Tidak ingin anak kurang gizi, para ibu biasanya menempuh segala cara agar anak mau makan. Mulai dengan bujuk rayu, menyembunyikan makanan yang tidak disukai, tidak sedikit berujung dengan pemaksaan. Lalu mengapa anak bisa menjadi picky eater atau suka pilih-pilih makanan? “Untuk kebanyakan anak sehat, memilih makanan adalah bagian normal dari pertumbuhan anak,†kata Natasha Chong Cole, pakar ilmu nutrisi yang sedang menempuh pendidikan doktor di Universitas Illinois, AS.
Namun menurut Cole, yang penelitiannya dimuat dalam Jurnal Nutrigenetik dan Nutrigenomik menambahkan, beberapa studi menunjukkan, pilih-pilih makanan juga berkaitan dengan masalah gangguan makan, masalah emosional dan perilaku, serta berisiko pada kekurangan atau kelebihan berat badan.Â
Cole juga melakukan penelitian ada 2015 terhadap saliva atau cairan yang diproduksi air liur dari 153 anak usia prasekolah, di bawah 5 tahun, untuk menguji DNA dan genotipe mereka. Penelitian ini dilakukan pada anak balita, karena umumnya anak memasuki fase pilih-pilih makanan sekitar usia 2 tahun.Â
Masa pilih-pilih ini bisa berkurang ketika mereka berusia 6 tahun, namun ada pula yang terus berlangsung hingga anak dewasa. Sekitar usia 3 tahun, kebanyakan anak sudah bisa menyadari makanan apa yang disukai dan tidak serta mengekspresikan rasa enak dan tidak enak.Â
Hasilnya, dari lima gen reseptor rasa yang diuji, dua di antaranya berkaitan dengan perilaku pilih-pilih makanan. Sementara satu jenis gen lainya berkaitan dengan perilaku anak yang secara konsisten memilih hanya beberapa jenis makanan, dua gen berjenis TAS2R38 dan CA6 berhubungan dengan perilaku menolak otoritas orang tua atau upaya untuk mengendalikan pilihan makanan.Â
Selain itu gen TAS2R38 dan CA6 ini terkait dengan rasa pahit yang tinggi, yang membuat anak sangat selektif terhadap rasa makanan. Tidak hanya rasa, pengaruh gen membuat anak memilih makanan berdasarkan warna, tekstur, dan bau pada makanan anak-anak.
Sumber: Tempo