SUKABUMIUPDATE.com - Meski dalam pertandingan terakhir dikalahkan rival sekota Manchester United dengan skor 0-2 di Etihad Stadium, Senin, 8 Maret 2021, Manchester City tetap berada di puncak klasemen Liga Inggris dengan mengoleksi 65 poin dari 28 laga.
Tim asuhan Pep Guardiola sukses meninggalkan Manchester United yang berada di posisi kedua klasemen sementara Liga Inggris dengan mengumpulkan 54 poin dari 28 pertandingan yang telah dimainkan Setan Merah.
Tidak sedikit yang berspekulasi bahwa prestasi cemerlang yang diraih Manchester City merupakan buah dari melimpahnya uang di klub tersebut.
Pendapat itu sulit dipungkiri karena sejak The Citizens diakuisisi pengusaha asal Timur Tengah, Sheikh Mansour pada 2008, mereka memang berhasil merengkuh 4 trofi Liga Inggris, 2 Piala FA, 5 Piala Liga Inggris, dan 3 Community Shield.
Jumlah gelar Manchester City diperkirakan akan terus bertambah di bawah arahan Pep Guardiola musim ini lantaran tim yang pada mulanya bernama St. Marks itu masih bertahan di empat ajang yang diikuti. Di Liga Champions, mereka berpeluang besar lolos ke babak perempat final.
Kendati belum memastikan satu gelar pun di musim ini. Namun, melihat performa Raheem Sterling dan rekan-rekannya, kesempatan untuk setidaknya meraih gelar bergengsi terbuka lebar.
Persaingan kedua tim yang sebelumnya adem ayem karena prestasi Manchester United lebih mentereng daripada City, kini kembali memanas. Sejarah pun terulang. Sama halnya dengan persaingan dua rival sekota ini pada 1940-an, pemicunya tidak lain adalah uang.
"Kami punya banyak uang untuk membeli pemain hebat. Memang benar, tanpa pemain berkualitas, kami jelas tidak akan mampu berburu gelar," kata Pep Guardiola dilansir dari Sky Sports usai timnya meraih kemenangan atas Borussia Monchengladbach pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions musim 2020/2021.
"Para pemain sangat hebat dan punya hubungan yang sangat baik. Mereka bermain dengan tujuan untuk memenangkan setiap pertandingan," tambahnya.
Bukan Hanya Soal Uang
Pelatih West Ham United David Moyes mengatakan, cemerlangnya performa Manchester City sebenarnya bukan hanya disebabkan uang melimpah untuk belanja pemain. Tentu saja, ada peran Guardiola di sana.
Menurut Moyes, Guardiola sama halnya dengan juru masak terkenal Heston Blumenthal yang lihai memadupadankan hal-hal baru yang sebelumnya dianggap tidak umum.
Blumenthal acap kali melakukan sesuatu yang tidak biasa. Intinya sesuatu yang tidak pernah dibayangkan orang sebelumnya, seperti mencampurkan cokelat dengan telur. Awam biasanya akan berpikir, itu tidak akan berhasil atau rasanya tidak akan enak. Namun, menurut Moyes, Blumenthal dapat membuat padu padan itu berhasil.
"Nah, Pep itu Heston Blumenthal-nya sepak bola. Dia melakukan hal-hal yang luar biasa, sesuatu yang tidak terpikirkan oleh banyak orang. Saya sangat menghargainya. Dia sosok inovatif yang selalu mencari ide-ide baru," kata Moyes.
Dikutip dari BBC, kecerdasan Pep Guardiola sebagai peracik strategi terlihat saat ia kerap memasang pemain bukan pada posisi terbaiknya.
Joao Cancelo, misalnya, dipasang sebagai bek sayap kiri dan gelandang bertahan sekaligus saat Manchester City melawan Monchengladbach. Hal itu akan sangat menyulitkan pelatih lawannya. Tanpa mengesampingkan peran pemain lain, Cancelo memang tampil apik dalam pertandingan tersebut.
Dalam catatan Whoscored, selain memberi 1 assist, pemain asal Portugal itu juga menorehkan 92 operan dengan tingkat akurasi mencapai 86 persen. Cancelo pun menorehkan 2 tekel dan sekali memenangi duel udara. Statistik tersebut menjadi bukti daya adaptasi dan konsentrasi Cancelo, meski dia tidak bermain dalam posisi aslinya.
