SUKABUMIUPDATE.com - Mimpi Iran untuk untuk lolos ke babak 16 besar Piala Dunia 2018 belum pupus, meski di Kazan Arena, Kamis 21 Juni, mereka dikalahkan Spanyol 1-0.
Carlos Queiroz, pelatih Iran asal Portugal, menjanjikan mereka akan berjuang sekuat tenaga mengamankan impian tersebut saat melawan Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan pada Selasa, 26 Juni mendatang, di Mordovia Arena, Saransk.
Laga di Mordovia itu adalah rangkaian pertandingan terakhir di Grup B. Iran akan lolos jika mampu mengalahkan Portugal. Pasalnya, Iran sudah meraih nilai 3 dari kemenangannya melawan Maroko.
Sedangkan Portugal saat ini mengumpulkan nilai 4 dari hasi seri melawan Spanyol dan menang melawan Maroko.
Pada pertandingan lainnya di Grup B, Spanyol, yang juga meraih nilai 4, akan menghadapi juru kunci klasemen, Maroko.
Queiroz, pelatih Portugal 2008-2010, mengatakan para pemain Iran pantas mendapat pujian karena membuat juara Piala Dunia 2010, Spanyol, kewalahan.
Diego Costa baru bisa membobol gawang Iran pada babak kedua. Selain itu, gol yang dicetak pemain Iran ke gawang Spanyol dianulir wasit setelah melihat rekaman perangkat Video Assistant Referee (VAR).
“Kami siap untuk menderita, siap untuk bersaing, dan siap mencoba peluang kami untuk memenangi pertandingan. Sepak bola tidak seperti ini. Tapi, adalah adil untuk mengatakan kami pantas mendapatkan hasil yang lebih baik,” kata Queiroz.
“Tapi, ini adalah match point pertama kami, jika kami membandingkannya dengan permainan tenis. Adapun match point kedua adalah melawan Portugal. Kami masih hidup dan bermimpi,” mantan asisten manajer Manchester United itu melanjutkan.
Dalam pertandingan melawan Spanyol, para pemain Iran, terutama dengan kekuatan fisiknya, mampu membendung serangan Spanyol berulang kali. Hanya karena arah bola membelok dari lutut Costa yang menyebabkan terjadinya gol.
Queiroz tidak memprotes keputusan wasit melalui bantuan VAR yang menganulir gol yang dicetak pemain Iran, Saeid Ezatolahi, dengan alasan Ezatolah sudah lebih dulu berada dalam posisi offside.
Pelatih berusia 66 tahun itu hanya menyesal bahwa perangkat VAR belum ada pada Piala Dunia 2010, ketika Portugal dikalahkan Spanyol melalui gol yang kontroversial.
Sumber: Tempo