SUKABUMIUPDATE.com - Kiper Liverpool, Loris Karius, melakukan blunder sebanyak dua kali yang membuat timnya dikalahkan Real Madrid di final Liga Champions, 26 Mei lalu. Ternyata tampilan buruk itu dipengaruhi oleh kondisi fisiknya yang menderita gegar otak.
Kesimpulan itu disampaikan dokter Amerika Serikat yang merawat Karius. "Setelah dengan cermat meninjau ulang video pertandingan dan mengintegrasikan sejarah mendetail, termasuk laporannya saat ini dan gejala langsung pascakontak, pemeriksaan fisik, serta metrik obyektif, kami menyimpulkan bahwa Karius menderita gegar otak saat pertandingan itu berlangsung," kata Dr Ross Zefonte dan Lenore Herget dalam pernyataan yang dirilis Rumah Sakit Umum Massachusetts, Senin, 4 Juni 2018.
Lima hari seusai final Liga Champions, yang dimenangi Madrid 3-2, Karius dikirim Liverpool untuk menemui para spesialis di rumah sakit tersebut. Ia menjalani pemeriksaan menyeluruh.
Para dokter pun menemukan beberapa kelainan pada pemain itu. "Sisa gejala utama dan tanda-tanda obyektif Karius mengindikasikan adanya disfungsi spasial visual dan kelihatannya terjadi segera seusai kejadian itu. Gejala tambahan dan disfungsi area-area tertentu juga terjadi. Defisit-defisit seperti itu dapat saja mempengaruhi penampilannya."
Para dokter tidak memberi indikasi kapan atau bagaimana gegar otak itu terjadi, meski tayangan-tayangan televisi memperlihatkan bek Real Madrid, Sergio Ramos, menubruk Karius pada awal babak kedua.
Tidak lama setelahnya, lemparan Karius dapat dicegat Karim Benzema untuk membawa Real Madrid memimpin. Gareth Bale mencetak gol kedua yang tidak dapat dihentikan sebelum penyerang Wales itu mencetak gol ketiga Madrid dengan sepakan jarak jauh yang menyusup melewati tangan Karius.
Karius yang putus asa meminta maaf kepada para penggemar Liverpool atas kesalahannya. Namun ia mendapat kritik tajam dan pelecehan daring.
Para dokter menuturkan kondisi Karius, 24 tahun, telah membaik sejak insiden. "Kami berharap, dengan perawatan dan diikuti protokol aktif yang ditentukan, ia akan terus membaik," kata mereka. "Kami mendorong kewaspadaan dan penekanan pada keselamatan, agar ia dapat kembali beraktivitas penuh."
Sumber: Tempo