SUKABUMIUPDATE.com - Everton dan Liverpool menjadi dua klub asal Inggris yang kini berambisi masuk zona Liga Champions. Kedua tim yang sering terlibat dalam derby Merseyside ini harus berjuang masuk ke empat besar klasemen Premier League.
Everton kali pertama dan terakhir tampil di kualifikasi Liga Champions adalah pada musim 2005-2006 saat ditangani David Moyes. Kini, pelatih Carlo Ancelotti terobsesi menyamai pencapaian Moyes dengan terus memperbaiki permainan The Toffees di setiap pertandingan.
"Mimpi saya dan juga seluruh pemain Everton adalah mengakhiri musim di peringkat empat dan bermain di kualifikasi Liga Champions," kata Ancelotti.
Mungkin impian Ancelotti tidak sekadar hadir di kualifikasi, tapi mencapai babak utama Liga Champions. Bersama Moyes, Everton mencapai kualifikasi tapi gagal mencapai babak utama.
Terakhir, Everton susah-payah menang satu gol tanpa balas atas West Bromwich Albion dan menempatkannya di posisi lima Liga Inggris. Gol tunggal dicetak Richarlison lewat sundulan, memanfaatkan umpan Gylfi Sigurdsson.
Everton saat ini mengoleksi 46 poin dari 26 pertandingan, hanya selisih satu angka dari Chelsea yang berada di posisi empat. Ancelotti yakin timnya memiliki potensi menyelesaikan musim ini sesuai impian.
"Pada awal musim tidak ada yang memperhitungkan Everton mampu bersaing di papan atas," kata pelatih yang pernah memenangkan trofi Liga Champions bersama AC Milan dan Real Madrid.
Menurutnya, impian semua orang di Everton adalah Liga Champions. Target itu sangat fantastis karena semua pemain tidak ingin hanya menjadi penonton pertandingan level Eropa.
Everton punya masa lalu luar biasa. Sebelum format baru Liga Inggris diperkenalkan pada musim 1992-1993, The Toffees sembilan kali juara. Setelah itu, hanya sekali Everton berada di posisi empat besar, yaitu pada musim 2004-2005.
Baca Juga :
Di kualifikasi Liga Champions saat itu, Everton dipermalukan Villarreal dengan agregat 4-2 dan gagal mencapai babak utama. Sesuatu yang sangat disesali pendukungnya karena Everton saat itu tidak punya kapasitas berlaga di level Eropa.
Musim berikutnya, Moyes susah payah mengulangi pencapaiannya. Sampai kepergiannya ke Manchester United tahun 2013, Moyes gagal mengangkat Everton. Sebagai tim yang punya nama besar, Everton kerap berkutat di papan tengah.
Bukan tidak mungkin Ancelotti menyamai pencapaian Moyes. Don Carlo, julukan Ancelotti saat masih di Milan, melakukan perombakan untuk membangkitkan kepercayaan diri tim. Instrumen penting kebangkitan itu adalah hadirnya striker Dominic Calvert-Lewin. Sebagai striker, Calvert Lewin cukup produktif dan menginspirasi rekan-rekannya untuk kreatif mengirim umpan kepadanya.
Namun, Ancelotti bukan satu-satunya arsitek kebangkitan Everton. Nama lain yang tidak boleh dilupakan adalah Duncan Ferguson, mantan striker The Toffees yang ditunjuk sebagai pelatih sementara setelah Mauro Silva dipecat.
Ferguson relatif memiliki visi bermain hebat, yang menyelamatkan Everton dari zona degradasi pada musim 2018-2019. Ancelotti melanjutkan kebangkitan yang dipelopori Ferguson dengan pilihan pemain sesuai kebutuhan strategi bermain.
Jadi, tidak berlebihan jika Ancelotti berhasil menjadi pelatih kedua dalam 15 tahun terakhir yang membawa Everton ke Liga Champions.
Liverpool dan Ancaman Eksodus Pemain
Liverpool yang dihantui kegagalan mengakhiri kompetisi Liga Inggris musim ini di zona Liga Champions memicu ancaman eksodus pemain bintang mereka. Tetapi, pelatih Jurgen Klopp mengatakan semua itu tidak akan terjadi karena setiap pemain punya loyalitas.
Liverpool kini berada di posisi tujuh klasemen sementara Liga Inggris dengan 43 poin dari 27 pertandingan, terpaut empat angka dari Chelsea yang berada di posisi empat. The Reds tidak hanya mengejar Chelsea, tapi juga Everton dan West Ham yang berada di atasnya, serta Tottenham Hotspurs yang menekan dari bawah.
Kendati demikian, Klopp masih optimistis Liverpool akan hadir di Liga Champions. Ia yakin timnya punya potensi mengatasi kesulitan di sisa musim dengan memenangkan banyak pertandingan. Ia pun yakin tidak akan terjadi eksodus pemain jika The Reds gagal mengakhiri musim di peringkat empat klasemen Liga Inggris.
"Saya tahu tahu semua pemain memiliki loyalitas terhadap klub," kata Klopp kepada wartawan saat mempersiapkan timnya melawan Fulham. "Ini bukan situasi seorang pemain harus mengatakan tidak berada di Liga Champions saya harus pergi," ucapnya.
Liverpool bermain di Liga Champions dalam empat musim terakhir, dua kali mencapai final dan sekali meraih trofi. Bagi penggemar sepakbola Eropa, sulit membayangkan kompetisi elite Eropa tanpa Liverpool.
"Saya tidak mengenal Liverpool sepuluh tahun lalu," kata Klopp. "Saya membangun tim ini untuk bersaing di era ini."