SUKABUMIUPDATE.com - Pertandingan babak delapan besar Piala Presiden 2018, yang menggunakan sistem gugur, menimbulkan trauma tersendiri bagi bek Madura United, Fachrudin Aryanto.
Rasa trauma pemain kelahiran Yogyakarta itu akan timbul bila mereka harus menjalani babak adu penalti untuk menentukan pemenang satu pertandingan. Hal itu terjadi karena pertandingan berakhir seri setelah bermain 2x45 menit plus tambahan waktu.
Begitu traumanya sehingga pemain yang akrab dipanggil Udin ini pun mengaku tak akan mau bila ditunjuk pelatih menjadi salah satu pelaku tendangan penalti. “Saya angkat tangan kalau jadi eksekutor penalti,†kata Udin, Rabu, 31 Januari 2018.
Trauma yang dialami Fachrudin bermula saat dia ditunjuk menjadi algojo tendangan penalti pada babak delapan besar Piala Presiden 2017. Saat itu, pertandingan Madura United menghadapi Borneo FC di Stadion Manahan Solo berakhir seri 0-0, sehingga terpaksa dilanjutkan dengan adu penalti.
Udin menjadi satu-satunya eksekutor penalti Madura United yang gagal memasukkan bola. Kegagalan itu membuatnya timnya kalah dan tak lolos ke semifinal. Kegagalan itu membuat Fachrudin tertekan dan trauma hingga saat ini.
“Doakan, saya mencetak gol dan Madura United menang tanpa adu penalti. Kalau pun harus penalti, saya tak mau jadi penendang,†ujar mantan pemain Sriwijaya FC itu.
Sumber: Tempo