SUKABUMIUPDATE.com - Tindakan indisipliner kerap menjadi sandungan pemain bola profesional termasuk para pemain Timnas Indonesia berikut ini.
Menjadi pemain profesional menjadikan pesepakbola dengan mudah memiliki popularitas.
Namun, popularitas itu bagi beberapa talenta muda Indonesia bisa menjadi boomerang yang dapat menghancurkan karirnya.
Adanya Star Syndrom di kalangan pemain terkadang membuat pemain tersebut lupa diri hingga melakukan tindakan indisipliner.
Kasus pemain Indonesia yang karirnya meredup karena tindakan indisipliner pun bukanlah hal baru di kancah sepak bola dalam negeri.
Dari beragam kasus yang ada, berikut empat kisah pemain Indonesia yang karirnya meredup karena tindakan indisipliner.
1. Zaenal Arief
Timnas Indonesia pernah punya bomber mematikan pada era 2000 an dalam diri Zaenal Arief. Hal ini terbukti dari pencapaiannya yang mampu menjadi Runner Up top skor Piala AFF 2002.
Di level klub, Zaenal Arief juga tergolong penyerang ganas, terutama saat dirinya membela Persita Tangerang dan juga Persib Bandung.
Namun di balik kehebatannya itu, Zaenal Arief punya kisah getir yang membuatnya tak pernah lagi membela Timnas Indonesia.
Hal tersebut terjadi pada 2007 silam. Saat itu, Zaenal Arief dicoret oleh Ivan Kolev saat Timnas Indonesia akan menjalani laga pamungkas melawan Korea Selatan di babak grup Piala Asia 2007.
Alasan pencoretan itu dikarenakan Zaenal Arief pulang ke hotel larut malam, dari jam yang telah ditetapkan Ivan Kolev yakni pukul 22.00 WIB.
2. Titus Bonai
Pemain Timnas Indonesia lainnya yang kariernya hancur akibat tindakan indisipliner adalah penyerang lincah asal Papua, Titus Bonai.
Titus Bonai merupakan penyerang haus gol yang memiliki kelincahan dan skill olah bola menawan. Anugerah yang ia miliki itu pun berhasil membawanya menembus tim nasional Indonesia.
Namun, anugerah yang ia dapatkan itu tak dibarengi dengan sikap yang apik dari Titus Bonai, yang membuat namanya harus dicoret dari Timnas Indonesia U-23.
Hal ini terjadi pada 2011 silam, di mana pelatih Timnas Indonesia U-23 saat itu, Alfred Riedl mengetahui Titus Bonai mabuk baik saat di Hong Kong maupun di Jakarta. Alhasil ia pun dicoret.
Saat kursi kepelatihan beralih ke Rahmad Darmawan, Tibo, sapaannya, kembali mendapat tempat di Timnas. Namun lagi-lagi ia melakukan tindakan indisipliner yang membuat kariernya terus meredup hingga kini berstatus tanpa klub.
3. Yudha Febrian
Pada medio 2020 hingga 2021, nama Yudha Febrian mungkin menjadi nama yang sering diperbincangkan para pendukung tim nasional Indonesia.
Namanya diperbincangkan bukan karena penampilannya, melainkan tindak-tanduknya di luar lapangan yang banyak membuat orang geram.
Tindak-tanduk Yudha yang membuat geram pertama kali diketahui saat dirinya kedapatan dugem hingga telat latihan saat TC Timnas Indonesia U-19. Hal ini membuat Shin Tae-yong murka dan langsung mencarinya.
Karena tindakan itu, Yudha sempat dimasukkan ke dalam pesantren oleh klubnya, Barito Putera. Namun, lagi-lagi ia membuat onar dengan melakukan aksi pelecehan seksual.
Alhasil ia pun dicoret dari Barito Putera. Sempat bergabung Persik Kediri pada Liga 1 2021-2022, Yudha pun akhirnya dicoret dan dipecat.
4. Serdy Ephy Fano
Aksi dugem yang dilakukan Yudha Febrian kala TC Timnas Indonesia U-19 tak dilakukan sendiri. Ia ditemani oleh Serdy Ephy Fano.
Karena tindakan indisipliner itu, Serdy pun harus menerima namanya dicoret dari Timnas Indonesia U-19 oleh Shin Tae-yong bersama Yudha.
Usut punya usut, pencoretan itu bukanlah yang pertama. Jauh sebelumnya, Serdy juga sempat dicoret bersama Ahmad Afhridrizal pada Agustus 2020. Pencoretannya itu pun tak lain dan tak bukan karena dugem.
Apa yang dilakukan Serdy itu sampai membuat Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan naik pitam sehingga namanya pun tak akan dipanggil lagi oleh PSSI.
SUMBER: SUARA.COM/Felix Indra Jaya