SUKABUMIUPDATE.com - Terpilihnya Menteri BUMN Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI 2023-2027 membawa harapan baru bagi dunia sepak bola Indonesia. Pemberantasan mafia menjadi salah satu isu yang disorot mantan bos klub asal Italia, Inter Milan, tersebut.
Mengutip laman resmi PSSI pada Minggu, 19 Februari 2023, Erick menyatakan langkah tegasnya untuk membabat habis mafia sepak bola. Menurut dia, praktik mafia sepak bola harus diganjar sanksi tegas secara hukum. Dia pun menggandeng Polri dengan instrumen yang dimilikinya untuk mengungkap sekaligus menyeret oknum mafia ke jeruji besi.
"Kita vonis kartu merah untuk para mafia bola. Sepak bola kita sulit berkembang selama mafia pengatur skor belum kita tendang," ujar Erick dalam keterangan pers di media center Stadion Utama Gelora Bung Karno, kemarin.
Praktik mafia, dalam hal apa pun, termasuk sepak bola, tak bisa dilepaskan dari suap menyuap. Pengadil lapangan hijau alias wasit menjadi satu dari sekian pihak yang rentan terjebak pusaran hitam ini. Dan, Sukabumi memiliki sejarah menarik dalam ketegasannya menolak suap.
Baca Juga: Terpilih jadi Ketua Umum PSSI, Ini 5 Janji Erick Thohir untuk Sepakbola Indonesia
Dia adalah Kosasih Kartadiredja. Wasit berlisensi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) pertama di tanah air asal Sukabumi yang meninggal dunia pada Rabu, 23 Maret 2022. Kosasih wafat di Perumahan Bukit Ciaul Indah, Kelurahan Subangjaya, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi.
Wafatnya Kosasih menyisakan duka bagi dunia sepak bola Indonesia. Sebab, dia dikenal sebagai wasit yang anti menerima suap. Keterangan ini disampaikan pengamat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah kepada sukabumiupdate.com, tak lama setelah Kosasih meninggal.
Irman mengatakan Kosasih merupakan warga asli Kota Sukabumi, tepatnya di Gang Purwa, Kelurahan Tipar, Kecamatan Citamiang. Pria kelahiran 13 Agustus 1934 ini memulai karier sebagai pesepak bola bersama klub Pertiwi, kemudian bergabung Young Man Association atau YMA, dan Sinar Harapan, berposisi gelandang. Hingga pada 1960 (sumber lain menyebut 1955), dia memperkuat Perssi Kota Sukabumi.
Kegiatan Kosasih selain bermain sepak bola adalah menjadi wasit. Pembantu Komda PSSI Jawa Barat, Kesheshian, menawari Kosasih menjadi wasit dan mengikuti kursus wasit C3 di Sukabumi serta memimpin berbagai turnamen. Dia selanjutnya mengikuti kursus C2 tingkat Jawa Barat dan memimpin pertandingan perserikatan Jabar.
Baca Juga: Tolak Suap 10 Ribu USD hingga Wasit MU, Kisah Kosasih Kartadiredja Asal Sukabumi
Pada 1965, Irman mengungkapkan karier Kosasih semakin cemerlang karena menjadi wasit C1 (nasional) setelah mengikuti kursus wasit PSSI dan memimpin pertandingan perserikatan tingkat nasional di seluruh Indonesia.
"Kosasih dikenal tegas meski pemain saat itu galak. Dia berani mengeluarkan kartu merah untuk pemain sekelas Rusdi Balawan dari Persebaya dan Simson Rumapasal dari Persija sehingga dia dijuluki budak leutik paling berani," kata Irman yang juga Ketua Yayasan Dapuran Kipahare.
PSSI lalu merekomendasikannya menjadi wasit FIFA dan lolos pada 1972. Sejak itu, Kosasih memimpin pertandingan internasional seperti Piala Raja di Bangkok 1972, turnamen sepak bola di Vietnam pada 1974. Kemudian, di Korea Selatan dan Arab Saudi pada 1975. Di Asia, dia dijuluki wasit King Cobra karena gerakannya yang lincah berlari ke segala arah.
Baca Juga: Kosasih Kartadiredja Tutup Usia, Wasit FIFA Pertama di Indonesia Asal Sukabumi
Kata Irman, pada 1979, Kosasih memimpin pertandingan olimpiade junior di Jepang yang diikuti Diego Armando Maradona dari Argentina. Dia juga dikenal tegas menolak suap. Ini pernah terungkap saat menjadi wasit Sea Games 1981 dan ditawari 10.000 dolar (USD) untuk memenangkan Malaysia. "Dia menolak mentah-mentah dan kemudian dicatat dalam koran The Strait Times."
"Di Indonesia juga dia memimpin pertandingan persahabatan antara Timnas melawan Benfica (Portugal), Ajax Amsterdam (Belanda), Cosmos (AS), dan Manchester United, yang sempat dikenai kartu kuning olehnya," ujar Irman.
Setelah pensiun dari dunia wasit pada 1995, Kosasih ditugaskan menjadi inspektur wasit di komisi wasit PSSI. Ketika itu dia mendapatkan banyak tawaran suap dari para pihak. Tetapi, Kosasih tegas menolak semua tawaran suap, bahkan tidak segan memberikan sanksi kepada wasit yang terlibat dengan suap dan pengaturan skor.