Kolumnis The Guardian mengatakan, permainan Manchester City di tangan Pep Guardiola musim ini sulit dihentikan. The Citizens mampu mencetak gol dari situasi apa pun, oleh pemain di posisi mana pun. Gol bek tengah John Stones dan Ruben Dias saat mengandaskan West Ham United pada pekan 25 Liga Inggris adalah buktinya.
"Gol Ruben Dias adalah sundulan klasik dari seorang bek tengah. Sementara John Stones melakukan tendangan yang luar biasa, dia menciptakan ruang sebelum melakukan penyelesaian akhir. Itu adalah validasi yang bagus atas metode Guardiola," tulis Wilson.
Wilson tanpa ragu menyebut gol Stones memperlihatkan jika Pep sukses melatih City dengan pendekatan taktik yang amat baik.
Memang tidak sepenuhnya benar untuk mengatakan Stones adalah seorang gelandang yang bisa bertahan. Namun justru, kata Wilson, Stones merupakan bek yang memiliki sentuhan layaknya seorang gelandang.
Belanja Efektif
Menurut catatan Transfermarkt, Manchester City bukanlah tim Liga Inggris dengan belanja paling besar musim ini.
Guardiola hanya menggelontorkan dana sebesar 177,8 juta euro untuk belanja pemain baru. Sementara klub paling royal musim ini adalah Chelsea yang mengeluarkan dana hingga 247,2 juta euro.
Musim ini Chelsea mendatangkan sejumlah pemain seperti Kai Havertz, Ben Chilwell, Edouard Mendy, Thiago Silva, Hakim Ziyech, hingga Timo Werner. Namun, mereka gagal mewujudkan harapan para pendukungnya. Liga belum usai, Frank Lampard justru dipecat karena dianggap gagal memenuhi ekspektasi.
Berbeda dari Chelsea, Manchester City melakukan belanja pemain dengan sangat terukur dan penuh pertimbangan. Pembelian Ruben Dias bisa jadi adalah pembelian terbaik City musim ini. Berstatus bek termahal City dengan nilai transfer 68 juta euro, Dias mampu membuktikan kapasitasnya.
Dalam 23 kali penampilannya dengan seragam The Citizens, Dias membuktikan dirinya layak menjadi andalan di lini belakang.
Sejauh ini, Manchester City merupakan tim dengan tingkat kebobolan paling sedikit (19 gol) di Liga Inggris. Dias juga dinilai cakap berperan sebagai pemimpin lini belakang sepeninggal Vincent Kompany.
Tidak Mengandalkan Satu Pemain
Selain pembelian pemain yang tepat, kita mesti kembali memuji strategi yang diterapkan Guardiola.
Sergio Aguero yang sering absen musim ini nyatanya tidak berpengaruh pada produktivitas gol Manchester City. Gelandang Ilkay Gundogan menjadi top skor klub dengan torehan 11 gol, disusul Raheem Sterling 9 gol, serta Riyad Mahrez dan Philip Foden yang masing-masing mencetak 6 gol.
Kedalaman skuad dan strategi yang tepat membuat Manchester City tak perlu bergantung pada satu-dua pemain saja.
Dikutip dari laman resmi klub, Guardiola menuturkan, pemain top adalah kunci, namun dia juga menuntut stabilitas agar performa tim tetap konsisten.
Pelatih yang mengakhiri kariernya sebagai pemain bersama Dorados, tim asal Meksiko, itu berkata, "Anda membutuhkan organisasi yang kuat di semua bidang dengan staf yang mampu menangani tuntutan sepak bola level elite,” ucapnya.
Sejauh ini Guardiola telah membawa City meraup 20 kemenangan beruntun di lintas kompetisi. Ini merupakan rekor kemenangan terpanjang dalam sejarah sepak bola Inggris.
Guardiola sukses mengalahkan rekor Arsenal pada 1987 yang membukukan 17 kemenangan berturut-turut. Jadi, tampaknya kurang tepat jika menganggap prestasi Manchester City hanya bersumber dari uangnya yang melimpah.
"Kami sedang membangun sebuah struktur untuk masa depan, bukan hanya tim yang berisi para pemain bintang," demikian quote dari Sheikh Mansour yang terpampang di dinding kantor manajemen City.