SUKABUMIUPDATE.com - World Health Organization menyebutkan Indonesia menempati urutan kelima sebagai negara dengan jumlah bayi prematur terbanyak di dunia dan kelahiran prematur diidentifikasi sebagai penyumbang terbesar angka kematian bayi.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik 2016, angka kematian bayi (AKB) mencapai 25 kematian setiap 1.000 bayi yang lahir. Hal ini tentu menjadi perhatian berbagai pihak karena AKB menjadi salah satu indikator tingkat kesehatan sebuah negara.
DR. dr. Rinawati Rohsiswatmo SpA (K), Staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, menjelaskan, bayi prematur lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Menurutnya, perawatan bayi prematur dikategorikan cukup rumit, karena tingginya risiko yang dapat terjadi di awal kehidupan bayi tersebut. Dalam merawat bayi prematur, sangat penting untuk memiliki pengetahuan yang luas, kesabaran serta keterampilan dari orang yang menanganinya. "Selain itu, perawatan bayi prematur terkadang membutuhkan sarana yang lengkap dan teknologi yang canggih dalam perawatan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) hingga bayi memenuhi kriteria yang ditentukan medis.†ujarnya di Jakarta.
Dr. Eni Gustina, MPH, Direktur Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mengungkapkan, penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan. Kematian bayi baru lahir (neonatal) mempunyai porsi 54,9 persen dari seluruh kematian bayi sehingga kelangsungan hidup bayi baru lahir masih menjadi fokus program Kementerian Kesehatan.
Dia mengatakan berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012, Angka Kematian Neonatal adalah 19 per 1.000 Kelahiran Hidup yang cenderung stagnan sejak satu dekade sebelumnya. Dari laporan rutin tercatat pada semester pertama 2017 terdapat 10.294 kasus atau 22 kematian bayi per 1.000 kelahiran.Â
"Penyebab utama kematian neonatal adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) termasuk prematuritas, diikuti oleh asfiksia dan infeksi. Penurunan AKN dimulai dengan upaya promotif dan preventif sebelum kehamilan, pada masa kehamilan, persalinan di fasilitas kesehatan dan pelayanan kesehatan neonatal esensial sesuai standar. Bayi yang lahir dengan kondisi BBLR / prematur dilakukan perawatan metode kanguru (PMK) dan tatalaksana sesuai dengan kondisi dan komplikasi yang dialami.†ujarnya.
Mengacu pada fenomena yang terjadi sekaligus dalam momen Hari Prematuritas Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 November, GE Healthcare memperkenalkan fasilitas premium inkubator dan inkubator hybrid beserta penghangat berteknologi tinggi untuk perawatan bayi prematur.
Hari Prematuritas Sedunia merupakan inisiatif global untuk meningkatkan awareness tentang bayi prematur di seluruh dunia dan pertama kali digagas oleh European Foundation for The Care of Newborn Infants (EFCNI) pada tahun 2008. Hingga kini, baik individu maupun organisasi di lebih dari 100 negara turut merayakan melalui sejumlah kegiatan dan berkomitmen untuk membantu bayi prematur beserta keluarganya.
Nilesh Shah, General Manager of Clinical Care Solutions, GE Healthcare Africa, India and Southeast Asia, mengatakan, inkubator dan inkubator hybrid beserta penghangat ini memiliki sejumlah fitur yang telah disempurnakan dari teknologi sebelumnya yang mampu meningkatkan proses perawatan bayi agar dapat organ tubuhnya dapat tumbuh normal dan sehat. Saat ini fasilitas premium GE Healthcare telah
tersedia di sejumlah Rumah Sakit Umum Daerah di berbagai propinsi seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bangka Belitung, Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat.
“GE Healthcare Indonesia terus mengupayakan ketersediaan fasilitas perawatan kami menjangkau lebih banyak lagi wilayah di Indonesia demi memenuhi kebutuhan layanan intensif bagi bayi yang lahir prematur agar mereka dapat segera stabil dan tumbuh menjadi anak yang sehat,†tutup Nilesh Shah.
Sumber: Tempo