SUKABUMIUPDATE.com - Asisten Operasi Kapolri Irjen Agung Setya Imam Effendi menyatakan pihaknya belum memberikan izin kompetisi BRI Liga 1 musim 2022 kembali digelar bulan ini. Dia menyatakan pihaknya sedang menunggu hasil penilaian risiko yang dibuat tim dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Kementerian Kesehatan.
"Kami sedang menunggu hasil penilaian risiko yang dijalankan oleh lima tim yang turun ke Jawa Tengah dan DIY. Tentu nanti dari penilaian risiko ini kita akan mendengarkan bagaimana teman-teman dari PUPR dari Kesehatan juga memberikan penilaian atas kesiapan stadion yang dilakukan penilaian," jelas Imam di Mabes Polri pada, Jumat, 2 Desember 2022.
Baca Juga: Peringati 40 Hari Tragedi Kanjuruhan, Ribuan Aremania Demonstrasi dan Bawa Ratusan Keranda
Aspek yang dilihat dalam penilaian resiko
Imam menyatakan penilaian risiko tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan untuk mengembalikan penyelenggaraan kompetisi BRI Liga 1, Liga 2 dan Liga 3 yang dihentikan sejak Oktober lalu karena Tragedi Kanjuruhan. Hal tersebut, kata dia, agar mekanisme penyelenggaraan lebih baik dari sebelumnya.
"Dan tentu harapan saya penilai risiko ini kemudian akan kita bisa jadikan dasar dan bagi kita semua. Tentu ini satu hal yang baik karena saya tahu di penilaian risiko itu kita tahu bersama ya bahwa ada mekanisme untuk lihat sejauh mana prinsip keselamatan itu diterapkan," ujar Imam.
Dia juga menyatakan sejumlah aspek yang menjadi penilaian. Menurut Imam, tim melihat kapasitas stadion yang memadai, peralatan keselamatan dan kesehatan penonton. Imam menyatakan perlunya kesiapan itu agar penonton merasa nyaman dan aman saat menonton sepak bola secara langsung.
"Prinsip-prinsip itu meliputi terkait dengan jumlah kapasitas stadion, kemudian peralatan kalau kita bicara keselamatan itu peralatan apa saja yang disiagakan di stadion, bisa untuk kebakaran, untuk kesehatan, untuk menghadapi orang yang tiba-tiba ada masalah kesehatan," kata Imam.
Baca Juga: Borussia Dortmund Gagal Lawan Persib dan Persebaya Imbas Tragedi Kanjuruhan
Antisipasi terjadinya kericuhan
Tidak hanya itu, Imam menyebut bahwa penilaian risiko yang dilakukan juga memperhatikan terkait keselamatan penonton jika terjadi kericuhan. Ia mengatakan hal tersebut perlu dilakukan agar perubahan liga sepak bola Indonesia semakin baik.
"Kemudian kesiapannya seperti apa demikian juga terkait dengan pintu mungkin kita perlu lihat seberapa kemampuan pintu ini akan dibuka, akan bisa mengeluarkan penonton dalam beberapa menit, itu hal secara teknis di kerjakan tapi itukan hal yang baik untuk kita semua ya," tutur Imam.
Berharap kondisi sepak bola Indonesia berubah pasca Tragedi Kanjuruhan
Menurut Imam, kondisi sepak bola Indonesia perlu berubah sejak adanya Tragedi Kanjuruhan. Ia berharap perubahan yang dilakukan dapat menjadikan standar sepak bola Indonesia lebih baik daripada sebelumnya.
"Kita berharap transformasi persepakbolaan Indonesia sudah kita wujudkan ya dengan nanti pelaksanaan liga yang akan datang. Dan saya harapkan bisa kita jadikan model bahwa sekarang penyelenggaraan sepak bola, kompetisi sepakbola itu memiliki standar yan baik," jelasnya.
Baca Juga: Kanjuruhan hingga Itaewon, Ini Sederet Tragedi Kerumunan Mematikan di Dunia
Meskipun demikian, Imam mengungkapkan bahwa perbaikan ini ditujukan untuk keselamatan penonton saat menonton sepak bola secara langsung. Oleh karena itu, kata dia, pengamanan yang dilaksanakan jika liga sudah dimulai akan berfokus kepada masyarakat yang berada di stadion.
"Standar yang memastikan keselamatan penonton itu menjadi hal yang utama. Kemudian terkait dengan keamanan itu juga bagaimana kita mengatur pengamanan stadion tidak hanya di lokasi stadion tapi juga di luar stadion setelah kita di zona dua itu diatur seperti apa dan kemudian bagaimana masyarakat tidak terganggu dengan penyelenggaraan kompetisi," ujar Imam.
Kompetisi BRI Liga 1, Liga 2 dan Liga 3 dihentikan pasca Tragedi Kanjuruhan yang memakan korban 137 jiwa. Presiden Jokowi memerintahkan Kementerian PUPR untuk menelusuri ulang kelayakan stadion yang digunakan.
Sumber: Tempo.co