SUKABUMIUPDATE.com - Jordi Amat kini dikenal sebagai salah satu pemain naturalisasi paling berpengalaman di Timnas Indonesia. Dengan rekam jejak panjang di sepak bola Eropa, ia memiliki banyak cerita menarik dalam kariernya. Salah satu pengalaman paling berkesan dan menegangkan terjadi saat ia membela Timnas Spanyol U-17 di Piala Dunia U-17 2009 di Nigeria.
Dalam wawancara dengan media Spanyol, El Correo Web, pada tahun 2017, Jordi Amat mengungkapkan bahwa turnamen tersebut menjadi salah satu pengalaman paling “brutal” dalam kariernya. Bukan karena permainan lawan saja, tetapi juga karena situasi di Nigeria yang dianggap kurang aman saat itu.
Baca Juga: Thom Haye: Gelandang Serba Bisa Timnas Indonesia yang Terinspirasi dari Andrea Pirlo
Tiga Pekan di Hotel dengan Pengawalan Ketat
Sebagai tuan rumah, Nigeria memang menghadirkan atmosfer yang unik. Namun, bagi Jordi Amat dan rekan-rekannya di Timnas Spanyol U-17, kondisi di sana sangat membatasi kebebasan mereka. Ia mengungkapkan bahwa mereka harus mendapat pengawalan ketat selama turnamen berlangsung.
"Itu adalah pengalaman yang brutal. Saya cukup beruntung bisa pergi ke Piala Dunia U-17 di Nigeria, tetapi kami masih sangat muda, dan Nigeria agak rumit," kata Jordi Amat.
Pemain kelahiran Spanyol ini mengungkapkan bahwa selama tiga minggu, skuad Timnas Spanyol U-17 tidak diizinkan meninggalkan hotel. Mereka hanya bisa keluar saat bertanding atau berlatih, dan itu pun harus dikawal polisi.
"Kami menghabiskan tiga minggu tanpa meninggalkan hotel. Kami hanya naik bus bersama polisi untuk pergi ke tempat latihan," ujarnya.
Baca Juga: Ole Romeny vs Rafael Struick: Siapa Striker Paling Tajam untuk Timnas?"
Dikalahkan Nigeria di Semifinal dengan Kejanggalan Usia
Perjalanan Spanyol U-17 di turnamen itu berakhir di semifinal setelah dikalahkan Nigeria, yang kemudian menjadi juara. Namun, Jordi Amat merasa ada sesuatu yang aneh dengan para pemain Nigeria.
"Nigeria mengalahkan kami di semifinal, tetapi rasanya mereka sepuluh tahun lebih tua dari kami. Delapan pemain mereka lahir pada 1 Januari 1992, sungguh kebetulan," ungkapnya.
Pernyataan ini mengindikasikan adanya dugaan bahwa beberapa pemain Nigeria lebih tua dari usia yang terdaftar. Isu penggunaan pemain overage memang sering menjadi kontroversi dalam kompetisi usia muda, dan komentar Jordi Amat mencerminkan kecurigaan yang sudah lama beredar di dunia sepak bola.
Meski hanya finis di peringkat ketiga, pengalaman bermain di level dunia tentu menjadi pelajaran berharga bagi Jordi Amat dalam perjalanan kariernya.
Karier Cemerlang di Timnas Muda Spanyol
Jordi Amat memang dikenal sebagai salah satu bek berbakat di generasinya. Setelah tampil di Piala Dunia U-17, ia terus berkembang dan menjadi bagian dari Spanyol U-21 yang menjuarai Euro U-21 pada tahun 2013.
Di turnamen tersebut, ia bermain bersama bintang-bintang besar seperti David De Gea dan Isco, dengan pelatih Luis Milla—yang kemudian menjadi pelatih Timnas Indonesia pada 2017-2018.
Perjalanan panjangnya dari Timnas Spanyol muda hingga kini membela Indonesia menunjukkan dedikasi dan profesionalismenya di dunia sepak bola. Kini, Jordi Amat menjadi salah satu pilar penting di lini belakang Timnas Indonesia, membawa pengalaman Eropa ke skuad Garuda.
Baca Juga: Ole Romeny Resmi Jadi WNI, Timnas Indonesia Dapat Amunisi Baru di Lini Serang
Pengalaman Jordi Amat di Piala Dunia U-17 2009 memberikan gambaran tentang tantangan yang dihadapi para pemain muda saat bertanding di luar negeri, terutama di negara dengan kondisi yang tidak sepenuhnya kondusif. Meski harus menjalani turnamen di bawah pengawalan ketat dan mengalami kekalahan yang kontroversial, ia tetap menunjukkan mentalitas kuat yang membantunya berkembang menjadi pemain profesional.
Kini, Jordi Amat membawa pengalaman berharga tersebut ke Timnas Indonesia, memberikan kontribusi besar bagi pertahanan skuad Garuda dalam berbagai kompetisi internasional.
Sumber : Suara.com