SUKABUMIUPDATE.com - Valentino Simanjuntak merupakan host atau komentator sepakbola di tanah air yang baru saja menyatakan mundur sebagai komentator di kompetisi BRI Liga 1.
Dilansir dari Tempo.co, sikap yang diambil oleh Valentino itu terjadi atas tragedi memilukan di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan ratusan korban jiwa.
Melalui akun Instagram pribadinya yang dia unggah, Valentino mengumumkan pengunduran dirinya secara tertulis.
Baca Juga :
Ia mengaku prihatin dan sedih atas peristiwa yang telah memakan ratusan korban jiwa tersebut. Insiden yang menewaskan 125 orang itu membuat Valentino kehilangan hasrat untuk tetap berpartisipasi dalam Liga 1 2022/2023.
"Saya sebagai bagian insan sepak bola nasional merasa prihatin dan sedih yang mengakibatkan semangat/hasrat untuk berpartisipasi dalam program BRI Liga 1 2022/2023 sudah pada titik terendah dalam karier saya sebagai host dan komentator program sepak bola nasional," tulis Valentino dalam pernyataan tersebut.
"Hilangnya semangat tersebut akan berdampak pada kontribusi saya yang tidak akan lagi memberikan hal yang maksimal seperti yang telah saya berikan sebelumnya.
Saya menyampaikan pengunduran diri sebagai host dan komentator program BRI Liga 1 2022/2023 terhitung sejak 2 Oktober 2022," kata laki-laki yang kerap dijuluki sebagai Valentino Jebret Simanjuntak tersebut.
Kericuhan di Stadion Kanjuruhan bermula saat sejumlah suporter tuan rumah merangsek masuk ke lapangan setelah tim Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya pada laga lanjutan Liga 1 Indonesia 2022/2023.
Petugas keamanan mencegah masuknya suporter ke lapangan. Namun, imbauan tersebut tidak digubris sehingga tim kepolisian pun pada akhirnya melepaskan tembakan gas air mata.
Baca Juga :
Berdasarkan data dari pihak Kepolisian RI, hingga saat ini tercatat 125 orang meninggal dunia akibat kerusuhan tersebut. PSSI sudah membentuk tim investigasi peristiwa di Stadion Kanjuruhan yang dipimpin oleh Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan.
Tak hanya itu, Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga akan mendalami penerapan prosedur tetap terkait penggunaan gas air mata yang dilancarkan anggota Polri untuk membubarkan kericuhan di Stadion Kanjuruhan.
Proses tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran jelas terkait peristiwa yang menelan 125 korban jiwa tersebut, termasuk siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian di Liga 1 itu.
SUMBER:TEMPO.CO
Writer : Ikbal Juliansyah